Nilai tukar dolar AS berbalik naik terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data penggajian atau payrolls AS Desember yang suram meningkatkan ekspektasi kebijakan stimulus lanjutan guna menopang ekonomi yang terpukul oleh COVID-19.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan payrolls nonpertanian jatuh 140.000 pada Desember, penurunan pertama dalam delapan bulan, jauh di bawah ekspektasi untuk kenaikan 71.000 pekerjaan yang masih lemah. Tingkat pengangguran 6,7 persen. Data ekonomi selama seminggu menjelang laporan Jumat (8/1/2021), menunjukkan pasar tenaga kerja terhenti.

Greenback telah naik dari level terendah hampir tiga tahun pada Kamis (7/1/2021) karena kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu memicu pelepasan taruhan bearish pada mata uang, dengan para pedagang mengambil untung terhadap euro pada khususnya.

Setelah mundur sebentar setelah rilis data, greenback melanjutkan jalurnya lebih tinggi, saat ekspektasi meningkat untuk langkah-langkah stimulus tambahan guna membantu menopang ekonomi sampai peluncuran vaksin memungkinkan pelonggaran langkah-langkah penguncian.

Baca juga: Risiko politik AS pudar, harga emas anjlok 78 dolar AS

"Anda akan mengira Anda akan mendapatkan nomor seperti ini, dan Anda akan berkata pada diri sendiri inilah tekanan atau kelemahan dalam bermain dan, lihatlah, pasar mengatakan Anda tidak benar, kami akan bergerak sedikit lebih kuat,” kata JB Mackenzie, Managing Director untuk Futures & Forex di TD Ameritrade di Chicago.

"Anda memang memiliki beberapa ekspektasi yang dihargakan dalam dolar dari peningkatan stimulus yang akan datang, jelas kepresidenan baru datang juga, jadi ekspektasi dihargakan langsung, jadi itulah mengapa Anda melihatnya bertahan."

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir naik 0,35 persen pada 90,177 setelah menyentuh tertinggi 90,252, level terbaik sejak 1 Januari.

Baca juga: Kurs Rupiah terkoreksi tembus level psikologis Rp14.000 per dolar

Presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan laporan pekerjaan menunjukkan orang Amerika membutuhkan bantuan lebih segera sekarang dan bahwa mengambil tindakan sekarang akan membantu ekonomi bahkan dengan pembiayaan defisit, termasuk bantuan langsung tunai 2.000 dolar.

Kemenangan kursi Senat Demokrat memberi Biden kebebasan untuk mendorong lebih banyak pengeluaran, yang diprediksi beberapa analis akan memicu selera risiko dan menjadi negatif untuk obligasi dan dolar, meskipun perkiraan prospek yang sangat bearish untuk greenback pada akhir 2020 telah agak berkurang.

Indeks dolar jatuh tujuh persen pada 2020 dan sebanyak 0,9 persen dalam beberapa hari pertama tahun baru karena ekspektasi stimulus fiskal AS. Tetapi sejak mencapai level terendah sejak Maret 2018, greenback telah menemukan beberapa pijakan, naik sebanyak 1,2 persen selama dua sesi.

Baca juga: Rupiah ditutup melemah tembus level psikologis Rp14.000 di akhir pekan

Euro dan pound sterling melemah terhadap dolar. Euro terakhir turun 0,5 persen menjadi 1,2209 dolar sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,3562 dolar, turun 0,01 persen pada hari itu.

Bitcoin mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di 41.802,84 dolar, dan terakhir naik 2,39 persen menjadi 40.454,81 dolar, setelah menembus 40.000 dolar untuk pertama kalinya pada Kamis (7/1/2021).
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021