Menjelang Lebaran 2020, promosi dan iklan kue begitu gencar. Media sosial dipenuhi gambar makanan enak untuk dijual, dari merek terkenal dan branded hingga yang musiman. Situasi itu sempat membuat Fazilah Dahlan keder. Sebab, pengusaha kue bika ambon dan lapis legit di Bandarlampung itu memang mengalami penurunan omset di musim korona.
“Sejak musim korona ini omset memang turun, tetapi alhamdulillah masih ada produksi dan orderan. Nah, pas mau Lebaran, biasanya kami panen, tapi semua orang jualan kue, terutama lapis legit. Tetapi, ya rezeki memang Tuhan yang ngatur. Walaupun relatif lebih mahal, produk saya tetap dipesan pelanggan,” kata pria kelahiran Bukit Tinggi berusia 72 tahun itu.
Fazilah memang tidak akrab dengan gadget atau media sosial. Namun, ia tetap mendengar dan memantau pasar kue yang sudah dia geluti belasan tahun itu. Tak pelak, ketika omset turun dan ramainya orang promosi, ia sempat berpikir menurunkan harga.
“Saya sempat mau menurunkan harga, tapi dicegah. Dan ternyata benar, kalau kita bikin produksi yang kualitasnya bagus dan konsisten, harga bukan menjadi halangan,” kata pengusaha yang menggunakan nama istrinya, Hj. Fatmawati, sebagai merek dagangnya.
Pernyataan tentang konsistensi pria bergelar haji ini ternyata bukan isapan jempol. Beberapa lembaga resmi berstandar nasional memberi predikat dengan sederet penghargaan kepada Kua Bika Ambon dan Lapis Legit “Hj. Fatmawati”. Antara lain, BP POM RI dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Selain itu, ia pernah meraih Juara I Lomba Jajanan Pasar tingkat Provinsi Lampung.
“Keberhasilan ini tidak terlepas dari bimbingan PTPN VII. Sejak menjadi mitra binaan tahun 2008, banyak manfaat yang diperoleh,” kata dia, Sabtu (8/8/20) di rumah yang sekaligus dapur produksinya di Jalan Harimau No.17 Sukamenanti, Kedaton, Bandarlampung.
Menurutnya, sejak membuka usaha membuat kue bika ambon dan lapis legit tahun 2007, ia memasarkan sendiri ke toko-toko dan warung warung di wilayah Bandarlampung. Dengan berbekal pengalaman menjadi marketing di Gruop Astra, bapak tiga orang putra ini tidak mengalami kesulitan dalam mempromosikan produknya.
Satu tahun berjalan usaha yang digelutinya, ia mendapatkan tawaran menjadi mitra binaan dari bagian PKBL PTPN VII. Setelah melalui proses dan survei di lapangan, bisa lolos dan mendapat bimbingan menjalankaan bisnis serta mendapat pinjaman modal usaha hampir tanpa bunga.
“Banyak sekali manfaat yang didapat setelah menjadi mitra binaan PTPN VII. Tidak hanya bantuan modal, produk produk kue yang kami hasilkan juga dibantu pemasarannya oleh PTPN VII. Kami sering diajak pameran di berbagai even lokal dan nasional,” kata dia.
Ketika mengikuti pameran, Fazilah mengatakan semua difasilitasi oleh PTPN VII. Padahal, pada pameran itu, ia juga menjual produk yang menghasilkan keuntungan. Lebih dari sekadara untung, pameran juga mendapatkan relasi dagang maupun pelanggan.
Fazilah mengatakan, menjadi mitra binaan PTPN VII tidak hanya memberikan bantuan modal, tapi juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada binaannya. Dari pelatihan manajemen pembukuan hingga pembinaan mempromosikan produk.
Ia mengisahkan, membuka usaha kue bika ambon dan lapis legit ini karena dorongan seorang teman, yang menganjurkan menjual kue khas Medan ini. Awalnya memang hanya promosi dari para temen dan kerabat saja, dan lama-lama mempromosikan turun ke pasar-pasar.
Setiap dua hari sekali kami membuat 15 loyang ukuran 20 x 20 kue bika ambon, dan langsung terjual habis. Pembuatan kue memang tidak bisa dilakukan setiap hari, karena pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama. Mulai dari membuat adonan, kemudian didiamkan selama enam jam, setelah itu dipanggang selama tiga jam dan didinginkan selama tiga jam.
Untuk penjualan, kata Fazillah, produk bika ambon yang diproduksinya dijual hingga Balikpapan, Malaysia, Sumbawa, Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Soal rasa, tambah suami dari Hj. Fatmawati ini mengaku siap bersaing dengan produk serupa lainnya. Kami siap menjamin untuk citra rasa dijamin lebih enak. Apalagi kita dalam memproduksi kue ini benar-benar memperhatikan kualitas bahan. Sehingga bisa menghasilkan kue yang enak dengan citra rasa yang memikat pembeli.
Penikmat bika ambon ini tidak perlu khawatir dengan kulaitas dan keamanannya. Sebab, kue ini tidak diberi bahan pengawet sehingga masa layak konsumsinya hanya lima hari dari hari pembuatan.
Untuk harga, kue bika ambon yang berukuran 20 x 20 cm ini dijual mulai dari harga Rp 95 ribu/loyang, sedangkan untuk kue lapis legit dibandrol dengan harga Rp 400 ribu/loyang.
“Alhamdulillah, hingga saat ini usaha yang ditekuni masih berjalan. Meskipun permintaan agak menurun dibandingkan sebelumnya, akibat adanya pandemi Covid 19. Untuk saat ini, hanya memproduksi 8 loyang itupun penjualannya bisa mencapai 3 hari,” katanya.
Memang ada kiat tersendiri sehingga usaha yang digeluri masih bisa bertahan hingga kini. Menurut Fazilah, dalam menjalankan usaha kunci utama kepada pelanggan adalah jujur. Jangan pernah kita membohongi pembeli, karena bila sudah sekali merasa tidak enak kue yang dibelinya, maka dia tidak lagi membeli produk kita.
“Saya selalu menyampaikan apa adanya ke pembeli. Bila memang bentuk dan warna kue kurang bagus, akan dikatakan yang sebenarnya. Sehingga pembeli tidak merasa ditipu,” katanya. (HUMAS PTPN VII/17*).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
“Sejak musim korona ini omset memang turun, tetapi alhamdulillah masih ada produksi dan orderan. Nah, pas mau Lebaran, biasanya kami panen, tapi semua orang jualan kue, terutama lapis legit. Tetapi, ya rezeki memang Tuhan yang ngatur. Walaupun relatif lebih mahal, produk saya tetap dipesan pelanggan,” kata pria kelahiran Bukit Tinggi berusia 72 tahun itu.
Fazilah memang tidak akrab dengan gadget atau media sosial. Namun, ia tetap mendengar dan memantau pasar kue yang sudah dia geluti belasan tahun itu. Tak pelak, ketika omset turun dan ramainya orang promosi, ia sempat berpikir menurunkan harga.
“Saya sempat mau menurunkan harga, tapi dicegah. Dan ternyata benar, kalau kita bikin produksi yang kualitasnya bagus dan konsisten, harga bukan menjadi halangan,” kata pengusaha yang menggunakan nama istrinya, Hj. Fatmawati, sebagai merek dagangnya.
Pernyataan tentang konsistensi pria bergelar haji ini ternyata bukan isapan jempol. Beberapa lembaga resmi berstandar nasional memberi predikat dengan sederet penghargaan kepada Kua Bika Ambon dan Lapis Legit “Hj. Fatmawati”. Antara lain, BP POM RI dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Selain itu, ia pernah meraih Juara I Lomba Jajanan Pasar tingkat Provinsi Lampung.
“Keberhasilan ini tidak terlepas dari bimbingan PTPN VII. Sejak menjadi mitra binaan tahun 2008, banyak manfaat yang diperoleh,” kata dia, Sabtu (8/8/20) di rumah yang sekaligus dapur produksinya di Jalan Harimau No.17 Sukamenanti, Kedaton, Bandarlampung.
Menurutnya, sejak membuka usaha membuat kue bika ambon dan lapis legit tahun 2007, ia memasarkan sendiri ke toko-toko dan warung warung di wilayah Bandarlampung. Dengan berbekal pengalaman menjadi marketing di Gruop Astra, bapak tiga orang putra ini tidak mengalami kesulitan dalam mempromosikan produknya.
Satu tahun berjalan usaha yang digelutinya, ia mendapatkan tawaran menjadi mitra binaan dari bagian PKBL PTPN VII. Setelah melalui proses dan survei di lapangan, bisa lolos dan mendapat bimbingan menjalankaan bisnis serta mendapat pinjaman modal usaha hampir tanpa bunga.
“Banyak sekali manfaat yang didapat setelah menjadi mitra binaan PTPN VII. Tidak hanya bantuan modal, produk produk kue yang kami hasilkan juga dibantu pemasarannya oleh PTPN VII. Kami sering diajak pameran di berbagai even lokal dan nasional,” kata dia.
Ketika mengikuti pameran, Fazilah mengatakan semua difasilitasi oleh PTPN VII. Padahal, pada pameran itu, ia juga menjual produk yang menghasilkan keuntungan. Lebih dari sekadara untung, pameran juga mendapatkan relasi dagang maupun pelanggan.
Fazilah mengatakan, menjadi mitra binaan PTPN VII tidak hanya memberikan bantuan modal, tapi juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada binaannya. Dari pelatihan manajemen pembukuan hingga pembinaan mempromosikan produk.
Ia mengisahkan, membuka usaha kue bika ambon dan lapis legit ini karena dorongan seorang teman, yang menganjurkan menjual kue khas Medan ini. Awalnya memang hanya promosi dari para temen dan kerabat saja, dan lama-lama mempromosikan turun ke pasar-pasar.
Setiap dua hari sekali kami membuat 15 loyang ukuran 20 x 20 kue bika ambon, dan langsung terjual habis. Pembuatan kue memang tidak bisa dilakukan setiap hari, karena pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama. Mulai dari membuat adonan, kemudian didiamkan selama enam jam, setelah itu dipanggang selama tiga jam dan didinginkan selama tiga jam.
Untuk penjualan, kata Fazillah, produk bika ambon yang diproduksinya dijual hingga Balikpapan, Malaysia, Sumbawa, Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Soal rasa, tambah suami dari Hj. Fatmawati ini mengaku siap bersaing dengan produk serupa lainnya. Kami siap menjamin untuk citra rasa dijamin lebih enak. Apalagi kita dalam memproduksi kue ini benar-benar memperhatikan kualitas bahan. Sehingga bisa menghasilkan kue yang enak dengan citra rasa yang memikat pembeli.
Penikmat bika ambon ini tidak perlu khawatir dengan kulaitas dan keamanannya. Sebab, kue ini tidak diberi bahan pengawet sehingga masa layak konsumsinya hanya lima hari dari hari pembuatan.
Untuk harga, kue bika ambon yang berukuran 20 x 20 cm ini dijual mulai dari harga Rp 95 ribu/loyang, sedangkan untuk kue lapis legit dibandrol dengan harga Rp 400 ribu/loyang.
“Alhamdulillah, hingga saat ini usaha yang ditekuni masih berjalan. Meskipun permintaan agak menurun dibandingkan sebelumnya, akibat adanya pandemi Covid 19. Untuk saat ini, hanya memproduksi 8 loyang itupun penjualannya bisa mencapai 3 hari,” katanya.
Memang ada kiat tersendiri sehingga usaha yang digeluri masih bisa bertahan hingga kini. Menurut Fazilah, dalam menjalankan usaha kunci utama kepada pelanggan adalah jujur. Jangan pernah kita membohongi pembeli, karena bila sudah sekali merasa tidak enak kue yang dibelinya, maka dia tidak lagi membeli produk kita.
“Saya selalu menyampaikan apa adanya ke pembeli. Bila memang bentuk dan warna kue kurang bagus, akan dikatakan yang sebenarnya. Sehingga pembeli tidak merasa ditipu,” katanya. (HUMAS PTPN VII/17*).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020