Waktu pertama kali mendengar wabah korona di Wuhan, China, waktu itu kita masih santai saja, kemudian kita mulai bertanya, penyakit apa itu ”Wuhan Corona Virus” lalu ketika penyakit ini mulai menular keluar kota Wuham, kita juga masih santai, masih jauh disana, lalu ketika negara-negara tetangga kita sudah mulai ada kasus kita mulai sedikit kawatir.
Jangan-jangan akan tertular juga kita. Ketika sudah mulai ditemukan orang dalam pemantauan, Pasien dalam pengawasan, kita sudah mulai waspada. Pintu-masuk masuk diawasi, jangan ada orang sakit yang masuk ke Indonesia.
Di pintu-pintu masuk Negara, bandara, pelabuhan dipasang termal alert, kemudian rumah sakit mulai merawat suspek. Ketika kasus pertama ditemukan, kita baru sadar, ternyata ada disini, bukan nun jauh disana.
Baca juga: Haruskah menggunakan masker?
Saat ini kasus sudah semakin banyak, banyak sekali. Yang sakit tidak hanya orang yang baru datang dari luar negri. Yang sakit tidak hanya orang yang datang dari Jakarta. Yang sakit bukan hanya yang merawat orang sakit Covid -19. Yang sakit sudah sangat banyak.
Ada satu keluarga saling menularkan, ada orang-orang satu kantor yang saling menularkan, ada sesama jamaah masjid dan gereja yang saling menularkan, ada sesama peserta seminar yang saling menularkan, bahkan ada yang tertular dari bis umum, kereta, pasar dan sebagainya.
Saat ini sudah ditemukan orang yang tidak menunjukkan gejala tetapi menularkan. Saat ini banyak yang masih beraktivitas di luar rumah namun menularkan. Dan kita tidak tahu itu orang yang mana.
Apakah kita mau membiarkan diri kita tertular, keluarga kita tertular? Memang jika tertular hari ini besok mati? Nggak juga kan? Tetapi apakah kita akan membiarkan diri kita tertular dan kemudian kita menularkan juga kepada keluarga, orang-orang dekat, teman-teman kantor, tetangga atau orang-orang lainnya? Nggak juga kan? Lalu bagaimana? Kita sudah tidak lagi bisa hanya mengandalkan deteksi di pintu2 masuk, bandara, dan sebagainya.
Kita sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan deteksi panas badan dan hand sanitizer saja. Tidak cukup. Orang-orang yang sakit Covid -19 tengah diisolasi, tetapi virus corona menyebar dengan cepat di lingkungan kita, di wilayah kita. Melalui apa? Melalui kontak jarak dekat. Ini adalah penularan komunitas (Community transmission).
Baca juga: Cegah COVID-19, anggota DPRD Kota Bogor cek kesehatan
Semakin meluas penularan komunitas terjadi, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan, yaitu mengurangi kontak antara satu warga yang satu dengan yang lainnya (Sosial Distancing) yang dalam Bahasa kita adalah mengurangi kontak antar warga.
Yaitu mengurangi kegiatan-kegiatan yang mendatangkan orang, membuat orang berkumpul, berkerumun, berdesakan dan sejenisnya. Sosial Distancing termasuk tindakan mengurangi pertemuan di tempat umum, menutup sekolah, kegiatan keagamaan, mengurangi penggunaan transpotasi umum yang tidak penting.
Beberapa panduan para ahli:
- Menghindar pertemuan besar ( lebih dari 10 orang)
- Jaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain.
- Jangan pergi kesarana kesehatan kecuali diperlukan. Bila mempunyai anggota keluarga yang di rumah sakit, batasi pengunjung terutam aji kamereka adalah anak-anak atau kelompok risiko tinggi (misalnya lanjut usia, berpenyakit kronis yang dapat memperberat seperti jantung, diabetes dan penyakit kronislainnya)
- Orang berisiko tinggi sebaiknya tetap dirumah dan menghindari pertemuan atau kegiatan yang berpotensi terpapar virus.
- Beri dukungan pada anggota keluarga, teman ,atau tetangga yang terinfeksi tanpa harus bertemu langsung misalnya melalui telepon, WA dan sebagainya.
- Ikuti panduan pemerintah
- Ikuti perkembangan informasi karena situasi dapat berubah dengan cepat sesuai perkembangan penyakit dan penyebarannya.
Beberapa saran dari WHO untuk social Distancing Antara lain: Menghindari kerumunan, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari berjabat tangan, fokuskan kegiatan didalam rumah.
Oleh: Sie infokes dan Humas Dinkes Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Jangan-jangan akan tertular juga kita. Ketika sudah mulai ditemukan orang dalam pemantauan, Pasien dalam pengawasan, kita sudah mulai waspada. Pintu-masuk masuk diawasi, jangan ada orang sakit yang masuk ke Indonesia.
Di pintu-pintu masuk Negara, bandara, pelabuhan dipasang termal alert, kemudian rumah sakit mulai merawat suspek. Ketika kasus pertama ditemukan, kita baru sadar, ternyata ada disini, bukan nun jauh disana.
Baca juga: Haruskah menggunakan masker?
Saat ini kasus sudah semakin banyak, banyak sekali. Yang sakit tidak hanya orang yang baru datang dari luar negri. Yang sakit tidak hanya orang yang datang dari Jakarta. Yang sakit bukan hanya yang merawat orang sakit Covid -19. Yang sakit sudah sangat banyak.
Ada satu keluarga saling menularkan, ada orang-orang satu kantor yang saling menularkan, ada sesama jamaah masjid dan gereja yang saling menularkan, ada sesama peserta seminar yang saling menularkan, bahkan ada yang tertular dari bis umum, kereta, pasar dan sebagainya.
Saat ini sudah ditemukan orang yang tidak menunjukkan gejala tetapi menularkan. Saat ini banyak yang masih beraktivitas di luar rumah namun menularkan. Dan kita tidak tahu itu orang yang mana.
Apakah kita mau membiarkan diri kita tertular, keluarga kita tertular? Memang jika tertular hari ini besok mati? Nggak juga kan? Tetapi apakah kita akan membiarkan diri kita tertular dan kemudian kita menularkan juga kepada keluarga, orang-orang dekat, teman-teman kantor, tetangga atau orang-orang lainnya? Nggak juga kan? Lalu bagaimana? Kita sudah tidak lagi bisa hanya mengandalkan deteksi di pintu2 masuk, bandara, dan sebagainya.
Kita sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan deteksi panas badan dan hand sanitizer saja. Tidak cukup. Orang-orang yang sakit Covid -19 tengah diisolasi, tetapi virus corona menyebar dengan cepat di lingkungan kita, di wilayah kita. Melalui apa? Melalui kontak jarak dekat. Ini adalah penularan komunitas (Community transmission).
Baca juga: Cegah COVID-19, anggota DPRD Kota Bogor cek kesehatan
Semakin meluas penularan komunitas terjadi, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan, yaitu mengurangi kontak antara satu warga yang satu dengan yang lainnya (Sosial Distancing) yang dalam Bahasa kita adalah mengurangi kontak antar warga.
Yaitu mengurangi kegiatan-kegiatan yang mendatangkan orang, membuat orang berkumpul, berkerumun, berdesakan dan sejenisnya. Sosial Distancing termasuk tindakan mengurangi pertemuan di tempat umum, menutup sekolah, kegiatan keagamaan, mengurangi penggunaan transpotasi umum yang tidak penting.
Beberapa panduan para ahli:
- Menghindar pertemuan besar ( lebih dari 10 orang)
- Jaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain.
- Jangan pergi kesarana kesehatan kecuali diperlukan. Bila mempunyai anggota keluarga yang di rumah sakit, batasi pengunjung terutam aji kamereka adalah anak-anak atau kelompok risiko tinggi (misalnya lanjut usia, berpenyakit kronis yang dapat memperberat seperti jantung, diabetes dan penyakit kronislainnya)
- Orang berisiko tinggi sebaiknya tetap dirumah dan menghindari pertemuan atau kegiatan yang berpotensi terpapar virus.
- Beri dukungan pada anggota keluarga, teman ,atau tetangga yang terinfeksi tanpa harus bertemu langsung misalnya melalui telepon, WA dan sebagainya.
- Ikuti panduan pemerintah
- Ikuti perkembangan informasi karena situasi dapat berubah dengan cepat sesuai perkembangan penyakit dan penyebarannya.
Beberapa saran dari WHO untuk social Distancing Antara lain: Menghindari kerumunan, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari berjabat tangan, fokuskan kegiatan didalam rumah.
Oleh: Sie infokes dan Humas Dinkes Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020