Anggota Komisi X DPR RI, Esti Wijayati menyebut wisman Eropa jauh lebih banyak menyumbangkan devisa bagi Indonesia dibanding wisman China.
Esti tak merinci lebih jauh mengenai perbandingan besaran devisa yang diperoleh Indonesia dari dua negara tersebut.
"Dari catatan terakhir yang saya baca, perolehan devisa wisatawan Eropa mengungguli China," kata Esti Wijaya di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri).
Baca juga: Turis luar negeri terpikat kunjungi Bunga Rafflesia yang mekar di pohon
Esti pun tak menampik bahwa angka kunjungan wisman Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini didominasi oleh turis China.
Kendati demikian, kata dia, saat ini paradigma pariwisata Indonesia sudah bergeser, di mana pemerintah tak lagi melihat kuantitas kunjungan wisman, melainkan kualitas atau nilai yang bisa diberikan untuk Indonesia.
Baca juga: ASDP menambah jadwal penyeberangan Danau Toba
"Bukan berarti wisman China tak penting, tapi masih ada negara-negara lain yang perlu dipertimbangkan, dan mampu menyumbangkan pendapatan lebih besar bagi negara ini yang tentunya berdampak pada kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu turut menyarankan beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah berikut masyarakat agar wisman lebih banyak membelanjakan uangnya di Indonesia.
"Bagaimana kita membuat wisman menginap lebih lama, lalu melayani dengan baik agar mereka merasa senang, nyaman, dan tahan berada di Indonesia," sebut Esti.
Dia juga mengimbau pemerintah pusat maupun daerah tidak hanya berkutat pada sektor pembangunan infrastruktur pariwsiata, tetapi sebaiknya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pariwisata itu sendiri.
Menurutnya, percuma jika infrastruktur dan objek wisata dipoles sedemikian cantik dan bagus, tetapi SDM-nya tidak dipersiapkan dengan baik.
"Karena itu tidak akan berdampak pada masyarakat itu sendiri, apalagi membuat kerasan wisatawan," tuturnya.
Baca juga: ASDP menambah jadwal penyeberangan Danau Toba
Mantan anggota parlemen daerah (DPRD Kabupaten Sleman) ini menyatakan bicara pariwisata adalah bicara Sapta Pesona.
Lebih lanjut, ia menyampaikan Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di Indonesia. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan.
"Apakah masyarakat kita sudah tahu perihal Sapta Pesona, jangan-jangan cuma pejabat atau petinggi pusat/daerah saja yang tahu, sementara masyarakat tidak tahu, karena tidak diberikan pemahaman. Padahal ini modal penting bagi perkembangan dunia pariwisata di Indonesia," tegasnya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Esti tak merinci lebih jauh mengenai perbandingan besaran devisa yang diperoleh Indonesia dari dua negara tersebut.
"Dari catatan terakhir yang saya baca, perolehan devisa wisatawan Eropa mengungguli China," kata Esti Wijaya di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri).
Baca juga: Turis luar negeri terpikat kunjungi Bunga Rafflesia yang mekar di pohon
Esti pun tak menampik bahwa angka kunjungan wisman Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini didominasi oleh turis China.
Kendati demikian, kata dia, saat ini paradigma pariwisata Indonesia sudah bergeser, di mana pemerintah tak lagi melihat kuantitas kunjungan wisman, melainkan kualitas atau nilai yang bisa diberikan untuk Indonesia.
Baca juga: ASDP menambah jadwal penyeberangan Danau Toba
"Bukan berarti wisman China tak penting, tapi masih ada negara-negara lain yang perlu dipertimbangkan, dan mampu menyumbangkan pendapatan lebih besar bagi negara ini yang tentunya berdampak pada kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu turut menyarankan beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah berikut masyarakat agar wisman lebih banyak membelanjakan uangnya di Indonesia.
"Bagaimana kita membuat wisman menginap lebih lama, lalu melayani dengan baik agar mereka merasa senang, nyaman, dan tahan berada di Indonesia," sebut Esti.
Dia juga mengimbau pemerintah pusat maupun daerah tidak hanya berkutat pada sektor pembangunan infrastruktur pariwsiata, tetapi sebaiknya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pariwisata itu sendiri.
Menurutnya, percuma jika infrastruktur dan objek wisata dipoles sedemikian cantik dan bagus, tetapi SDM-nya tidak dipersiapkan dengan baik.
"Karena itu tidak akan berdampak pada masyarakat itu sendiri, apalagi membuat kerasan wisatawan," tuturnya.
Baca juga: ASDP menambah jadwal penyeberangan Danau Toba
Mantan anggota parlemen daerah (DPRD Kabupaten Sleman) ini menyatakan bicara pariwisata adalah bicara Sapta Pesona.
Lebih lanjut, ia menyampaikan Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di Indonesia. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan.
"Apakah masyarakat kita sudah tahu perihal Sapta Pesona, jangan-jangan cuma pejabat atau petinggi pusat/daerah saja yang tahu, sementara masyarakat tidak tahu, karena tidak diberikan pemahaman. Padahal ini modal penting bagi perkembangan dunia pariwisata di Indonesia," tegasnya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020