Mata uang aman dolar AS naik moderat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran tentang meningkatnya jumlah infeksi virus corona mendorong langkah penghindaran risiko atau risk-off yang lebih luas, mendorong ekuitas AS lebih rendah.

Lonjakan dalam infeksi virus corona telah memaksa California dan negara-negara bagian lainnya ditutup lagi, meningkatkan kekhawatiran ekonomi AS dan pasar tenaga kerja akan terus menderita.

Penjualan ritel pada Juni meningkat untuk bulan kedua berturut-turut, menurut laporan dari Departemen Perdagangan.

Baca juga: Emas jatuh 13,5 dolar ketika ECB pertahankan kebijakan

Tetapi, kebangkitan dalam kasus baru COVID-19 mengurangi pertumbuhan yang baru muncul, membuat 32 juta orang Amerika menerima tunjangan pengangguran, menurut laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (16/7/2020).

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama rivalnya, terakhir naik 0,35 persen menjadi 96,350.

Tiga indeks saham utama AS semuanya berada di posisi merah, dengan indeks S&P 500 terakhir turun 0,42 persen.

Baca juga: Rupiah menguat menjelang pengumuman hasil rapat Bank Indonesia

“Data secara umum cukup konstruktif pada penjualan ritel AS. Namun saya pikir untuk valuta asing belum benar-benar berubah,” kata Mazen Issa, ahli strategi valuta asing senior di TD Securities.

Itu terjadi, dia menjelaskan, karena sejak posisi terbawah di pasar saham pada 23 Maret, pasar valuta asing telah sangat berkorelasi dengan ekuitas.

“Data itu sendiri bukan merupakan titik fokus untuk pasar uang, ini benar-benar tentang kinerja aset-aset berisiko. Dan itu telah dimotivasi oleh anggapan bahwa data yang buruk mungkin ada di bulan-bulan mendatang, bahwa Anda memiliki hambatan fiskal dan moneter."

Baca juga: Rupiah terkoreksi meski neraca dagang Juni 2020 surplus

Euro sedikit melemah dalam perdagangan sore, terakhir turun 0,28 persen pada 1,138 dolar menjelang pertemuan puncak Uni Eropa yang dimulai Jumat, di mana negara-negara Eropa diharapkan akan menyetujui dana pemulihan 750 miliar euro (856 miliar dolar AS) untuk menghidupkan kembali pertumbuhan di blok itu.

Bahkan jika paket pembiayaan yang disepakati oleh UE lebih kecil dari yang saat ini ada di meja perundingan, para analis mengatakan dolar masih akan terus melemah terhadap euro.

"Sementara (Eropa) memiliki masalah mereka, mereka berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk pulih daripada Amerika Serikat. Dan itulah alasan lain bahwa dolar melemah secara keseluruhan," kata John Doyle, wakil presiden bidang transaksi dan perdagangan di Tempus Inc.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020