Nilai tukar (kurs) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup menguat di tengah variasi pergerakan mata uang regional Asia.

Rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp14.093 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.118 per dolar AS.

"Investor menunggu kesaksian dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell terhadap meningkatnya kekhawatiran inflasi dan menimbang prospek paket stimulus besar AS yang mendekati persetujuan," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Laporan tengah tahunan Powell di Komite Perbankan Senat pada di panel House Financial Services akan dipantau untuk panduan kebijakan lebih lanjut dan penilaiannya terhadap pemulihan.

Sementara itu, Komite Anggaran di parlemen Amerika mengajukan undang-undang bantuan pandemi senilai 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden, menetapkannya untuk disahkan oleh majelis rendah pada akhir minggu ini.

Persepsi yang terbangun di pasar saat ini adalah risiko percepatan laju inflasi karena pemulihan ekonomi. Padahal belum lama ini Powell menegaskan belum nampak tanda-tanda percepatan laju inflasi yang signifikan.

Baca juga: Emas melonjak 31 dolar, kembali bertengger di atas level 1.800 dolar AS

Oleh karena itu, sepertinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan bertahan cukup lama. Padahal pasar sudah memperkirakan ada ruang pengetatan karena risiko inflasi. Peluang pengetatan kebijakan moneter itu tergambar di imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang bergerak naik.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.110 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.093 per dolar AS hingga Rp14.118 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan rupiah melemah Rp14.126 per dolar AS, menguat dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.098 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021