Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat meminta warganya untuk mewaspadai kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang mulai mengintai warga selama pergantian musim mengingat tingginya angka kasus itu dari tahun ke tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan dalam kurun empat bulan terakhir sejak Januari-April 2021 sedikitnya ada 730 kasus pasien DBD yang ditangani.
"Meski angka kasusnya masih di bawah tahun sebelumnya, masyarakat diminta tetap waspada. Jadi selain virus corona, warga juga harus mewaspadai kasus DBD," katanya di Bekasi, Senin.
Baca juga: Kasus DBD di Bekasi menurun selama Januari-Februari 2020
Dia mengungkapkan sepanjang tahun 2020 ada 1.600 kasus DBD yang tersebar di 12 kecamatan se-Kota Bekasi sedangkan tahun ini penambahan pasien terjangkit tertinggi terjadi di Bulan Maret dan April bertepatan awal musim pancaroba.
"Kalau untuk usia pasien kita belum sempat merincikan usianya karena masih evaluasi pendataan lanjutan tapi kalau untuk jumlah kita sudah dapat angkanya," ucapnya.
Tanti menjelaskan dari 730 pasien DBD tahun ini dua orang di antaranya meninggal dunia sementara tahun lalu ada satu orang yang meninggal dunia.
Baca juga: Waduh, penderita DBD di Bekasi capai 610 kasus
"Itu dari data yang masuk ke kita tapi dimungkinkan ada juga warga yang tidak melaporkan kasus meninggal dunia akibat DBD. Jadi warga diminta waspada serta selalu membersihkan lingkungan," katanya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati mengatakan Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi yakni 262 kasus pada tahun lalu dan 180 kasus di tahun ini.
Dezy mengajak segenap masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan berpartisipasi menerapkan program satu rumah satu jumantik. Artinya setiap keluarga bertanggung jawab dengan rumahnya sendiri terhadap kebersihan serta pemantauan jentik.
Baca juga: Dinkes Bekasi lakukan sosialisasi pencegahan DBD
"Harapan kita semua rumah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan angota keluarganya. Jadi gerakan 3M nya beda ya dengan COVID-19. Kalau 3M untuk mencegah DBD adalah dengan menguras kamar mandi, mengubur barang bekas, serta tidak memberikan tempat yang menjadi sarang jentik nyamuk," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan dalam kurun empat bulan terakhir sejak Januari-April 2021 sedikitnya ada 730 kasus pasien DBD yang ditangani.
"Meski angka kasusnya masih di bawah tahun sebelumnya, masyarakat diminta tetap waspada. Jadi selain virus corona, warga juga harus mewaspadai kasus DBD," katanya di Bekasi, Senin.
Baca juga: Kasus DBD di Bekasi menurun selama Januari-Februari 2020
Dia mengungkapkan sepanjang tahun 2020 ada 1.600 kasus DBD yang tersebar di 12 kecamatan se-Kota Bekasi sedangkan tahun ini penambahan pasien terjangkit tertinggi terjadi di Bulan Maret dan April bertepatan awal musim pancaroba.
"Kalau untuk usia pasien kita belum sempat merincikan usianya karena masih evaluasi pendataan lanjutan tapi kalau untuk jumlah kita sudah dapat angkanya," ucapnya.
Tanti menjelaskan dari 730 pasien DBD tahun ini dua orang di antaranya meninggal dunia sementara tahun lalu ada satu orang yang meninggal dunia.
Baca juga: Waduh, penderita DBD di Bekasi capai 610 kasus
"Itu dari data yang masuk ke kita tapi dimungkinkan ada juga warga yang tidak melaporkan kasus meninggal dunia akibat DBD. Jadi warga diminta waspada serta selalu membersihkan lingkungan," katanya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati mengatakan Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi yakni 262 kasus pada tahun lalu dan 180 kasus di tahun ini.
Dezy mengajak segenap masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan berpartisipasi menerapkan program satu rumah satu jumantik. Artinya setiap keluarga bertanggung jawab dengan rumahnya sendiri terhadap kebersihan serta pemantauan jentik.
Baca juga: Dinkes Bekasi lakukan sosialisasi pencegahan DBD
"Harapan kita semua rumah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan angota keluarganya. Jadi gerakan 3M nya beda ya dengan COVID-19. Kalau 3M untuk mencegah DBD adalah dengan menguras kamar mandi, mengubur barang bekas, serta tidak memberikan tempat yang menjadi sarang jentik nyamuk," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021