Cibinong, (Antaranews Bogor) - Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebijakto mengatakan produksi perikanan budi daya mengalami peningkatan sebesar 17,4 persen per tahun.

"Peningkatan ini berasal dari budi daya ikan Karamba, dan Karamba Jaring Apung," kata Slamet dalam acara Seminar Nasional Limnologi VII di Cibinong Science Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Menurut Slamet, produksi tersebut akan terus meningkat dan akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masyarakat yang terus meningkat setiap tahunnya.

Ia mengatakan, usaha perikanan budi daya di perairan umum merupakan salah satu kegiatan usaha yang mempunyai prospek dan peluang untuk dikembangkan.

Dijelaskannya, saat ini dari luas potensi lahan perairan umum seluas 158.125 hektare, pada tahun 2013 kurang lebih baru satu persen yang sudah dimanfaatkan.

Dari total produksi ikan budi daya air tawar tahun 2012 sebesar 7,12 juta ton, produksi ikan budi daya dari perairan umum memberikan kontribusi sebesar 32 persen dengan komoditas utama yang dibudidayakan adalah Nila, Mas dan Patin.

Secara global, lanjut Slamet, perikanan budi daya memiliki peningkatan produksi 8,2 persen per tahun lebih tinggi dibandingkan dengan perikanan tangkap yang stabil di angka 1,3 persen per tahun.

"Peningkatan produksi ini juga mendorong meningkatnya peningkatan pendapatan dari pelaku usaha perikanan budi daya," ujar Slamet.

Slamet menyebutkan, berdasarkan data dari BPS, pendapatan rumah tangga usaha perikanan budi daya lebih besar di bandingkan dengan usaha pertanian lainnya. Selain itu, BPS juga menyampaikan bahwa ika dari usaha budi daya merupakan sumber protein dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan hasil peternakan seperti ayam, sapi, kambing maupun telur.

Lebih lanjut Slamet, menyampaikan, sesuai dengan Rancangan Kebijakan Pembangunan Budi Daya 2015-2019, usaha budi daya perikanan di perairan umum merupakan salah satu usaha yang akan dikembangkan melalui kebijakan pelestarian dan keberlanjutan sumber daya perikanan budi daya.

"Penerapan kebijakan ini adalah melalui rehabilitasi lingkungan di sentra produksi perikanan budi daya yang salah satunya adalah perairan umum baik itu di waduk, danau, lingkungan tambak dan juga aliran sungai," katanya.

Selain itu, lanjut Slamet, adalah pengembangan "Culture Based Fisheries (CBF) dengan pendekatan komoditas "Multi Trophic Level".

"Melalui kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi perikanan nasional dengan tetap memperhatikan lingkungan sehingga dapat berkelanjutan," katanya.

Slamet menambahkan, danau dan waduk merupakan salah satu perairan umum yang sudah dimanfaatkan kegiatan usaha budi daya perikanan. Di Indonesia terdapat sekitar 76 danau dan waduk dengan total luas 639,9.000 hektare yang memiliki potensi untuk dikembangkan dengan memperhatikan prinsip berkelanjutan.

Menurutnya, pengelolaan dan pemanfaatan danau dan waduk memerlukan sinergi dari semua pihak yang berkepentingan seperti perikanan budi daya, perikanan tangkap, pariwisata, perhubungan dan lingkungan hidup.

"Sinergi ini diperlukan sehingga dapat memberikan hasil positif yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan juga bagi perekonomian nasional," kata Slamet.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014