Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore ditutup menguat didorong oleh kebijakan bank sentral China.
Rupiah ditutup menguat 27 poin atau 0,19 persen di level Rp13.715 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp13.742 per dolar AS.
"Penguatan rupiah hari ini karena didorong oleh penurunan suku bunga dan stimulus yang dilakukan oleh bank sentral China," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Bank sentral China, People’s Bank of China (PBoC) menyatakan bahwa suntikan likuiditas yang besar melalui operasi pasar terbuka minggu ini, menunjukkan tekad untuk menstabilkan ekspektasi pasar keuangan dan mengembalikan kepercayaan pasar.
Baca juga: Harga emas berjangka kembali turun 5,5 dolar, tertekan penguatan dolar
PBoC menyuntikkan 1,2 triliun yuan (173,81 miliar dolar AS) ke pasar uang melalui perjanjian pembelian kembali obligasi.
Bank sentral juga secara tak terduga memotong suku bunga pada fasilitas pendanaan jangka pendek sebesar 10 basis poin.
Sentimen lainnya, lanjut Ibrahim, yaitu kekhawatiran pasar terhadap penyebaran Virus Corona yang belum sepenuhnya reda.
Korban jiwa akibat wabah virus corona di China pada Senin (3/2) tercatat 425 orang, yaitu bertambah sebanyak 64 orang dari satu hari sebelumnya, kata Komisi Kesehatan Nasional China, Selasa.
Tambahan jumlah korban jiwa itu semuanya berasal dari Provinsi Hubei, pusat wabah virus. Sebanyak 46 orang meninggal di Ibu Kota Provinsi Hubei, Wuhan.
Di seluruh China pada Senin, ada 3.235 orang lagi yang dipastikan terinfeksi sehingga jumlah total pengidap virus sejauh ini mencapai 20.438 orang.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp13.748 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.702 per dolar AS hingga Rp13.773 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.760 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.726 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Rupiah ditutup menguat 27 poin atau 0,19 persen di level Rp13.715 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp13.742 per dolar AS.
"Penguatan rupiah hari ini karena didorong oleh penurunan suku bunga dan stimulus yang dilakukan oleh bank sentral China," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Bank sentral China, People’s Bank of China (PBoC) menyatakan bahwa suntikan likuiditas yang besar melalui operasi pasar terbuka minggu ini, menunjukkan tekad untuk menstabilkan ekspektasi pasar keuangan dan mengembalikan kepercayaan pasar.
Baca juga: Harga emas berjangka kembali turun 5,5 dolar, tertekan penguatan dolar
PBoC menyuntikkan 1,2 triliun yuan (173,81 miliar dolar AS) ke pasar uang melalui perjanjian pembelian kembali obligasi.
Bank sentral juga secara tak terduga memotong suku bunga pada fasilitas pendanaan jangka pendek sebesar 10 basis poin.
Sentimen lainnya, lanjut Ibrahim, yaitu kekhawatiran pasar terhadap penyebaran Virus Corona yang belum sepenuhnya reda.
Korban jiwa akibat wabah virus corona di China pada Senin (3/2) tercatat 425 orang, yaitu bertambah sebanyak 64 orang dari satu hari sebelumnya, kata Komisi Kesehatan Nasional China, Selasa.
Tambahan jumlah korban jiwa itu semuanya berasal dari Provinsi Hubei, pusat wabah virus. Sebanyak 46 orang meninggal di Ibu Kota Provinsi Hubei, Wuhan.
Di seluruh China pada Senin, ada 3.235 orang lagi yang dipastikan terinfeksi sehingga jumlah total pengidap virus sejauh ini mencapai 20.438 orang.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp13.748 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.702 per dolar AS hingga Rp13.773 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.760 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.726 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020