Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah seiring turunnya kinerja ekspor-impor.
Rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,34 persen menjadi Rp14.845 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.795 per dolar AS.
"Meski neraca perdagangan Indonesia tidak minus, namun kejatuhan ekspor-impor yang begitu dalam tentu membuat alarm tanda bahaya kembali menyala. Ada kemungkinan pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 akan kembali terkontraksi sehingga harapan terhindar dari resesi akan kembali sirna," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode kuartal II 2020 9,2 miliar dolar AS, membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit 8,5 miliar dolar AS.
Namun secara bersamaan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia pada Juli 2020 tercatat 10,47 miliar dolar AS, terkontraksi 32,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga emas melonjak 48,9 dolar, ditopang pelemahan imbal hasil obligasi AS
Sedangkan nilai ekspor Indonesia dilaporkan 13,73 miliar dolar AS, turun 9,9 persen dan membuat neraca perdagangan surplus 3,26 miliar dolar AS.
Dari eksternal pasar merasa lega dengan penundaan peninjauan kesepakatan perdagangan AS-China minggu ini dan memperkuat keyakinan bahwa hubungan perdagangan keduanya dapat bertahan bahkan di tengah konflik di berbagai bidang lainnya.
Selain itu pasar juga akan fokus minggu ini pada rilis risalah rapat kebijakan terakhir bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dan konvensi nominasi Partai Demokrat AS yang tensinya terus memanas.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.763 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.875 per dolar AS.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.907 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.917 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,34 persen menjadi Rp14.845 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.795 per dolar AS.
"Meski neraca perdagangan Indonesia tidak minus, namun kejatuhan ekspor-impor yang begitu dalam tentu membuat alarm tanda bahaya kembali menyala. Ada kemungkinan pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020 akan kembali terkontraksi sehingga harapan terhindar dari resesi akan kembali sirna," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode kuartal II 2020 9,2 miliar dolar AS, membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit 8,5 miliar dolar AS.
Namun secara bersamaan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia pada Juli 2020 tercatat 10,47 miliar dolar AS, terkontraksi 32,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga emas melonjak 48,9 dolar, ditopang pelemahan imbal hasil obligasi AS
Sedangkan nilai ekspor Indonesia dilaporkan 13,73 miliar dolar AS, turun 9,9 persen dan membuat neraca perdagangan surplus 3,26 miliar dolar AS.
Dari eksternal pasar merasa lega dengan penundaan peninjauan kesepakatan perdagangan AS-China minggu ini dan memperkuat keyakinan bahwa hubungan perdagangan keduanya dapat bertahan bahkan di tengah konflik di berbagai bidang lainnya.
Selain itu pasar juga akan fokus minggu ini pada rilis risalah rapat kebijakan terakhir bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dan konvensi nominasi Partai Demokrat AS yang tensinya terus memanas.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.763 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.875 per dolar AS.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.907 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.917 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020