Bogor (Antaranews Megapolitan) - Bidang pendidikan dan penelitian sejatinya menjadi tolok ukur bagi kemajuan sebuah bangsa. Melalui pendidikan akan dihasilkan generasi cerdas yang siap menjadi ilmuwan handal. Sedangkan melalui penelitian akan dihasilkan sebuah karya fenomenal yang digunakan untuk menyelesaikan masalah global.
Untuk itu, ilmuwan-ilmuwan dari sembilan negara di Asia berkumpul di Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam acara simposium internasional yang diselenggarakan oleh IPB dan Kyoto University (KU) untuk membahas perkembangan pendidikan dan penelitian di masing-masing negara.
Simposium internasional yang bertema “On Education and Research in Global Environmental Studies in Asia” ini digelar di IPB International Convention Center (IICC), Bogor (30/11-2/12). Simposium tersebut dihadiri sedikitnya 250 peserta dari sembilan negara, baik dari kalangan ilmuwan, industri, maupun pemerintah.
Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB, Prof. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.F. menyatakan bahwa simposium internasional ini bertujuan untuk berbagi informasi aktual tentang kerjasama pendidikan di Asia dan negara-negara Barat. Materi simposium disampaikan melalui diskusi panel dan seminar yang fokus pada penelitian internasional.
“Melalui simposium ini, kita bisa berakselerasi di bidang pendidikan dan penelitian yang berbasis pada lingkungan. Simposium ini juga membahas tentang eco-tourism dan sharing pengalaman praktis dari industri maupun kerjasama industri dengan perguruan tinggi,” tutur Prof. Dodik.
Terdapat enam pokok bahasan yang dibahas selama simposium berlangsung yaitu penyampaian hasil penelitian tentang studi lingkungan global, kolaborasi antara akademisi dengan industri di bidang teknik dan lingkungan, pertanian dan pengelolaan ekosistem hutan untuk pembangunan berkelanjutan, pencapaian dan pendanaan penelitian bagi peneliti muda dan perspektif masa depan, kegiatan utama untuk internasionalisasi akademik dan pencapaian dan tantangan The Graduate School of Global Environmental Studies (GSGES): penelitian, pendidikan, dan kemitraan lintas batas.
Di sela-sela simposium, dilaksanakan juga penandatanganan kerjasama antara IPB dengan KU tentang penguatan pendidikan dan penelitian lingkungan. Tidak hanya itu, peserta simposium juga diajak untuk berkeliling Kebun Raya Bogor serta study tour di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Salak dan Industri Pengolah Limbah Pamunah.
Dekan Graduate School of Global Environmental Studies (GSGES), Prof. Shinya Funakawa menegaskan bahwa kegiatan simposium ini untuk berbagi informasi tentang kerjasama pendidikan dna penelitian dengan mitra perguaruan tinggi. Ia mengatakan bahwa sampai saat ini GSGES sudah menjalin kerjasama dengan 11 lembaga di negara-negara Asia, termasuk di dalamnya adalah lembaga pendidikan tinggi dan industri.
“Selain itu, Kyoto University telah memulai program pertukaran penelitian dengan dukungan universitas di Asia dengan program inti pembangunan yang berbasis pada studi lingkungan secara global dengan pendekatan praktis berdasarkan peraturan di Asia. Program ini dilaksanakan dengan tujuan bertukar peneliti untuk mengembangkan dan memperluas studi tentang lingkungan di wilayah Asia,” kata Prof. Sinya.
Kegiatan simposium ini juga bertujuan menyampaikan hasil penelitian selama satu tahun terakhir di wilayah Asia terutama di ASEAN. Hasil penelitian tersebut disampaikan melalui presentasi makalah dan presentasi poster. Kegiatan simposium juga dimeriahkan dengan study fair yang dihadiri oleh lebih dari 300 peserta baik mahasiswa maupun siswa SMA. Study fair tersebut bertujuan untuk memberikan informasi tentang program studi maupun beasiswa yang ada di Kyoto University dan IPB.
Ilmuwan dari 9 negara berkumpul di IPB membahas pendidikan dan penelitian
Jumat, 14 Desember 2018 15:06 WIB
Simposium ini juga membahas tentang eco-tourism dan sharing pengalaman praktis dari industri maupun kerjasama industri dengan perguruan tinggi.