Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Sulawesi Tengah membagikan kaki palsu kepada tiga warga yang menjadi korban gempa bumi dan tsunami yang kehilangan kakinya akibat bencana yang meluluhlantahkan tiga daerah di provinsi tersebut.

"Bantuan kaki palsu ini tentunya akan membuat saya lebih mudah dalam beraktivitas sehari-hari dan bisa membantu sesama warga yang menghuni hunian sementara (huntara) di Silae," kata salah seorang penerima bantuan kaki palsu Musriadi Safri (59) di Markas PMI Sulteng, Senin.

Baca juga: PMI Sulteng adakan lokalatih mengenai bantuan nontunai

Menurutnya, untuk menggunakan kaki palsu ini dirinya harus berlatih terlebih dahulu dan beradaptasi. Ia pun tidak menyangka bisa terpilih untuk mendapatkan bantuan yang sudah lama diidamkannya tersebut setelah kaki kanannya hingga batas lutut harus diamputasi.

Pria paruh baya yang hidupnya saat ini sebatang kara di Hunian Sementara (Huntara) Silae, Kelurahan Silae, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, itu tidak menyangka bisa terpilih oleh lembaga kemanusiaan tersebut untuk mendapatkan bantuan kaki palsu.

Selama dia di huntara tersebut setiap harinya ia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan dan tidak ingin lagi terbelenggu trauma berkepanjangan karena tidak hanya kehilangan kakinya, ia juga ditinggal anak dan istrinya yang turut menjadi korban tsunami 2018.

Baca juga: PMI Sulteng beri pelatihan tingkatkan kapasitas relawan mengelola data

"Tidak ada gunanya mengeluh dan bencana ini harus menjadi bahan instrospeksi diri serta menjadi motivasi agar hidup bisa lebih baik lagi. Ditambah sekarang saya sudah mendapatkan bantuan kaki palsu ini sehingga bisa mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas," ujarnya.

Musriadi mengatakan selama tinggal di huntara ia selalu menyempatkan diri untuk membantu warga lainnya yang turut menjadi korban, baik gempa bumi, tsunami maupun likuifaksi. Selain itu, jika sudah 100 persen beradaptasi dengan kaki palsunya ia pun ingin membuka usaha barunya, yakni membuat batako.

Sebelum kehilangan kakinya ia memiliki usaha di bidang perdagangan. Dengan kemampuan dan semangat yang tinggi dirinya optimistis bisa kembali menata hidupnya dan tidak mengandalkan orang lain.

Baca juga: PMI gelar khitanan massal untuk anak korban gempa di Sulteng

Selain itu, selama satu tahun lebih hidup di pengungsian ia mengaku jauh lebih dekat dengan Allah SWT dan tidak pernah telat beribadah, khususnya shalat, meskipun harus berjalan tergopoh-gopoh.

Bantuan kaki palsu untuk tiga warga korban bencana di Sulawesi Tengah ini juga merupakan dukungan dari Bulan Sabit Merah Turki yang masuk dalam program pemulihan pascabencana.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019