Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis Hasil Survei Jumlah Pengguna dan Penetrasi Internet 2019-2020 (Q2) yang menunjukkan 73,7 persen masyarakat Indonesia telah terhubung internet.

"Kenaikan itu juga didorong program-program APJII seperti Desa Internet Mandiri yang didukung oleh sekitar 500 anggota Asosiasi," ujar Ketua Umum APJII Jamalul Izza dalam jumpa pers daring, Senin (9/11). 

Ia menjelaskan kenaikan jumlah penggguna itu antara lain disebabkan beberapa faktor, seperti infrastruktur internet cepat atau broadband di Indonesia semakin merata dengan adanya Palapa Ring, transformasi digital semakin masif akibat pembelajaran online dan kebijakan bekerja dari rumah (work form home) akibat pandemi COVID-19 sejak Maret lalu. 

Paparan hasil survei ini juga dihadiri para undangan termasuk ketua Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. 

Sekretaris Jenderal APJII, Henri Kasyfi mengatakan saat ini penetrasi pengguna internet Indonesia berjumlah 73,7 persen, naik dari 64,8 persen dari tahun 2018.

Populasi Indonesia 2019 beradasarkan proyeksi BPS adalah 266 juta jiwa, sehingga pengguna internet Indonesia adalah 196,7 juta pengguna.

Angka tersebut naik dari 171 juta jiwa pada 2018, atau naik 8,9 persen, yang berarti kenaikan berjumlah 25,5 juta pengguna.

"Tahun ini kita akan terus mengalami kenaikan sejalan dengan telah digelarnya berbagai infrastruktur termasuk jaringan Palapa Ring, dan sebagainya," lata Henri.

Namun, jika dibandingkan dengan riset pada 2018, kenaikan dari tahun sebelumnya adalah 10,12 persen atau 27,9 juta jiwa. Artinya, tahun ini "agak menurun secara absolut," kata Henri.

Sementara untuk kontribusi penetrasi, Jawa mendominasi 56,4 persen, diikuti oleh Sumatera sebanyak 22,1 persen, Sulawesi 7,0 persen, Kalimantan 6,3 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5,2 persen, serta Maluku dan Papua 3,0 persen.

"Kalau kita lihat dari survei yang lalu, maka kontribusi kurang lebih berimbang. Di Jawa tahun ini ada 56,4 persen sebelumnya 55,7 persen. Ini menggambarkan bahwa infrastruktur di Jawa terus berkembang sehingga secara kontribusi nasional dia tetap memberikan kenaikan," ujar Henri.

"Otomatis, jika di Jawa berkembang, maka kontribusi di lainnya agak sedikit menurun," dia melanjutkan.

Sementara itu, 10,2 persen masyarakat yang tidak menggunakan internet, mengaku tidak tahu bagaimana cara menggunakan teknologi internet. Sehingga, sosialisasi kembali menjadi kunci.

Perilaku pengguna

Pergeseran dalam berinternet terjadi dari tahun ke tahun. Jika dahulu PC menjadi perangkat utama untuk menggunakan internet, riset APJII 2019-Q2 2020 menunjukkan sebanyak 73,2 persen tidak pernah menggunakan PC untuk berinternet.

"Kurang lebih saat ini orang menggunakan laptop ada 19,7 persen, dan melalui smartphone ada 95,4 persen. Pengguna internet yang menggunakan smartphone untuk terhubung dengan internet," ujar Henri.

Mengenai cara mereka terhubung dengan internet sebanyak 97,1 persen menyampaikan menggunakan paket data atau kuota dari operator seluler, sedangkan hanya sedikit yang menggunakan fixed broadband.

"Ini tantangan kita bagaimana meninggikan atau meningkatkan fixed broadband ke depannya, bersama-sama dengan pemerintah tentu saja APJII siap bekerja sama untuk melakukan hal tersebut," kata Henri.

Tahun ini, APJII menghadapi kendala dalam melakukan survei. Biasanya, APJII melakukan survei tahunan pada Q1 namun karena terkendala pandemi survei baru dilakukan pada Q2 2020.

Survei tersebar di seluruh provinsi dan ibukota provisi, sesuai dengan sebaran angka Badan Pusat Statistik (BPS).

Survei dilakukan dengan metode teknik sampling, dengan jumlah 7.000 sampel, dan tingkat kesalahan mencapai 1,27 persen, sedangkan level of confidence 95 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan interview atau wawancara dengan kuisioner.

Metode Survei

Jamal menjelaskan soal waktu survei tahun ini memang lebih mundur dari survei-survei APJII di tahun sebelumnya. Biasanya kami melakukan survei dengan melakukan wawancara responden pada kuartal I di tahun berjalan. Namun, karena tahun ini ada pandemi,  wawancara tidak bisa dilakukan di kuartal I karena ada kesulitan perizinan dan pembatasan sosial. 

Metode survei tahun ini menggunakan teknik sampling seperti probability sampling, multistage random sampling, dan varian area random sampling. Jumlah sampel mencapai 7.000 responden dengan margin of error 1,27 persen dan level of confidence 95 persen. 

"Karena itu wawancara dengan bantuan kuesioner dilakukan di kuartal II, pada 2-25 Juni, sehingga hasil survei ini dapat menggambarkan pengguna intenet di pertengahan 2020," pungkas Jamal.

Sebanyak 7.000 sampel berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, dengan 49 persen berjenis laki-laki dan 51 persen perempuan.  Tingkat pendidikan responden mulai SMP/sederajat dan memiliki pengeluaran kurang dari Rp 1,8 juta per bulan. 
 

Pewarta: Arindra Meodia

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020