Padang Aro (Antara Megapolitan) - Seorang warga Bangun Rejo, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Suprihadi berhasil mengolah sampah plastik menjadi gas alternatif yang lebih tahan lama dibanding elpiji.

Ia menyebutkan terciptanya gas itu bermula ketika dirinya melakukan beberapa kali percobaan untuk mencari pengganti biogas kotoran ternak yang selama ini dinilainya tidak tahan lama.

"Pada awalnya saya melakukan penyulingan berbahan kayu kulit manis yang dibakar kemudian gasnya diambil dengan dimasukkan ke dalam tabung gas elpiji tiga kilogram," katanya di Padang Aro, Rabu.

Dengan menggunakan setengah kilogram kayu kulit manis, sebutnya, gas tersebut hanya mampu bertahan selama setengah jam, sementara jika menggunakan biogas hanya bisa digunakan selama seperempat jam.

"Karena kurang puas, kemudian saya mencoba menggunakan sampah plastik," katanya.

Setelah melakukan percobaan dengan sampah plastik kresek dan botol air mineral sebanyak seperempat kilogram, ternyata hasilnya mampu bertahan selama satu jam.

"Selain bisa diambil gasnya, dari pengolahan plastik juga diperoleh hasil lainnya seperti bahan bakar yang menyerupai premium, lalu menyerupai minyak tanah dan menyerupai solar. Tergantung prosesnya," katanya.

Ia menyebutkan, hasil-hasil pengolahan tersebut sudah sempat ia uji coba. Seperti sejenis premium ia gunakan untuk menghidupkan genset atau sepeda motor.

Suprihadi mengaku pernah melakukan perbandingan antara premium dengan bahan bakar alternatif tersebut. Dengan premium sebanyak 30 sentimeter kubik hanya mampu bertahan 3 menit 40 detik, sementara bahan bakar alternatif tersebut bertahan selama empat menit.

Ia mengatakan, hasil pengolahan sampah plastik yang menyerupai premium telah diserahkan ke Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Solok Selatan pada Rabu (19/8) melalui Kelompok Konservasi Mandiri (KKM) Bangun Rejo untuk diuji ulang apakah berbahaya atau tidak seandainya digunakan.

"Tentu akan percuma jika bisa diolah tapi masih berbahaya," kata lelaki yang mengaku hanya tamatan sekolah dasar ini.

Ia mengatakan, dengan mendaur ulang plastik tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu sumbangsih dalam upaya menyelamatkan bumi dari kerusakan.

"Plastik sangat susah diurai oleh tanah dan memakan waktu hingga belasan tahun," katanya.

Kendati beberapa kali uji coba telah berhasil, namun dirinya mengaku belum berani menggunakannya untuk keperluan harian hingga hasil uji ulang dari KLH Solok Selatan keluar.

"Saya takut nanti hasil tersebut justru berbahaya. Untuk saya masih menunggu hasil uji dari KLH," katanya.

Ketua KKM Bangun Rejo Abdul Hadi menyebutkan kelompoknya sebagai wadah masyarakat daerah itu dalam menyelamatkan lingkungan akan mendukung inovasi yang dilakukan Suprihadi tersebut.

"Jika nantinya hasil uji ulang KLH tersebut ternyata tidak berbahaya, kami akan mengembangkannya setidaknya untuk masyarakat Bangun Rejo dulu," katanya.

Dengan inovasi tersebut, katanya, permasalahan sampah plastik selama ini telah menemukan jalan keluar. "Pengolahan ini kami harapkan mampu mengurangi sampah plastik dengan cara mendaur ulang," katanya. 

Pewarta: Agung Pambudi & Joko Nugroho

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015