Jakarta, 4/3 (ANTARA) - Buku sains anak kontekstual berjudul "Di Mana Ada Alien" yang ditulis jurnalis majalah anak "Bobo" Johana Ernawati bersama konsultan saintifik Dr Taufiq Hidayat diluncurkan di Jakarta, Minggu.

"Dunia perbukuan sains anak nasional banyak didominasi buku yang ditulis oleh penulis sains dari mancanegara. Kami sebagai penerbit buku ilmu pengetahuan populer memiliki kegelisahan, mungkinkah kita menerbitkan buku sains lokal?," kata Manajer Redaksi dan Produksi Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Christina M. Udiani yang menerbitkan buku itu.

Ia menjelaskan, sepintas mungkin terasa menggelikan, yakni mungkinkah sains bersifat lokal. "Teori relativitas Einstein, misalnya, adakah yang versi Asia atau Eropa atau versi Indonesia atau mancanegara? Tentu, yang dimaksud di sini bukanlah lokal seperti itu," katanya.

Teori sains bersifat universal. Namun, untuk memahami yang universal kerap dibutuhkan yang dekat, yang dikenal akrab.

"Sains pun demikian. Untuk belajar sains, telah lama disadari, kita memerlukan pembelajaran yang kontekstual, terutama bila kita menerima kesimpulan penelitian Nisbett, seorang psikolog dari Universitas Michigan.

Menurut dia, dalam bukunya "The Geography of Thougt" (2003), Nisbett berpandangan, bahwa gagasan atau pemikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh lokasi geografis ia berada.

Ia mencontohkan, seorang anak di Asia, misalnya, dalam suatu permainan pasang-pasangan akan segera memasangkan sapi dengan rumput, karena ia lebih terbiasa melihat sapi memakan rumput.

Namun, untuk sebagian anak Eropa, sapi akan dipasangkan dengan ayam karena begitulah menurut taksonominya.

Sementara itu, Johanna Ernawati, mantan pewarta foto majalah "Jakarta-Jakarta" yang kemudian beralih sebagai penulis dan jurnalis sains di majalah anak-anak Bobo menjelaskan bahwa kegelisahannya selama ini adalah mengapa banyak buku sains anak dibuat penulis asing.

Faktor itu yang membuatnya menggeluti rahasia penulisan sains untuk anak.

"Ternyata, menerjemahkan pengetahuan sains yang rumit untuk anak-anak tidak mudah," kata penulis yang lahir 10 Agustus 1969 di kota kecil yang dikelilingi hutan jati di Jawa Timur, yaitu Bojonegoro.

Taufiq Hidayat, sarjana astronomi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung menjelaskan, sekembali meraih doktor astrofisika di Universitas Paris 7-Denis Diderot, Prancis punya impian mempopulerkan astronomi di kalangan orang awam.

Ia menjelaskan, banyak orang awam pada saat itu belum paham perbedaan astronomi dan astrologi, dan perlahan-lahan ia Hidayat merintis jalan tersebut.

Saat menjabat Kepala Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung berbagai kegiatan astronomi populer diadakan di Bosscha.

Misalnya Astrocamp, Space Week, malam pengamatan Mars untuk publik, membuka Bosscha untuk kunjungan publik, dan bekerja sama dengan berbagai media massa.

 

Pewarta:

Editor : Budisantoso Budiman


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012