Harga emas merosot lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena harapan untuk rebound ekonomi global mendapat dorongan dari data penggajian non-pertanian AS yang lebih baik dari perkiraan, mengurangi permintaan untuk aset safe havens.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange, jatuh 44,4 dolar AS atau 2,57 persen, menjadi ditutup pada 1.683,00 dolar AS per ounce, setelah laporan pekerjaan AS yang kuat memberikan tekanan pada logam mulia.
Harga emas juga tertekan oleh imbal hasil yang lebih kuat dan dolar yang sedikit menguat, "yang berarti peluang kerugian menyimpan emas dalam portofolio telah naik," tambah Melek.
Wall Street melonjak setelah jatuh ke wilayah bearish setelah data terbaru AS menunjukkan penurunan drastis dalam pengangguran menjadi 13,3 persen pada Mei dari 14,7 persen pada April karena pemutusan hubungan kerja (PHK) berkurang.
Baca juga: Gubernur BI menampik dana haji untuk perkuat nilai tukar rupiah
Data datang menjelang pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS minggu depan. Bank sentral telah menyuntikkan stimulus besar-besaran dan memangkas suku bunga mendekati nol untuk meredam pukulan dari pandemi Virus Corona.
Namun, "kami masih menghadapi ketidakpastian ekonomi, ketegangan perdagangan, masalah di Amerika Serikat," kata Analis INTL FCStone Rhona O'Connell. "Untuk jangka panjang, pengaruhnya jelas lebih positif (untuk emas) daripada negatif."
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 58,2 sen atau 3,22 persen, menjadi ditutup pada 17,479 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli kehilangan 34,6 dolar AS atau 4 persen, menjadi menetap pada 830,4 dolar AS per ounce
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange, jatuh 44,4 dolar AS atau 2,57 persen, menjadi ditutup pada 1.683,00 dolar AS per ounce, setelah laporan pekerjaan AS yang kuat memberikan tekanan pada logam mulia.
Harga emas berjangka terangkat 22,6 dolar AS atau 1,33 persen menjadi ditutup pada 1.727,40 dolar AS per ounce pada Kamis (4/6/2020), setelah anjlok 29,2 dolar AS atau 1,68 persen menjadi 1.704,80 dolar AS per ounce pada Rabu (3/6/2020), dan jatuh 16,3 dolar AS atau 0,93 persen menjadi 1.734,00 dolar AS pada Selasa (2/6/2020).
Baca juga: Rupiah menguat, tembus di bawah Rp14.000 per dolar pada akhir pekan
Harga emas juga tertekan oleh imbal hasil yang lebih kuat dan dolar yang sedikit menguat, "yang berarti peluang kerugian menyimpan emas dalam portofolio telah naik," tambah Melek.
Wall Street melonjak setelah jatuh ke wilayah bearish setelah data terbaru AS menunjukkan penurunan drastis dalam pengangguran menjadi 13,3 persen pada Mei dari 14,7 persen pada April karena pemutusan hubungan kerja (PHK) berkurang.
Baca juga: Gubernur BI menampik dana haji untuk perkuat nilai tukar rupiah
Data datang menjelang pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve AS minggu depan. Bank sentral telah menyuntikkan stimulus besar-besaran dan memangkas suku bunga mendekati nol untuk meredam pukulan dari pandemi Virus Corona.
Namun, "kami masih menghadapi ketidakpastian ekonomi, ketegangan perdagangan, masalah di Amerika Serikat," kata Analis INTL FCStone Rhona O'Connell. "Untuk jangka panjang, pengaruhnya jelas lebih positif (untuk emas) daripada negatif."
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 58,2 sen atau 3,22 persen, menjadi ditutup pada 17,479 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli kehilangan 34,6 dolar AS atau 4 persen, menjadi menetap pada 830,4 dolar AS per ounce
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020