Bogor, (Antaranews Bogor) - Institut Pertanian Bogor memiliki varietas kedelai dan kentang unggulan hasil penelitian Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Prof Suharsono, DEA yang diteliti selama hampir 14 tahun.

"Varietas kedelai dan kentang unggulan ini merupakan hasil modifikasi genetik tanaman yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian," kata Prof Suharsono di Bogor, Sabtu.

Ia mengatakan modifikasi genetik baik secara sengaja maupun tidak sengaja sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang terdahulu, hal ini bertujuan untuk menghasilkan varietas yang sesuai dengan keinginan.

Beberapa cara melakukan modifikasi genertik telah dimulai dari persilangan konvensional maupun dengan cara yang lebih modern, seperti memulai teknologi DNA rekombinan untuk menghasilkan satu varietas.

"IPB memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan varietas unggul yang merupakan modal yang sangat besar penting dalam peningkatan produksi pertanian," katanya.

Dikatakannya beberapa alur kedelai dan kentang yang mempunyai potensi sangat besar untuk meningkatkan produksi pertanian di Indonesia telah dirakit oleh IPB. Dan untuk melepas varietas baru tersebut memerlukan dukungan dari pemerintah.

"Agar petani dapat menikmati hasil teknologi yang dikembangkan dari para akademisi," katanya.

Dijelaskanya, melalui cara konvensional tim IPB telah merakit beberapa galur kedelai dengan produksi tinggi dan biji besar, memiliki warna kulit buji kuning cerah. Galur-galur tersebut sangat potensial untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.

Menurutnya impor biji kedelai untuk pangan orang Indonesia rata-rata 1,2 juta ton per tahun, belum termasuk impor kedelai untuk pakan. Untuk mengatasi impor kedelai, maka produksi kedelai nasional harus ditingkatkan.

"Agar mendapatkan kultivar kedelai yang berproduksi tinggi, toleran terhadap lahan masam dan berbiji besar, kami telah mengawinkan kedelai kultivar Slamet yang toleran terhadap lahan asam dan berproduksi tinggi dengan kultivar Nokonsawon yang berbiji besar, dengan kulit biji kuning terang tetapi berproduksi rendah," katanya.

Lebih lanjut dijelaskannya, persilangan tersebut telah menghasilkan 18 galur harapan yang diberi nama KH singkatan dari kultivar harapan yang mempunyai potensi produksi tinggi, berbiji besar dan warna kulit biji kuning cerah.

"Galur harapan ini siap dirilis, namun lagi-lagi kami memerlukan dukungan dana untuk dapat melepas sebagai kultivar unggul nasional, karena masih membutuhkan tahapan uji multilokasi," katanya.

Sedangkan untuk klon harapan kentang dihasilkan melalui seleksi positif dan diikuti uji daya hasil dan uji kebenaran calon kultivar yang dilakukan oleh Pusat Peneliti Sumber Daya Genetik dan Bioteknologi (PPSHB) LPPM IPB bekerja sama dengan PT Amanah Prima Indonesia-Jakarta dan CV BA Farm-Bandung.

"Kerja sama riset ini telah menghasilkan kultivar kentang untuk "french fries" kentang goreng diberi nama Jala Ipam," katanya.

Ia menjelaskan nama Jala Ipam diberikan karena kultivar kentang memiliki kulit berbentuk jala, dan Ipam merupakan singkatan dari IPB dan PT Amanah yang mengembangkan riset tersebut.

"Kultivar ini sudah terdaftar di Kementerian Pertanian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tetanggal 21 April 2014," katanya.

Dijelaskannya, kultivar Jala Ipam mempunyai kulit yang berjaring, daging umbi berwarna putih dengan kandungan pati yang tinggi. Umbinya berukuran besar dan berbentuk lonjong sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan kentang goreng.

"Kami memiliki motto dalam pengembangan kentang Jala Ipam dari laboratorium sampai ke konsumen dalam bentuk siap saji atau "from the lab to the table," katanya.

Dikatakannya untuk menyediakan kentang hasil laboratorum hingga sampai ke masyarakat melibatkan empat pihak yang bekerja secara sinergis yakni akademisi sebagai penyedia bibit tanaman yang sehat, penangkar benih yang memproduksi bibit dari tanaman in vitro menjadi umbi bibit, petani plasma yang memproduksi umbi kentang di lapangan dan industri yang mengolah dan memasarkan produk akhir.

Ia menyebutkan saat ini produksi umbi kentang telah dilaksanakan oleh petani di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka dan Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Selain Jala Ipan, lanjutnya, pihaknya juga memiliki koleksi aksesi, galur, kultivar atau klon kentang yang sangat banya. Plasma nutfah kentang tersebut sangat penting untuk pembentukan kultivar baru.

Saat ini beberapa klon kentang sudah menghasilkan umbi Go untuk digunakan sebagai bahan uji multilokasi sebagai pelepasan kultivar kentang yang unggul baik untuk kentang sayur, kentang untuk keripik maupun kentang goreng.

"Jala Ipam salah satu komoditas yang dikembangkan menjadi industri kentang goreng yang sepenuhnya dilakukan oleh rakyat Indonesia mulai dari penyediaan kultivar, penyediaan bibit, produksi umbi sampai dengan pemrosesan dan pemasaran," katanya.

Pengembangan kultivar kedelai dan kentang unggul ini telah disampaikan oleh Prof Suharsono dalam orasi ilmiah yang berjudul "Modifikasi Genetik Tanaman untuk Meningkatkan Produksi Pertanian" tadi pagi di Kampus IPB Dramaga.

Prof Suharsono berharap dengan varietas kedelai dan kentang unggul temuannya bisa menjadi warisan berharga bagi rakyat Indonesia.

"Kalau gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, kalau "breeder" mati meninggalkan varietas unggul," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015