Nilai tukar dolar AS naik terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didorong oleh data manufaktur AS yang menggembirakan.

Tetapi untuk harga mingguan tetap di jalur kerugian karena kekhawatiran pedagang tentang pembicaraan tapering (pengurangan pembelian obligasi) dalam risalah Federal Reserve AS berkurang.

Dolar AS telah mengembalikan sebagian besar kemajuan yang dibuatnya setelah penyebutan dalam risalah dari pertemuan kebijakan moneter Fed April tentang kemungkinan diskusi di waktu mendatang tentang pengurangan stimulus, meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS mungkin datang lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Kekhawatiran tapering telah memudar agak cepat, tampaknya," Shaun Osborne, kepala strategi mata uang di Scotiabank, mengatakan dalam sebuah catatan.

Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi AS

Mata uang AS menemukan beberapa dukungan setelah data menunjukkan aktivitas pabrik AS semakin cepat pada awal Mei di tengah permintaan domestik yang kuat.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,222 persen pada 89,993. Indeks, yang mencapai level terendah empat bulan di awal sesi, berada pada kecepatan penurunan 0,4 persen untuk minggu ini.

Beberapa ahli strategi tetap ragu Fed akan segera menarik diri dari sikap akomodatifnya.

"Kami terus memperkirakan dolar AS tetap lemah sementara imbal hasil (obligasi) AS tetap terkendali," kata Osborne.

Namun, perbaikan berkelanjutan dalam data AS, terutama relatif terhadap Eropa, kemungkinan akan meningkatkan kasus bullish untuk greenback, kata analis lainnya.

Baca juga: Harga emas naik hari keenam ditopang penurunan dolar dan "yield" obligasi AS

“Data PMI terbaru memperkuat pandangan kami bahwa ekonomi akan terus tumbuh pada kecepatan yang lebih cepat di AS daripada di zona euro dalam beberapa tahun mendatang,” kata Simona Gambarini, ekonom pasar di Capital Economics.

“Hal ini menopang perkiraan kami bahwa imbal hasil jangka panjang akan meningkat lebih cepat pada periode pertama daripada periode terakhir dan bahwa euro akan jatuh kembali terhadap dolar AS,” kata Gambarini

Pelonggaran pembatasan COVID-19 membantu survei aktivitas jasa-jasa Jerman dan aktivitas bisnis Prancis menjadi lebih baik dari yang diperkirakan pada Mei, meskipun hanya berdampak kecil pada euro pada Jumat (21/5/2021).

Baca juga: Nilai tukar Rupiah ditutup melemah dipicu pembicaraan The Fed soal beli aset

Pound Inggris turun 0,2 persen pada Jumat (21/5/2021) tetapi berada di jalur untuk keuntungan minggu ketiga berturut-turut terhadap dolar, dibantu oleh serangkaian rilis data yang memperkuat ekspektasi pasar untuk pemulihan ekonomi yang kuat di Inggris Raya.

Sementara itu, bitcoin merosot pada Jumat (21/5/2021) setelah China menggandakan upayanya untuk mencegah risiko spekulatif dan keuangan dengan menindak penambangan dan perdagangan mata uang kripto terbesar dan terpopuler di dunia.

Bitcoin diperdagangkan merosot 11,5 persen menjadi 35.952,05 dolar AS dan Ether anjlok 14,3 persen.
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021