Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pengembangan Vaksin Merah Putih hingga saat ini masih dalam tahap kloning protein untuk mendapatkan protein rekombinan.
"Prosesnya sampai saat ini sedang menyiapkan kloning dari proteinnya yang nantinya akan diujicobakan untuk mamalia hewan sebelum masuk ke uji klinis ke manusia," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual terkait Rapat Koordinasi Nasional Prioritas Riset Nasional Tahun 2020 (Rakornas PRN 2020), Jakarta Pusat, Kamis.
Pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat diperolehnya vaksin dan membangun kemandirian bangsa.
Baca juga: Israel akan meneliti vaksin COVID-19 buatan Rusia
Baca juga: Ini kriteria agar vaksin Sinovac bisa lolos uji klinis
Menristek Bambang mengatakan vaksin Merah Putih menggunakan platform protein rekombinan, yang mana riset dan pengembangannya dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Riset vaksin itu sudah dimulai sejak Maret 2020. Lembaga Eijkman menargetkan bibit Vaksin Merah Putih akan diperoleh pada awal 2021 sekitar bulan Februari atau Maret.
Bibit vaksin itu akan diserahkan ke PT Bio Farma untuk menyiapkan dan memproduksi kandidat vaksin untuk persiapan uji klinis pada manusia mulai tahap 1.
Setelah lolos uji klinis tahap 1, masih ada tahap 2 dan 3. Uji klinis dilakukan untuk melihat manfaat dan keamanan dari kandidat vaksin itu.
Baca juga: Presiden: Indonesia kembangkan 'full' sendiri vaksin Merah Putih
Pada uji klinis tahap 1, dilakukan uji keamanan dan imunogenisitas vaksin pada beberapa orang yang risiko rendah, umumnya orang dewasa muda yang sehat, untuk menguji tolerabilitas terhadap vaksin.
"Kita harapkan proses kloning ini bisa berjalan lancar sehingga nanti ketika sudah diujicobakan ke hewan yang mungkin makan waktu satu bulan, setelah itu harapan kita kalau memang efektif di hewan maka bisa mulai diujicobakan dengan diserahkan ke Bio Farma," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Prosesnya sampai saat ini sedang menyiapkan kloning dari proteinnya yang nantinya akan diujicobakan untuk mamalia hewan sebelum masuk ke uji klinis ke manusia," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual terkait Rapat Koordinasi Nasional Prioritas Riset Nasional Tahun 2020 (Rakornas PRN 2020), Jakarta Pusat, Kamis.
Pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat diperolehnya vaksin dan membangun kemandirian bangsa.
Baca juga: Israel akan meneliti vaksin COVID-19 buatan Rusia
Baca juga: Ini kriteria agar vaksin Sinovac bisa lolos uji klinis
Menristek Bambang mengatakan vaksin Merah Putih menggunakan platform protein rekombinan, yang mana riset dan pengembangannya dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Riset vaksin itu sudah dimulai sejak Maret 2020. Lembaga Eijkman menargetkan bibit Vaksin Merah Putih akan diperoleh pada awal 2021 sekitar bulan Februari atau Maret.
Bibit vaksin itu akan diserahkan ke PT Bio Farma untuk menyiapkan dan memproduksi kandidat vaksin untuk persiapan uji klinis pada manusia mulai tahap 1.
Setelah lolos uji klinis tahap 1, masih ada tahap 2 dan 3. Uji klinis dilakukan untuk melihat manfaat dan keamanan dari kandidat vaksin itu.
Baca juga: Presiden: Indonesia kembangkan 'full' sendiri vaksin Merah Putih
Pada uji klinis tahap 1, dilakukan uji keamanan dan imunogenisitas vaksin pada beberapa orang yang risiko rendah, umumnya orang dewasa muda yang sehat, untuk menguji tolerabilitas terhadap vaksin.
"Kita harapkan proses kloning ini bisa berjalan lancar sehingga nanti ketika sudah diujicobakan ke hewan yang mungkin makan waktu satu bulan, setelah itu harapan kita kalau memang efektif di hewan maka bisa mulai diujicobakan dengan diserahkan ke Bio Farma," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020