Bogor, 12/2 (ANTARA) - Pondok Pesantren Modern Terpadu Daarul Mughni Al-Maaliki Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu, meluncurkan program penggunaan laptop (komputer jinjing) sebagai sarana pendidikan bagi para santrinya.

"Kami ingin menunjukkan bahwa penggunaan 'laptop' bukan hanya untuk kalangan tertentu saja yang selama ini bisa mengaksesnya, namun komunitas pesantren yang sederhana pun kini bisa menggunakan untuk sarana belajar," kata Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Mughni Al-Maaliki KH Mustofa Mughni.

Setelah peluncuran program "laptopisasi" dan peluncuran laman Ponpes itu http://www.daarul-mughni.sch.id di Kampung Cibeber, Desa Cikahuripan, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, ia mengatakan dengan penggunaan laptop sebagai sarana pendidikan, maka Ponpes tersebut bisa mengikuti perkembangan.

"Semangat zaman sekarang memang pemakaian teknologi informasi (TI) sudah menjadi keniscayaan, termasuk dalam dunia pendidikan," katanya.

Ketika ditanya bagaimana mekanisme kontrol kepada santri dan peserta didik di lingkungan Ponpes itu, karena dalam dunia IT ada konten yang tidak selaras dengan dunia pendidikan, Mustofa Mughni menjelaskan masalah itu sudah diantisipasi sejak awal.

"Ada pembatasan dan juga supervisi dari pengajar dan ustadz, yang mana santri tidak diperkenankan mengakses 'game' dan konten yang tidak sesuai dengan mekanisme pemakaian laptop untuk sarana pendidikan itu," katanya.

Menurut dia, santri dan peserta didik yang sudah bisa menggunakan laptop sebagai sarana belajar adalah mereka yang sudah duduk di tingkat SLTA/Madrasah Aliah, sedangkan bagi yang masih SLTP/Madrasah Ibtidaiyah belum diperkenankan.

"Untuk sementara pengguna laptop adalah yang sudah di tingkat SLTA atau Madarasah Aliah," kata kiai lulusan Pesantren Daarul Rahman Jakarta, yang menyelesaikan strata 1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Pihaknya berharap dengan penggunaan sarana TI dalam sarana pendidikan di Ponpes yang dipimpinnya itu, maka memasuki era digital ini, perkembangan ilmu pengetahuan dapat diikuti oleh para santri dan peserta didik.

    
                       Jurnalisme dakwah

Sebelum peluncuran laptop bagi pendidikan itu, kiai yang menyelesaikan S-2 di Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta itu mengaku pihaknya juga mulai mengembangkan ilmu jurnalistik sebagai wahana untuk dakwah.

"Bagi kalangan pesantren, jurnalistik dapat menjadi wahana dakwah.

Jadi, jurnalisme bukan sekadar sebagai keterampilan, namun bisa untuk melakukan dakwah di tengah masyarakat," katanya.

Terkait hal itu, Ponpes Daarul Mughni Al-Maaliki mendorong para santrinya menguasai keterampilan menulis yang baik, dengan menggalakkan pendidikan dan pelatihan jurnalistik, serta penerbitan majalah bulanan.

"Selepas lulus dari pesantren, santri memiliki tugas utama untuk berdakwaah di tengah masyarakat. Dakwah dapat dilakukan dengan metode lisan, yaitu melalui orasi atau tabligh, dan dapat dilakukan pula melalui tulisan di media massa," katanya.

Oleh karena itu, mulai Januari 2012, Mustofa menggalakkan pendidikan jurnalistik di pesantrennya.

KH Mustofa Mughni mengatakan, keterampilan tulis menulis perlu dikuasai dengan baik oleh santri.

"Santri jangan hanya membekali diri dengan ilmu agama saja, namun harus mengasah berbagai keterampilan. Salah satunya adalah keterampilan jurnalistik," katanya.

Sebagai upaya memberikan rangsangan dan motivasi bagi santri untuk menekuni dunia tulis menulis, Ponpes Daarul Mughni Al-Maaliki menggagas Studium General Pendidikan Jurnalistik yang diikuti 1.000 santri dengan menghadirkan praktisi media Ahmad Fahir MSi sebagai narasumber.

Ahmad Fahir yang pernah bekerja di berbagai media massa lokal dan nasional mengemukakan, pendidikan jurnalistik perlu ditanamkan sejak dini di pesantren.

"Bagi saya jurnalistik bukan hanya soal profesi, melainkan juga sebagai ladang untuk melakukan dakwaah melalui tulisan atau 'dakwah bil qalam'. Karena itu, santri harus menguasai jurnalistik dengan baik," kata alumnus Magister Komunikasi Pembangunan Pascasarjana IPB ini.

Lebih lanjut, Fahir yang juga sebagai kontributor media "NU Online" Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu mengutarakan, santri perlu menguasai jurnalistik, karena tamatan pesantren perlu menyebar dan berdiaspora ke berbagai bidang.

"Tamatan pesantren jangan hanya jadi guru ngaji saja, namun harus tersebar ke berbagai bidang, termasuk menekuni profesi jurnalistik," ujarnya.

Penyebaran alumni pesantren ke berbagai bidang, tambah Fahir, diharapkan dapat memberikan "feedback" atau timbal balik yang baik, yaitu pemberian warna atau pesan dakwah bagi masyarakat sekaligus sebagai kesempatan pembelaran bagi pesantren untuk mengembangkan sektor-sektor profesional.

Sementara itu, penanggung jawab pendidikan jurnalistik Ponpes Daarul Mughni Al-Maaliki, Ustadz Hadzik mengatakan, ke depan pihaknya akan menjadikan keterampilan jurnalistik sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler santri.

"Kami akan terus memberikan motivasi dan pelatihan bagi santri untuk terus belajar jurnalistik," katanya. 

Andi J

Pewarta:

Editor : Budisantoso Budiman


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012