Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu berpotensi tertekan karena kekhawatiran pasar terhadap terus naiknya jumlah kasus positif corona.
Pada pukul 09.32 WIB, rupiah masih menguat 43 poin atau 0,3 persen menjadi Rp14.397 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.440 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan rupiah bisa tertekan hari ini terhadap dolar AS karena kekhawatiran pasar mengenai peningkatan kasus COVID-19 kembali membayangi pergerakan pasar.
"Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus COVID-19 ini akan menyebabkan pemulihan ekonomi terganggu," ujar Ariston.
Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) melaporkan kenaikan laju kasus positif COVID-19 pada Juni yang bisa menyebabkan kenaikan tingkat kematian akibat wabah tersebut ke depannya.
Sementara itu, sejumlah pejabat Bank Sentral AS The Federal Reserve semalam juga mengindikasikan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi karena COVID-19.
Tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun terlihat melemah kembali dari kisaran 0,7 persen ke 0,64 persen, yang mengindikasikan tingginya permintaan aset aman dolar AS.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak melemah ke arah resisten di Rp14.550 per dolar AS, dengan level support di kisaran Rp14.440 per dolar AS.
Pada Selasa (7/7/2020) lalu, rupiah ditutup menguat 50 poin atau 0,35 persen menjadi Rp14.440 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.490 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Pada pukul 09.32 WIB, rupiah masih menguat 43 poin atau 0,3 persen menjadi Rp14.397 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.440 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan rupiah bisa tertekan hari ini terhadap dolar AS karena kekhawatiran pasar mengenai peningkatan kasus COVID-19 kembali membayangi pergerakan pasar.
"Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus COVID-19 ini akan menyebabkan pemulihan ekonomi terganggu," ujar Ariston.
Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) melaporkan kenaikan laju kasus positif COVID-19 pada Juni yang bisa menyebabkan kenaikan tingkat kematian akibat wabah tersebut ke depannya.
Sementara itu, sejumlah pejabat Bank Sentral AS The Federal Reserve semalam juga mengindikasikan kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi karena COVID-19.
Tingkat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun terlihat melemah kembali dari kisaran 0,7 persen ke 0,64 persen, yang mengindikasikan tingginya permintaan aset aman dolar AS.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak melemah ke arah resisten di Rp14.550 per dolar AS, dengan level support di kisaran Rp14.440 per dolar AS.
Pada Selasa (7/7/2020) lalu, rupiah ditutup menguat 50 poin atau 0,35 persen menjadi Rp14.440 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.490 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020