Rektor Universitas Pancasila Prof. Wahono Sumaryono mendukung penuh kebijakan 'Merdeka Belajar' yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim agar para pelajar atau mahasiswa dapat leluasa memilih bidang pelajaran sesuai kemauan, kemampuan dan minat.
"Dalam era penuh turbelensi dan gejolak ini bahaya terbesar jika tidak melakukan perubahan. Karena itu perlu melakukan transformasi pendidikan jauh ke depan," kata Wahono usai membuka acara Seminar Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling SMK/SMA Se-Jabodetabek, Cilegon dan Sukabumi di Universitas Pancasila Jakarta, Selasa.
Baca juga: Universitas Pancasila raih dua penghargaan pajak
Untuk itu kata Wahono siap merespon transformasi kurikulum dan pola-pola pendidikan, sehingga tak perlu banyak pelajaran di kelas. Perlu juga praktik di laboratorium dan ada interaksi dengan dunia luar sesuai program studi.
Menurut Wahono, para pengajar perlu mengetahui mahasiswa dunia nyata yang lebih kompleks dibandingkan dengan kampus dan ketika saat lulus dia lebih siap berkompetisi dalam arti positif dan berkolaborasi berbagai yang lain.
"Perkembangan di dunia nyata itu jauh lebih kompleks dari apa yang mereka pelajari di kelas, sehingga kita berharap kebijakan pola transformasi mendidik dan kurikulumnya diarahkan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman," ujarnya.
Baca juga: UP didik mahasiswa agar siap bekerja di era industri 4.0
Perkembangan dunia teknologi informasi yang memanfaatkan internet memudahkan kita memperoleh informasi sehingga proses belajar akan lebih efisien dan diharapkan pola pikir yang analitis, asosiatif, dan sintesis sesuai dengan levelnya.
"Dengan tantangan persoalan sederhana dan juga kompleks maka alternatif solusi dari mereka dapat diketahui, berdasarkan literasi terhadap bacaan dan bisa menyarikan, membuat resensi karangan, dan menguraikan persoalan menjadi lebih sederhana," katanya.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengemukakan keinginannya memberi mahasiswa kemerdekaan untuk belajar sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan minat.
"Mahasiswa belajar sesuai dengan kemauan dan minat masing-masing. Kita harus lakukan perubahan ini," kata Nadiem saat menyampaikan pidato pada acara pelantikan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Ari Kuncoro di Kampus UI Depok.
Baca juga: Universitas Pancasila tingkatkan mutu pendidikan dengan lahirkan SDM yang kompetitif
Nadiem menambahkan mahasiswa mestinya juga bisa merdeka melakukan berbagai kegiatan di luar program pendidikan.
Kemampuan perguruan tinggi dalam memberikan pendidikan kepada mahasiswanya sangat penting dalam upaya mewujudkan visi Presiden mencetak sumber daya manusia yang unggul.
"Interpretasi terhadap visi Presiden ada dua hal, yaitu merdeka belajar dan guru penggerak," katanya.
Dalam upaya mewujudkan kemerdekaan belajar di jenjang pendidikan terendah sampai perguruan tinggi, menurut dia, perbaikan regulasi dan birokrasi perlu dilakukan.
"Dalam lima tahun ke depan tentunya tidak akan nyaman sama sekali untuk berbagai macam institusi pendidikan. Tapi harus lakukan perubahan ini," kata Nadiem.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Dalam era penuh turbelensi dan gejolak ini bahaya terbesar jika tidak melakukan perubahan. Karena itu perlu melakukan transformasi pendidikan jauh ke depan," kata Wahono usai membuka acara Seminar Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling SMK/SMA Se-Jabodetabek, Cilegon dan Sukabumi di Universitas Pancasila Jakarta, Selasa.
Baca juga: Universitas Pancasila raih dua penghargaan pajak
Untuk itu kata Wahono siap merespon transformasi kurikulum dan pola-pola pendidikan, sehingga tak perlu banyak pelajaran di kelas. Perlu juga praktik di laboratorium dan ada interaksi dengan dunia luar sesuai program studi.
Menurut Wahono, para pengajar perlu mengetahui mahasiswa dunia nyata yang lebih kompleks dibandingkan dengan kampus dan ketika saat lulus dia lebih siap berkompetisi dalam arti positif dan berkolaborasi berbagai yang lain.
"Perkembangan di dunia nyata itu jauh lebih kompleks dari apa yang mereka pelajari di kelas, sehingga kita berharap kebijakan pola transformasi mendidik dan kurikulumnya diarahkan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman," ujarnya.
Baca juga: UP didik mahasiswa agar siap bekerja di era industri 4.0
Perkembangan dunia teknologi informasi yang memanfaatkan internet memudahkan kita memperoleh informasi sehingga proses belajar akan lebih efisien dan diharapkan pola pikir yang analitis, asosiatif, dan sintesis sesuai dengan levelnya.
"Dengan tantangan persoalan sederhana dan juga kompleks maka alternatif solusi dari mereka dapat diketahui, berdasarkan literasi terhadap bacaan dan bisa menyarikan, membuat resensi karangan, dan menguraikan persoalan menjadi lebih sederhana," katanya.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengemukakan keinginannya memberi mahasiswa kemerdekaan untuk belajar sesuai dengan kemauan, kemampuan, dan minat.
"Mahasiswa belajar sesuai dengan kemauan dan minat masing-masing. Kita harus lakukan perubahan ini," kata Nadiem saat menyampaikan pidato pada acara pelantikan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Ari Kuncoro di Kampus UI Depok.
Baca juga: Universitas Pancasila tingkatkan mutu pendidikan dengan lahirkan SDM yang kompetitif
Nadiem menambahkan mahasiswa mestinya juga bisa merdeka melakukan berbagai kegiatan di luar program pendidikan.
Kemampuan perguruan tinggi dalam memberikan pendidikan kepada mahasiswanya sangat penting dalam upaya mewujudkan visi Presiden mencetak sumber daya manusia yang unggul.
"Interpretasi terhadap visi Presiden ada dua hal, yaitu merdeka belajar dan guru penggerak," katanya.
Dalam upaya mewujudkan kemerdekaan belajar di jenjang pendidikan terendah sampai perguruan tinggi, menurut dia, perbaikan regulasi dan birokrasi perlu dilakukan.
"Dalam lima tahun ke depan tentunya tidak akan nyaman sama sekali untuk berbagai macam institusi pendidikan. Tapi harus lakukan perubahan ini," kata Nadiem.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020