Bogor, (Antaranews Bogor) - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, melakukan penataan transportasi dengan mengembangkan sistem angkutan umum massal berbasis jalan dan rel.
"Pengembangan SAUM berbasis jalan dan rel ini masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMD) Kota Bogor," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor Suharto saat ditemui di Bogor, Kamis.
Suharto menyebutkan Kota Bogor sudah memiliki sarana transportasi angkutan umum massal yakni Transpakuan yang dimulai sejak 2005.
Selama 10 tahun perjalanan operasional angkutan umum massal di Kota Bogor berbagai evaluasi yang telah dilakukan dengan mensinkronkan antara kebutuhan masyarakat dengan tersediannya saran transportasi umum lainnya.
"Jadi pengembangan tidak hanya fokus untuk angkutan jalan saja, tetapi juga angkutan berbasis rel," katanya.
Ia mengatakan selama ini kita fokus mengembangkan SAUM berbasis angkutan jalan, tetapi saat ini Bogor tidak hanya dikepung oleh transportasi jalan tetapi juga dari penumpang kereta yang diperkirakan 600.000 orang per hari menggunakan commuter Bogor-Jakarta.
"Pengembangan SAUM berbasis jalan dan rel ini dilakukan berbarengan, didalamnya ada program merger dan reroting angkot, penambahan Transpakuan, optimalisasi terminal, dan penataan kawasan stasiun baik Bogor, Paledang, Batu Tulis dan Sukaresmi," katanya.
Sementara itu anggota Tim Percepatan Pelaksana Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Zulfikar merincikan pengembangan SAUM berbasis jalan raya dan rel ini merupakan satu kesatuan dalam program penataan transportasi perkotaan di Kota Bogor.
Ia menjelaskan strategi pengembangan SAUM sistem angkutan berbasis jalan raya dimulai dengan menjadikan angkot sebagai "feeder" dari Transpakuan (angkutan massal).
"Untuk menjadikan angkot sebagai "feeder" Transpakuan, kapan tujuh koridor Transpakuan ini harus dioptimalisasikan," katanya.
Selanjutnya perlu ada angkutan pemukiman seperti di kawasan Jasmin, Solis Iskandar dan Tol BORR. Diperlukan juga angkutan khusus sekolah, karyawan dan layanan khusus seperti layanan penjualan sembako keliling untuk mengurangi pergerakan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar.
"Dan perlu dilakukan pengembangan kendaraan ramah lingkungan seperti BBG dan mobil listrik. Kota Bogor sudah memiliki angkot BBG," katanya.
Untuk pengembangan angkutan berbasis rel strategi yang dilakukan dengan mengoptimalkan operasional stasiun Bogor, Sukaresmi, Paledang dan Batu Tulis dengan adanya park and ride.
"Ke depan perlu didukung dengan adanya light rail transit (IRT) monorel dalam kota yakni mulai dari Ekalokasari, Botani Square, BTM, Stasiun, Bubulak, Solis dan Pajajaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Pengembangan SAUM berbasis jalan dan rel ini masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMD) Kota Bogor," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor Suharto saat ditemui di Bogor, Kamis.
Suharto menyebutkan Kota Bogor sudah memiliki sarana transportasi angkutan umum massal yakni Transpakuan yang dimulai sejak 2005.
Selama 10 tahun perjalanan operasional angkutan umum massal di Kota Bogor berbagai evaluasi yang telah dilakukan dengan mensinkronkan antara kebutuhan masyarakat dengan tersediannya saran transportasi umum lainnya.
"Jadi pengembangan tidak hanya fokus untuk angkutan jalan saja, tetapi juga angkutan berbasis rel," katanya.
Ia mengatakan selama ini kita fokus mengembangkan SAUM berbasis angkutan jalan, tetapi saat ini Bogor tidak hanya dikepung oleh transportasi jalan tetapi juga dari penumpang kereta yang diperkirakan 600.000 orang per hari menggunakan commuter Bogor-Jakarta.
"Pengembangan SAUM berbasis jalan dan rel ini dilakukan berbarengan, didalamnya ada program merger dan reroting angkot, penambahan Transpakuan, optimalisasi terminal, dan penataan kawasan stasiun baik Bogor, Paledang, Batu Tulis dan Sukaresmi," katanya.
Sementara itu anggota Tim Percepatan Pelaksana Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Zulfikar merincikan pengembangan SAUM berbasis jalan raya dan rel ini merupakan satu kesatuan dalam program penataan transportasi perkotaan di Kota Bogor.
Ia menjelaskan strategi pengembangan SAUM sistem angkutan berbasis jalan raya dimulai dengan menjadikan angkot sebagai "feeder" dari Transpakuan (angkutan massal).
"Untuk menjadikan angkot sebagai "feeder" Transpakuan, kapan tujuh koridor Transpakuan ini harus dioptimalisasikan," katanya.
Selanjutnya perlu ada angkutan pemukiman seperti di kawasan Jasmin, Solis Iskandar dan Tol BORR. Diperlukan juga angkutan khusus sekolah, karyawan dan layanan khusus seperti layanan penjualan sembako keliling untuk mengurangi pergerakan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar.
"Dan perlu dilakukan pengembangan kendaraan ramah lingkungan seperti BBG dan mobil listrik. Kota Bogor sudah memiliki angkot BBG," katanya.
Untuk pengembangan angkutan berbasis rel strategi yang dilakukan dengan mengoptimalkan operasional stasiun Bogor, Sukaresmi, Paledang dan Batu Tulis dengan adanya park and ride.
"Ke depan perlu didukung dengan adanya light rail transit (IRT) monorel dalam kota yakni mulai dari Ekalokasari, Botani Square, BTM, Stasiun, Bubulak, Solis dan Pajajaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015