Bogor, (Antaranews Bogor) - Kemenristek mengatakan kemampuan peneliti dalam memahami sumber daya hayati harus ditingkatkan untuk mengimbangi tingginya minat peneliti asing yang ingin masuk ke Indonesia, hal ini harus menjadi kewaspadaan agar tidak terjadi pencurian keragaman hayati yang dimiliki.

"Banyaknya peneliti asing yang meneliti keragaman hayati kita ini dapat dilihat dari sisi kewaspadaan jangan sampai kita tidak memahami kekayaaan hayati kita sendiri, tapi justru orang luar yang lebih memahami, sehingga kita tahu kandungan apa yang telah diambil selama penelitian berlangsung," kata Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Bidang Pangan dan Pertanian Benyamin Lakitan dalam acara Bioresources LIPI Expo di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Benyamin mengatakan minat peneliti asing terhadap keragaman hayati yang dimiliki Indonesia sangat tinggi, ini terbukti dari pengajuan izin penelitian asing yang diterima, dan kebanyakan di ranah keragaman hayati.

"Tingkat pemahaman terhadap keragaman hayati yang kita miliki menjadi penting sebagai konsentrasi kita agar siapapun pihak yang mendapat keuntungan dari penelitian sumber hayati kita. Jadi harus ditingkatkan pemahaman kita pada sumber daya hayati yang kita miliki," kata Benyamin.

Ia mengatakan, peneliti Indonesia harus bisa mengikuti tren di bidang penelitian hayati agar dapat mengimbangi kemampuan penelitian asing yang datang meneliti sumber daya hayati yang dimiliki.

"Dari sekarang supaya peneliti Indonesia meningkatkan pemahaman mengikuti tren, misalnya saat ada kerja sama penelitian bioetanil, apa saja yang diteliti, peneliti kita harus tahu ketika ada bahan yang diambil walau cuma bentuk ekstrak jadi tahu dan mulai curiga kalau ada yang mengambil," kata Benyamin.

Selain meningkatkan pemahaman terhadap sumber daya hayati, lanjut Benyamin, kedepan peneliti Indonesia secara bertahap harus bisa bekerja sendiri tidak tergantung pada peneliti atau kerja sama asing.

"Kita harus memperkuat sumber daya manusia dan kapasitas berkaitan dengan peneliti itu, artinya dihitung dari sektor ekonomi bisa mengurangi investasi asing di negeri sendiri," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Benyamin, penguatan lembaga pendidikan di daerah termasuk pengawasan Pemerintah Daerah dalam memberikan izin penelitian asing di daerah juga diperlukan, agar kebijakan di pusat untuk melindungi keragaman hayati sejalan hingga ditingkat daerah.

Benyamin mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati baik di darat maupun di laut. Bila dua keanekaragaman hayati tersebut dikombinasikan maka Indonesia dapat menjadi no 1 di dunia.

"Kita patut bersyukur dengan kekayaan hayati ini, tetapi ini harus dikembangkan agar memberikan manfaat. Bagaimana sumber daya hayati ini dikelola dalam rangka mendukung ekonomi hijau, selain untuk pertumbuhan ekonomi juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan, dan berkelanjutan," kata Benyamin.

Kepala LIPI Prof Lukman Hakim menambahkan sumber daya hayati atau bioresources memiliki potensi besar di bidang ekonomi, industri farmasi, pangan, lingkungan dan material produk.

"Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk produksi bioetanol ditinjau dari segi ketersediaan biomasa yang beragam dan lahan," kata Lukman.

LIPI menggelar Bioresources Expo yang bertujuan untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan Bioresources di Indonesia. Acara tersebut terdiri dari konferensi, seminar, pameran dan ekspose hasil penelitian LIPI yang terkait dengan sumber daya alam hayati.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014