Jakarta, (Antaranews Bogor) - Dewan Penyantun Program Pembinaan Sumber Daya Manusia (PPSDMS) Nurul Fikri Laksamana Muda (Purn) Husein Ibrahim menengarai saat ini makin langka sosok pemimpin yang diterima lintas kelompok.
"Yakni, adalah mereka (pemimpin) yang merangkul semua potensi bangsa," katanya dalam keterangan yang diterima dari PPSDMS Nuruf Fikri di Jakarta, Minggu.
Berbicara pada penyerahan estafet kepengurusan dari Direktur PPSDMS sebelumnya yakni dari sosok senior Drs Musholi kepada juniornya Dr Bachtiar Firdaus, ia menyatakan bahwa dalam kondisi seperti itu maka generasi muda harus tampil sebagai tokoh nasional, termasuk dari yang berlatar belakang Muslim moderat.
Dikemukakannya bahwa kepemimpinan nasional Indonesia menghadapi tantangan berat di masa kini dan mendatang, karena masalah pengkaderan belum menjadi perhatian utama.
"Karena itu, perlu dikembangkan pusat pengkaderan kepemimpinan nasional," katanya.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Bank Internasional Kemal Stamboel menyatakan kondisi dunia sudah semakin terbuka, sehingga para pemimpin tidak boleh terjebak nasionalisme sempit.
"Persaingan global saat ini berdasarkan kompetensi individu dan daya saing bangsa. Kekuatan kita pada kemampuan membangun `networking` dan kolaborasi dengan bangsa lain," katanya.
Untuk itu, kata mantan Ketua Komisi I DPR itu, ajang demokrasi seperti pemilihan presiden mestinya dimanfaatkan demi memunculkan kader-kader terbaik bangsa.
"Bukan saling merendahkan dan menegasikan," katanya menegaskan.
Sementara itu, Menristek RI periode 2009-2011 Suharna Surapranata menegaskan perlunya mengubah paradigma.
"Perjuangan kita bukan saling menghancurkan, namun membangun sinergi demi memperbaiki kondisi bangsa," katanya.
"Kita tidak bisa bergerak sendirian, hanya satu kekuatan sosial-politik, atau bahkan hanya satu sektor, ekonomi atau politik saja. Semua kekuatan di segenap sektor harus bergerak mencapai tujuan nasional," tambahnya.
Karena itu, menurut Suharna yang kini membina Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia (MITI), Indonesia butuh pemimpin kuat dan efektif mengendalikan semua potensi bangsa.
Bachtiar Firdaus meneruskan kepemimpinan di PPSDMS Nurul Fikri masa bakti 2014-2016 setelah 12 tahun kepengurusan seniornya Musholi.
Ia menjelaskan bahwa saat ini terus dibutuhkan sinergi pemimpin muda sehingga PPSDMS memberi beasiswa dan membina 260 mahasiswa berprestasi pada sembilan asrama di lima kota, yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Pada 2014, kata dia, dibuka regional baru di Medan, Sumatera Utara dan Makassar, Sulawesi Selatan.
Dengan masa pembinaan dua tahun, saat ini sudah dilahirkan 800 alumni terdiri atas enam angkatan.
Alumni PPSDMS tersebar dalam berbagai sektor profesi, yakni wirausaha, akademisi, profesional, atau aktivis organisasi nonpemerintah.
Beberapa alumni PPSDMS bekerja di institusi strategis seperti Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara atau KPK.
Alumni PPSDMS ada yang pernah diundang Presiden AS Barack Obama untuk menghadiri Entrepreneurship Summit 2010, yakni Goris Mustaqim (alumni ITB).
Ada pula menjadi Tim Ahli Gizi untuk mendukung Tim Nasional sepakbola U-19, yaitu Diana Pertiwi (mahasiswa FK UGM).
"Kami memupuk integritas dan kompetensi dengan semangat kebersamaan. Agar kader pemimpin muda mengembangkan potensi masing-masing dan siap bersinergi untuk kemajuan bangsa," kata Bachtiar.
Menurut Musholi ,potensi kaum muda selama ini terlalu tersedot ke sektor politik.
"Padahal banyak sektor lain yang ikut menentukan masa depan bangsa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Yakni, adalah mereka (pemimpin) yang merangkul semua potensi bangsa," katanya dalam keterangan yang diterima dari PPSDMS Nuruf Fikri di Jakarta, Minggu.
Berbicara pada penyerahan estafet kepengurusan dari Direktur PPSDMS sebelumnya yakni dari sosok senior Drs Musholi kepada juniornya Dr Bachtiar Firdaus, ia menyatakan bahwa dalam kondisi seperti itu maka generasi muda harus tampil sebagai tokoh nasional, termasuk dari yang berlatar belakang Muslim moderat.
Dikemukakannya bahwa kepemimpinan nasional Indonesia menghadapi tantangan berat di masa kini dan mendatang, karena masalah pengkaderan belum menjadi perhatian utama.
"Karena itu, perlu dikembangkan pusat pengkaderan kepemimpinan nasional," katanya.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Bank Internasional Kemal Stamboel menyatakan kondisi dunia sudah semakin terbuka, sehingga para pemimpin tidak boleh terjebak nasionalisme sempit.
"Persaingan global saat ini berdasarkan kompetensi individu dan daya saing bangsa. Kekuatan kita pada kemampuan membangun `networking` dan kolaborasi dengan bangsa lain," katanya.
Untuk itu, kata mantan Ketua Komisi I DPR itu, ajang demokrasi seperti pemilihan presiden mestinya dimanfaatkan demi memunculkan kader-kader terbaik bangsa.
"Bukan saling merendahkan dan menegasikan," katanya menegaskan.
Sementara itu, Menristek RI periode 2009-2011 Suharna Surapranata menegaskan perlunya mengubah paradigma.
"Perjuangan kita bukan saling menghancurkan, namun membangun sinergi demi memperbaiki kondisi bangsa," katanya.
"Kita tidak bisa bergerak sendirian, hanya satu kekuatan sosial-politik, atau bahkan hanya satu sektor, ekonomi atau politik saja. Semua kekuatan di segenap sektor harus bergerak mencapai tujuan nasional," tambahnya.
Karena itu, menurut Suharna yang kini membina Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia (MITI), Indonesia butuh pemimpin kuat dan efektif mengendalikan semua potensi bangsa.
Bachtiar Firdaus meneruskan kepemimpinan di PPSDMS Nurul Fikri masa bakti 2014-2016 setelah 12 tahun kepengurusan seniornya Musholi.
Ia menjelaskan bahwa saat ini terus dibutuhkan sinergi pemimpin muda sehingga PPSDMS memberi beasiswa dan membina 260 mahasiswa berprestasi pada sembilan asrama di lima kota, yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Pada 2014, kata dia, dibuka regional baru di Medan, Sumatera Utara dan Makassar, Sulawesi Selatan.
Dengan masa pembinaan dua tahun, saat ini sudah dilahirkan 800 alumni terdiri atas enam angkatan.
Alumni PPSDMS tersebar dalam berbagai sektor profesi, yakni wirausaha, akademisi, profesional, atau aktivis organisasi nonpemerintah.
Beberapa alumni PPSDMS bekerja di institusi strategis seperti Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara atau KPK.
Alumni PPSDMS ada yang pernah diundang Presiden AS Barack Obama untuk menghadiri Entrepreneurship Summit 2010, yakni Goris Mustaqim (alumni ITB).
Ada pula menjadi Tim Ahli Gizi untuk mendukung Tim Nasional sepakbola U-19, yaitu Diana Pertiwi (mahasiswa FK UGM).
"Kami memupuk integritas dan kompetensi dengan semangat kebersamaan. Agar kader pemimpin muda mengembangkan potensi masing-masing dan siap bersinergi untuk kemajuan bangsa," kata Bachtiar.
Menurut Musholi ,potensi kaum muda selama ini terlalu tersedot ke sektor politik.
"Padahal banyak sektor lain yang ikut menentukan masa depan bangsa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014