Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki ingin impor susu sapi berkurang dengan mengoptimalkan koperasi produsen produksi susu lokal dalam memenuhi kebutuhan susu nasional.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, mengatakan faktanya saat ini produksi susu dari sapi perah lokal hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional sebesar 20 persen.
"Namun, saya akui, masih ada masalah yang menghambat produksi susu sapi Indonesia, sehingga kebutuhan susu masih didominasi produk impor,” kata Teten.
Baca juga: Menkop UKM sebut cangkul buatan Sukabumi lebih berkualitas dibanding impor
Masalah tersebut kata Teten, di antaranya terkait bibit sapi yang tidak produktif, minimnya ketersediaan lahan untuk pakan, serta permodalan.
"Hal ini yang membuat selisih antara konsumsi dan produksi susu masih tak seimbang,” kata Teten.
Menurut Teten, guna meningkatkan produktivitas, maka perlu peremajaan bibit agar menghasilkan sapi yang produktif.
“Selain bibit, pemerintah juga membuka peluang impor sperma sapi untuk mendapatkan jenis yang bagus,” ujar Teten.
Teten optimistis langkah strategis tersebut akan membuahkan hasil. Sebab, saat ini, mayoritas peternak kecil telah memiliki koperasi sehingga, semakin memudahkan untuk mendapatkan bantuan modal. “Kelembagaannya sudah bagus, tinggal bagaimana menggenjot produksi,” kata Teten.
Dalam hitungan Teten, masih ada ruang besar bagi peternak untuk memacu produksi lantaran konsumsi masyarakat terus bertambah.
Pihaknya juga akan menggandeng Kementerian Pertanian untuk terus mencari cara dalam menambah pasokan komoditas pangan. “Kalau permintaannya masih tinggi, industri susu akan tumbuh 15 persen setahun,” kata Teten.
Baca juga: Tenten Masduki akan berantas rentenir berkedok koperasi simpan pinjam
Oleh karena itu, Teten menyambut baik upaya PT GDA yang berkontribusi dalam mengurangi impor susu sapi. PT GDA merupakan anak perusahaan dari Grup Djarum yang memiliki lahan seluas lebih kurang 50 hektare yang berlokasi di Desa Kalijati, Kecamatan Dawuan, Subang, Jawa Barat.
Ia sempat menerima CEO PT Global Dairi Alami (PT GDA) Ihsan Mulia Putri, di kantornya di Jakarta, Rabu (19/2).
CEO PT Global Dairi Alami (PT GDA) Ihsan Mulia Putri menyatakan siap mendukung upaya pemerintah melakukan substitusi impor susu sapi, yang ditargetkan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) bisa memenuhi 40 persen kebutuhan nasional.
Selain itu, PT GDA juga merupakan industri peternakan sapi terpadu yang menghasilkan produk berupa susu segar yang langsung diolah dan diproses dari 6.000 ekor sapi perah.
"Kami juga ikut berkontribusi dengan mendatangkan sapi holstein sebanyak 6.000 ekor dari Australia, yang akan diternakkan dengan standar internasional," ucap Putri.
Sapi holstein merupakan salah satu trah sapi perah yang dikenal sebagai sapi yang terbanyak dalam memproduksi susu.
Baca juga: Menkop UKM: Jangan ada lagi impor cangkul
Dalam memasok bahan pakan sapi khususnya jagung, pihaknya juga bermitra dengan para petani lokal. Dari kemitraan itu, diharapkan sapi yang dikelola petani bisa menghasilkan susu segar dalam jumlah banyak dan berkualitas tinggi.
"Kerja sama yang sudah terjalin ini selalu terus dibina, sehingga pada akhirnya bisa bersama-sama pemerintah meningkatkan produksi susu segar dalam negeri yang berkualitas tinggi," kata Putri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, mengatakan faktanya saat ini produksi susu dari sapi perah lokal hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional sebesar 20 persen.
"Namun, saya akui, masih ada masalah yang menghambat produksi susu sapi Indonesia, sehingga kebutuhan susu masih didominasi produk impor,” kata Teten.
Baca juga: Menkop UKM sebut cangkul buatan Sukabumi lebih berkualitas dibanding impor
Masalah tersebut kata Teten, di antaranya terkait bibit sapi yang tidak produktif, minimnya ketersediaan lahan untuk pakan, serta permodalan.
"Hal ini yang membuat selisih antara konsumsi dan produksi susu masih tak seimbang,” kata Teten.
Menurut Teten, guna meningkatkan produktivitas, maka perlu peremajaan bibit agar menghasilkan sapi yang produktif.
“Selain bibit, pemerintah juga membuka peluang impor sperma sapi untuk mendapatkan jenis yang bagus,” ujar Teten.
Teten optimistis langkah strategis tersebut akan membuahkan hasil. Sebab, saat ini, mayoritas peternak kecil telah memiliki koperasi sehingga, semakin memudahkan untuk mendapatkan bantuan modal. “Kelembagaannya sudah bagus, tinggal bagaimana menggenjot produksi,” kata Teten.
Dalam hitungan Teten, masih ada ruang besar bagi peternak untuk memacu produksi lantaran konsumsi masyarakat terus bertambah.
Pihaknya juga akan menggandeng Kementerian Pertanian untuk terus mencari cara dalam menambah pasokan komoditas pangan. “Kalau permintaannya masih tinggi, industri susu akan tumbuh 15 persen setahun,” kata Teten.
Baca juga: Tenten Masduki akan berantas rentenir berkedok koperasi simpan pinjam
Oleh karena itu, Teten menyambut baik upaya PT GDA yang berkontribusi dalam mengurangi impor susu sapi. PT GDA merupakan anak perusahaan dari Grup Djarum yang memiliki lahan seluas lebih kurang 50 hektare yang berlokasi di Desa Kalijati, Kecamatan Dawuan, Subang, Jawa Barat.
Ia sempat menerima CEO PT Global Dairi Alami (PT GDA) Ihsan Mulia Putri, di kantornya di Jakarta, Rabu (19/2).
CEO PT Global Dairi Alami (PT GDA) Ihsan Mulia Putri menyatakan siap mendukung upaya pemerintah melakukan substitusi impor susu sapi, yang ditargetkan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) bisa memenuhi 40 persen kebutuhan nasional.
Selain itu, PT GDA juga merupakan industri peternakan sapi terpadu yang menghasilkan produk berupa susu segar yang langsung diolah dan diproses dari 6.000 ekor sapi perah.
"Kami juga ikut berkontribusi dengan mendatangkan sapi holstein sebanyak 6.000 ekor dari Australia, yang akan diternakkan dengan standar internasional," ucap Putri.
Sapi holstein merupakan salah satu trah sapi perah yang dikenal sebagai sapi yang terbanyak dalam memproduksi susu.
Baca juga: Menkop UKM: Jangan ada lagi impor cangkul
Dalam memasok bahan pakan sapi khususnya jagung, pihaknya juga bermitra dengan para petani lokal. Dari kemitraan itu, diharapkan sapi yang dikelola petani bisa menghasilkan susu segar dalam jumlah banyak dan berkualitas tinggi.
"Kerja sama yang sudah terjalin ini selalu terus dibina, sehingga pada akhirnya bisa bersama-sama pemerintah meningkatkan produksi susu segar dalam negeri yang berkualitas tinggi," kata Putri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020