Bogor, 12/3 (ANTARA) - Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, tetap berlanjut meski empat hari terakhir tentara zionis Israel kembali rutin menyerang wilayah tersebut.
"Walau kondisi semakin mencekam akan tetapi aktivitas pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza beraktivitas seperti biasa," kata relawan organisasi kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia Abdillah Onim yang menghubungi ANTARA dari Gaza, Minggu (11/3) malam.
Ia menjelaskan, dalam serangkan kali ini tidak hanya wilayah basis para pejuang Palestina yang di bom, akan tetapi tentara zionis secara membabi buta menyerang seluruh wilayah yang ada di Jalur Gaza, baik wilayah bagian utara, selatan, timur.
"Bahkan di tengah-tengah Kota Gaza yang padat penduduk tak luput dari serangan zionis Israel, baik dari jet F-16, dari kapal perang maupun dari pesawat drone (pesawat tanpa awak)," katanya.
Menurut dia, penyerangan yang dilakukan zionis lebih fokus pada malam hari. "Sepertinya zionis Israel mengambil kesempatan pada saat wilayah Jalur Gaza sedang mengalami kesempitan yaitu diserang pada malam ketika penduduk tidak memiliki lampu penerang," katanya.
Kemudian, juga diserang pada siang hari saat penduduk sedang ramai berjalan kaki karena Jalur Gaza sedang krisis BBM (solar, bensin dan gas).
"Dan yang lebih keji lagi tentara zionis Israel menyerang di saat para warga sedang sibuk berbelanja di pasar tradisional untuk kehidupan makan mereka sehari-hari. Akibat dari dari kondisi seperti ini maka harga bahan makanan semakin mahal harganya," katanya.
Abdillah Onim menjelaskan, selama empat hari terakhir wilayah yang menjadi sasaran kebrutalan tentara zionis adalah Kota Gaza, Kota Jabalia, Kota Khan Yunis wilayah Rafah.
"Sampai laporan ini kami sampaikan kondisi Jalur Gaza masih dalam suasana tragis dan mencekam," katanya.
Ia menambahkan, kondisi di malam hari ramai dengan suara sirine mobil ambulans yang dibarengi dengan suara pesawat milik tentara zionis.
Untuk menghindari sasaran tembakan tentara zionis maka sebagian besar jalan raya tidak dilalui oleh warga Gaza.
Menurut dia, pada Sabtu (10/3), ia memberanikan diri pergi ke pasar tradisional yang barada di Naser City.
Ketika sedang sibuk berbelanja bahan makanan, kata dia, tiba-tiba satu unit pesawat jet F-16 zionis Israel terbang persis di atas pasar tersebut dan melontarkan dua bom. Seketika itu, serentak para wanita berteriak dan tangisan anak-anak terdengar sembari lari berhamburan keluar dari lokasi pasar.
Akibat bom tersebut, sekurangnya satu tewas dan lima orang lainnya luka-luka.
Lima menit kemudian dengan membawa lima kantong plastik yang sobek tidak beraturan dan mengaitkan ke setir motor dikendarai ia menuju lokasi lain di daerah pantai.
Setibanya di tempat itu terlihat sebuah gedung yang hancur dengan kedalaman tujuh meter.
Ketika dirinya mengabadikan kondisi tersebut tiba-tiba terdengar suara pesawat dan beberapa pemuda memintanya untuk lari meninggalkan lokasi tersebut.
"Tiba-tiba bom jatuh di tempat yang sama dan akibat kejadian tersebut tas ransel saya yang berisi kamera dan handycam sempat jatuh. Alhamdulillah sempat saya ambil kembali akan tetapi sebagian uang pribadi berupa tabungan untuk membeli pakaian bayi hilang tidak tahu kemana," katanya.
Setelah itu, dengan mengendarai motor ia menuju ke Rumah Sakit Syifa. Di tempat itu, terlihat ramai dengan ambulans yang mengantar para korban.
Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan dari pihak RS, diketahui bahwa dari empat hari serangan itu sudah 17 warga Gaza yang tewas dan 35 lainnya luka.
Para korban adalah anak-anak, wanita dan laki-laki.
Melihat kebrutalan tentara zionis tersebut, katanya, para pejuang Palestina baik Hamas, Jihad Islami dan beberapa gerakan lainnya tidak tinggal diam.
Mereka juga rutin membalas tembakan tentara zionis dengan menggunakan roket anti-pesawat dan roket anti-tank kea arah markas tentara zionis dan Kota Israel.
"Tentu dari pihak zionis juga ada yang tewas akan tetapi mereka malu untuk mengekspose berita tersebut," katanya.
Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad menjelaskan, pembangunan RS Indonesia di Gaza berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan asal Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir
tahun 2008 hingga awal 2009, yang saat itu dipimpin Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Kementerian Kesehatan dr Rustam S. Pakaya, MPH.
RS Indonesia di Gaza yang pernah disampaikan MER-C adalah berupa pusat trauma dan rehabilitasi dengan bentuk bangunan segi delapan, berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara, yang merupakan wakaf dari pemerintah Gaza.