Dolar AS melonjak ke tingkat tertinggi empat bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didorong oleh laporan ketenagakerjaan non-pertanian AS yang kuat menyusul serentetan data ekonomi positif minggu ini, sebuah skenario yang diperkirakan akan mempertahan suku bunga stabil.

Indeks dolar AS mencatat kenaikan persentase mingguan terbesar dalam lebih dari dua tahun.

Mata uang AS juga mencapai tertinggi dua bulan terhadap sterling dan dolar Kanada, tertinggi enam minggu terhadap franc Swiss, dan tertinggi empat bulan terhadap euro.

Baca juga: Nilai Dolar tertinggi dua pekan terhadap yen, virus China tetap berisiko

Namun, dolar jatuh terhadap safe-haven yen di tengah berlanjutnya kekhawatiran tentang wabah Virus Corona di China, meskipun investor sedikit lebih fokus pada data penggajian (payroll) AS untuk sebagian besar sesi New York.

Data menunjukkan penggajian non-pertanian AS meningkat 225.000 pekerjaan bulan lalu, dengan pekerjaan di lokasi konstruksi meningkat paling banyak dalam satu tahun mengingat suhu yang lebih ringan dari normal. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data penggajian akan naik 160.000 pekerjaan pada Januari.

"Cetakan positif hari ini mengonfirmasi bahwa pasar kerja AS berfungsi pada tingkat kinerja puncak, ekonomi AS sedang berkembang," kata Olivier Konzeoue, FX Sales Trader di Saxo Markets di London. "Federal Reserve tampaknya akan tetap tinggal untuk sementara waktu."

Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,2 persen menjadi 98,687.

Baca juga: Dolar melonjak ke level tertinggi empat bulan

Dolar juga menguat 0,3 persen terhadap franc Swiss di 0,9772 franc, naik 0,1 persen versus dolar Kanada menjadi 1,3301 dolar Kanada dan naik 0,3 persen versus sterling, yang turun menjadi 1,2887 dolar.

Namun, greenback melemah 0,2 persen terhadap yen menjadi 109,76 yen pada apa yang dikatakan analis lebih merupakan permainan safe-haven untuk mata uang Jepang setelah wabah virus corona.

The Fed, dalam laporan kebijakan moneter terbarunya kepada Kongres AS yang dirilis pada Jumat (7/2/2020), mengutip dampak dari penyebaran virus sebagai salah satu risiko terhadap prospek ekonomi AS.

Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi menguat 24 poin

"Ini adalah petunjuk utama pertama bahwa The Fed khawatir bahwa virus itu mungkin dapat menggagalkan pertumbuhan global," kata Edward Moya, analis pasar senior, di OANDA di New York.

Jumlah korban tewas di daratan China mencapai 637 pada Jumat (7/2/2020), dengan total 31.211 kasus, ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Jumat (7/2/2020) di Jenewa. Virus ini telah menyebar secara global, dengan 320 kasus di 27 negara dan wilayah di luar China daratan, menurut laporan resmi Reuters.

Di seberang Atlantik, euro jatuh ke level terendah sejak Oktober pada Jumat (7/2/2020) setelah output industri Jerman mencatat penurunan terbesar dalam satu dekade pada Desember. Mata uang tunggal Eropa turun ke level 1,0943 dolar, dan terakhir turun 0,3 persen. Ini telah pelemahan 1,3 persen sejak Senin (3/2/2020), kerugian mingguan terburuk sejak November.

Yuan di pasar luar negeri turun 0,4 persen pada 7,005 yuan per dolar, meskipun masih mencatat kenaikan kecil minggu ini berkat stimulus dari bank sentral China dan pengumuman pemotongan tarif Beijing atas barang impor dari AS.

 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020