Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan pembangunan pertanian di Indonesia adalah suatu hal strategis dan ke depan dapat dikembangkan dengan pola pertanian modern berdasarkan sains dan teknologi yakni Smart Green House (SGH).
"Pembangunan pertanian tidak harus merusak alam lebih banyak lagi, tapi dengan pengembangan sains dan teknologi, seperti pemanfaatan green house, dapat menyesuaikan dengan kondisi alam," kata Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya pada peluncuran dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Ediwisata Smart Green House, di Bogor, Senin.
Baca juga: Kementan luncurkan aplikasi SISCrop 1.0 untuk monitoring tanaman padi
Pada kesempatan tersebut, Syahrul Yasin Limpo bersama pada pejabat Kementan dan undangan yang hadir, meninjau tanaman selada air dan kubis ditanam di Smart Green House menggunakan teknologi colling pad yakni pendingin ruangan peralatan seperti radiator mobil dan kipas ventilasi.
Pada kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU antara Kementerian Pertanian dengan PT PLN serta para pihak terkait, di antaranya Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, Indonesia adalah negara besar baik secara geografis maupun jumlah penduduknya. "Jumlah penduduk Indonesia saat ini ada sekitar 273 juta jiwa, nomor empat terbanyak di dunia," katanya.
Baca juga: Pemerintah siapkan Rp50 triliun untuk petani kembangkan pertanian berteknologi
Sebagai negara besar, kata dia, Indonesia harus berusaha keras untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Salah satu solusinya adalah pembangunan pertanian modern berdasarkan sains dan teknologi.
Syahrul menjelaskan, Indonesia yang memiliki wilayah geografis luas dan lahan pertanian lebih besar dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara, tapi kenapa produksi beras di Thailand dan Vietnam bisa lebih murah dan bahkan mengekspor beras ke Indonesia. "Hal ini harus diatasi dan dicari solusoinya," katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Dirjen PSP Kementan), Sarwo Edhy, dalam sambutannya mengatakan, pertanian saat ini sudah masuk dalam era industri 4.0, yang penerapannya berbasis teknologi digital. "Pembangunan pertanian modern ini dengan membangun smart farming melalui teknik green house," katanya.
Baca juga: Menteri Pertanian ajak perguruan tinggi bersinergi bangun pertanian modern
Sarwo Edhy menjelaskan, dalam konteks tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP bekerja sama dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan telah membangun proyek percontohan Smart Green House sebagai sarana teaching farm dan teaching factory.
"Harapannya ke depan dapat menjadi tren pola pertanian yang efisien dan dapat membantu meningkatkan produksi pertanian menuju pertanian maju, mandiri, modern," katanya.
Menurut Sarwo Edhy, dari kerja sama tersebut telah dibangun enam unit Smart Green House pada lahan seluas 7.800 m2. Masing-masing, bangunan Smart Green House ini berukuran 20x20m dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, sistem DFT (Deep Flow Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, serta sistem Dutch Bucket dengan memiliki 450 lubang tanam.
Bangunan Smart Green House ini juga dilengkapi dengan Exhause Fan, Evaporating Complete System, dan Panel kontrol untuk sensor suhu dan kelembaban.
"Fasilitas lain dalam proyek percontohan bangunan green house ini juga tersedia satu unit sumur tanah dalam, berikut dengan pompa airnya, jalan akses menuju lokasi, serta pemasangan instalasi listrik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Pembangunan pertanian tidak harus merusak alam lebih banyak lagi, tapi dengan pengembangan sains dan teknologi, seperti pemanfaatan green house, dapat menyesuaikan dengan kondisi alam," kata Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya pada peluncuran dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Ediwisata Smart Green House, di Bogor, Senin.
Baca juga: Kementan luncurkan aplikasi SISCrop 1.0 untuk monitoring tanaman padi
Pada kesempatan tersebut, Syahrul Yasin Limpo bersama pada pejabat Kementan dan undangan yang hadir, meninjau tanaman selada air dan kubis ditanam di Smart Green House menggunakan teknologi colling pad yakni pendingin ruangan peralatan seperti radiator mobil dan kipas ventilasi.
Pada kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU antara Kementerian Pertanian dengan PT PLN serta para pihak terkait, di antaranya Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, Indonesia adalah negara besar baik secara geografis maupun jumlah penduduknya. "Jumlah penduduk Indonesia saat ini ada sekitar 273 juta jiwa, nomor empat terbanyak di dunia," katanya.
Baca juga: Pemerintah siapkan Rp50 triliun untuk petani kembangkan pertanian berteknologi
Sebagai negara besar, kata dia, Indonesia harus berusaha keras untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Salah satu solusinya adalah pembangunan pertanian modern berdasarkan sains dan teknologi.
Syahrul menjelaskan, Indonesia yang memiliki wilayah geografis luas dan lahan pertanian lebih besar dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara, tapi kenapa produksi beras di Thailand dan Vietnam bisa lebih murah dan bahkan mengekspor beras ke Indonesia. "Hal ini harus diatasi dan dicari solusoinya," katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Dirjen PSP Kementan), Sarwo Edhy, dalam sambutannya mengatakan, pertanian saat ini sudah masuk dalam era industri 4.0, yang penerapannya berbasis teknologi digital. "Pembangunan pertanian modern ini dengan membangun smart farming melalui teknik green house," katanya.
Baca juga: Menteri Pertanian ajak perguruan tinggi bersinergi bangun pertanian modern
Sarwo Edhy menjelaskan, dalam konteks tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP bekerja sama dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan telah membangun proyek percontohan Smart Green House sebagai sarana teaching farm dan teaching factory.
"Harapannya ke depan dapat menjadi tren pola pertanian yang efisien dan dapat membantu meningkatkan produksi pertanian menuju pertanian maju, mandiri, modern," katanya.
Menurut Sarwo Edhy, dari kerja sama tersebut telah dibangun enam unit Smart Green House pada lahan seluas 7.800 m2. Masing-masing, bangunan Smart Green House ini berukuran 20x20m dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, sistem DFT (Deep Flow Technique) yang memiliki 9.063 lubang tanam, serta sistem Dutch Bucket dengan memiliki 450 lubang tanam.
Bangunan Smart Green House ini juga dilengkapi dengan Exhause Fan, Evaporating Complete System, dan Panel kontrol untuk sensor suhu dan kelembaban.
"Fasilitas lain dalam proyek percontohan bangunan green house ini juga tersedia satu unit sumur tanah dalam, berikut dengan pompa airnya, jalan akses menuju lokasi, serta pemasangan instalasi listrik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020