Bekasi (Antaranews Bogor) - Sejumlah pedagang timun suri di Kota Bekasi, Jawa Barat, menurunkan harga jual ke konsumen menyusul melimpahnya pasokan buah tersebut dari sejumlah daerah penghasil pada Ramadhan 1435 H/2014.
"Pada Ramadhan tahun lalu harganya rata-rata masih Rp8.000 per kilogram karena pada saat itu stoknya sedikit akibat banyak yang gagal panen," kata salah satu penjual timun suri di Jalan KH Noer Alie Kalimalang, Kasih (40), di Bekasi, Rabu.
Menurut dia, sedikitnya pasokan timun suri pada Ramadhan 2013 lalu diakibatkan musim hujan berkepanjangan yang membuat buah tersebut tidak tumbuh membesar.
Namun pada Ramadhan kali ini, dia mengaku menjual timun suri dengan harga Rp6.000 per kilogram karena pasokan yang melimpah dari pertanian di Kampung Gabung, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Saya membelinya dari petani dengan modal awal Rp5 juta. Tapi biasanya, kalau ramai bisa bawa untung Rp1 juta ke kampung," katanya.
Kasih mengaku lebih memilih cuti dari profesi tetapnya saat ini sebagai seorang pembantu rumah tangga karena bisnis timun suri yang menggiurkan selama Ramadhan.
"Kalau jadi pembantu saya cuma bisa dapat Rp400 per bulan. Jadi, mending jualan timun suri bareng suami," katanya.
Pantauan Antara di lapak milik Kasih nampak warna kuning cerah dari buah lonjong timun suri mendominasi lapak dagangannya, serta beberapa buah blewah digantungnya pula di sekitar lapak.
Kasih nampak sibuk bolak-balik melayani pembeli, ada yang mampir memilih sendiri, tapi tak sedikit juga yang membeli dari kendaraan dan mempercayakan Kasih memilihkan timun suri yang bagus dan siap dikonsumsi.
"Yang bagus itu kalau sudah ada retakan di bagian luarnya. Itu tanda buahnya sudah matang dan siap dikonsumsi," kata Kasih yang sudah menjalani profesi itu sejak 2009 lalu.
Turunnya harga timun suri disambut dengan baik oleh sejumlah konsumen yang datang ke lapak.
"Syukur kalau memang harganya turun. Karena sekarang sembako saja lagi mahal," kata salah satu konsumen Nila (28).
Dia berharap agar harga itu bisa terus bertahan hingga nanti menjelang Lebaran.
"Jangan sampai pas Lebaran harganya melonjak. Sebab, pembeli biasanya tambah lama akan tambah ramai," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Pada Ramadhan tahun lalu harganya rata-rata masih Rp8.000 per kilogram karena pada saat itu stoknya sedikit akibat banyak yang gagal panen," kata salah satu penjual timun suri di Jalan KH Noer Alie Kalimalang, Kasih (40), di Bekasi, Rabu.
Menurut dia, sedikitnya pasokan timun suri pada Ramadhan 2013 lalu diakibatkan musim hujan berkepanjangan yang membuat buah tersebut tidak tumbuh membesar.
Namun pada Ramadhan kali ini, dia mengaku menjual timun suri dengan harga Rp6.000 per kilogram karena pasokan yang melimpah dari pertanian di Kampung Gabung, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Saya membelinya dari petani dengan modal awal Rp5 juta. Tapi biasanya, kalau ramai bisa bawa untung Rp1 juta ke kampung," katanya.
Kasih mengaku lebih memilih cuti dari profesi tetapnya saat ini sebagai seorang pembantu rumah tangga karena bisnis timun suri yang menggiurkan selama Ramadhan.
"Kalau jadi pembantu saya cuma bisa dapat Rp400 per bulan. Jadi, mending jualan timun suri bareng suami," katanya.
Pantauan Antara di lapak milik Kasih nampak warna kuning cerah dari buah lonjong timun suri mendominasi lapak dagangannya, serta beberapa buah blewah digantungnya pula di sekitar lapak.
Kasih nampak sibuk bolak-balik melayani pembeli, ada yang mampir memilih sendiri, tapi tak sedikit juga yang membeli dari kendaraan dan mempercayakan Kasih memilihkan timun suri yang bagus dan siap dikonsumsi.
"Yang bagus itu kalau sudah ada retakan di bagian luarnya. Itu tanda buahnya sudah matang dan siap dikonsumsi," kata Kasih yang sudah menjalani profesi itu sejak 2009 lalu.
Turunnya harga timun suri disambut dengan baik oleh sejumlah konsumen yang datang ke lapak.
"Syukur kalau memang harganya turun. Karena sekarang sembako saja lagi mahal," kata salah satu konsumen Nila (28).
Dia berharap agar harga itu bisa terus bertahan hingga nanti menjelang Lebaran.
"Jangan sampai pas Lebaran harganya melonjak. Sebab, pembeli biasanya tambah lama akan tambah ramai," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014