Bogor, (Antara Megapolitan) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor menghimbau masyarakat tidak perlu panik dan resah dengan isu peredaran beras sintetis yang kini merebak.

"Kami sudah melakukan investigasi tertutup di sejumlah pasar, hasil investigasi secara kasat mata tidak ditemukan adanya beras sintetis beredar di Bogor," kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Bogor, Mangahit Sinaga di Bogor, Kamis.

Investigasi secara tertutup sudah dimulai sejak Minggu kemarin di tujuh pasar tradisional yang ada di Kota Bogor. Dalam investigasi tersebut pihaknya mengambil sampel-sampel sejumlah beras yang beredar di pasar untuk diuji di laboratorium Dinas Pertanian.

"Kami juga melakukan pengujian dengan metode sederhana menggunakan air. Beras sampel direndam di dalam air untuk memastikan kalau beras tenggelam berarti beras murni, tapi kalau mengambang bisa dicurigai," katanya.

Menurut Sinaga, beras sintetis yang mengandung bahan plastik sangat mudah dikenali, beberapa ciri-cirinya seperti beras tersebut mengambang di air, tidak tenggelam, air tajin atau bekas cucian beras berwarna bening, berbeda dengan beras murni yang berwarna keruh putih susu, harga jual beras setara dengan dengan beras Ramos Rp8.000 per liter.

"Pengujian juga bisa dilakukan dengan menggunakan ayam, kasih saja berasnya kepada ayam. Kalau dimakan berarti beras murni, kalau beras sintetis ayam tidak akan mau makan," katanya.

Sinaga menjelaskan, menurut informasi beras sintetis ini diproduksi oleh pabrikan di China yang sudah beredar di Provinsi Guangji. Selain itu beras tersebut juga dikabarkan sudah beredar di India dan Vietnam, termasuk Indonesia (Bekasi).

"Beras ini terbuat dari bahan baku ubi, kentang dan resi plastik, ditambah aroma," katanya.

Dari hasil investigasi yang sudah dilakukan, lanjut Sinaga, tidak ditemukan peredaran beras sintetis tersebut. Begitu juga belum ada laporan masyarakat terkait penemuan beras tersebut.

Sinaga mengatakan, hasil investigasi dari Diperindag tersebut telah dilaporkan kepada Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, bahwa secara kasat mata tidak ditemukan adanya beras sintetis beredar di Bogor. Hasil laporan ini ditindaklanjuti oleh wali kota dengan melakukan sindak ke sejumlah pasar.

"Wali Kota sudah memastikan sendiri di lapangan dan melakukan uji tes keaslian beras. Hasilnya tidak ditemukan," katanya.

Menurut Sinaga pintu masuk beras di Kota Bogor hanya ada dua yakni Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Dari kedua pasar tersebut beras disebar ke pasar-pasar kelas tiga, dan kelas pengecer. Setiap pekannya beras yang masuk ke Kota Bogor sebanyak 75 ton per minggu.

"Kami memastikan tidak ada peredaran beras sintetis di Kota Bogor. Pengawasan terus kita lakukan, mengawasi beras yang masuk ke pasar-pasar induk beras," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015