Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro mengatakan kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, lembaga, dan masyarakat akan turut mendukung tercapainya target penurunan angka kekerdilan (stunting) pada tahun 2024.
"Stunting pada balita dan anemia pada wanita usia subur merupakan masalah gizi yang mendapat perhatian di global," kata Rektor UI Ari Kuncoro dalam keterangannya, Jumat.
Dikatakannya, tidak hanya karena prevalensinya yang tinggi di Indonesia, melainkan karena dampaknya terhadap kualitas SDM hingga tiga generasi ke depan. Memperbaiki status gizi periode 1000 Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK akan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia.
Baca juga: UI rekomendasikan penggunaan pajak dan cukai rokok untuk tangani "stunting"
Baca juga: FKM UI kembangkan alat deteksi "stunting" untuk balita
"Bahaya stunting terhadap pencapaian SDG, memberikan dampak ekonomi yang sangat besar," katanya.
Sementara itu Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Prof. Endang L. Anhari Achadi mengatakan kekerdilan merupakan salah satu indikator dari permasalahan lainnya yang lebih serius, seperti kemampuan kognitif anak Indonesia, dan risikonya di kemudian hari terhadap berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular.
"Penting memperkokoh kesadaran semua pemangku kepentingan akan bahaya akibat stunting terhadap pencapaian SDG, bonus demografi, dan Indonesia emas tahun 2045, dan mengambil pelajaran baik dari negara-negara lainnya," ujar Prof. Endang.
Baca juga: FKM UI bantu berdayakan kader dan perangkat desa dalam deteksi dini stunting di Bogor
Dekan FKM UI Prof. Sabarinah dalam pernyataannya menyampaikan kekerdilan perlu ditangani secara komprehensif dengan upaya yang terpadu. FKM UI berkomitmen terus mendukung upaya peningkatan status gizi masyarakat dalam mencapai status kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, terutama dari perspektif akademis.
Antara lain, dengan menyelenggarakan pendidikan berkualitas agar SDM yang dihasilkan dapat mempercepat penurunan prevalensi kekerdilan, juga edukasi kepada masyarakat, melakukan kajian, dan ikut aktif mengadvokasi berbagai pihak, dari level atas sampai level dasar.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Stunting pada balita dan anemia pada wanita usia subur merupakan masalah gizi yang mendapat perhatian di global," kata Rektor UI Ari Kuncoro dalam keterangannya, Jumat.
Dikatakannya, tidak hanya karena prevalensinya yang tinggi di Indonesia, melainkan karena dampaknya terhadap kualitas SDM hingga tiga generasi ke depan. Memperbaiki status gizi periode 1000 Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK akan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia.
Baca juga: UI rekomendasikan penggunaan pajak dan cukai rokok untuk tangani "stunting"
Baca juga: FKM UI kembangkan alat deteksi "stunting" untuk balita
"Bahaya stunting terhadap pencapaian SDG, memberikan dampak ekonomi yang sangat besar," katanya.
Sementara itu Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Prof. Endang L. Anhari Achadi mengatakan kekerdilan merupakan salah satu indikator dari permasalahan lainnya yang lebih serius, seperti kemampuan kognitif anak Indonesia, dan risikonya di kemudian hari terhadap berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular.
"Penting memperkokoh kesadaran semua pemangku kepentingan akan bahaya akibat stunting terhadap pencapaian SDG, bonus demografi, dan Indonesia emas tahun 2045, dan mengambil pelajaran baik dari negara-negara lainnya," ujar Prof. Endang.
Baca juga: FKM UI bantu berdayakan kader dan perangkat desa dalam deteksi dini stunting di Bogor
Dekan FKM UI Prof. Sabarinah dalam pernyataannya menyampaikan kekerdilan perlu ditangani secara komprehensif dengan upaya yang terpadu. FKM UI berkomitmen terus mendukung upaya peningkatan status gizi masyarakat dalam mencapai status kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, terutama dari perspektif akademis.
Antara lain, dengan menyelenggarakan pendidikan berkualitas agar SDM yang dihasilkan dapat mempercepat penurunan prevalensi kekerdilan, juga edukasi kepada masyarakat, melakukan kajian, dan ikut aktif mengadvokasi berbagai pihak, dari level atas sampai level dasar.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020