Bogor (Antaranews Bogor) - Koleksi lembaga konservasi "eksitu" (di luar habitat asli) Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, Jawa Barat, bertambah dengan lahirnya dua satwa baru.
Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Frans Manansang di Bogor, Jawa Barat, Senin, menjelaskan dua satwa dimaksud adalah Lama Guanaco (sejenis unta) dan Watusi Watusi (Sapi Afrika).
"Keduanya lahir secara alami pada Sabtu (1/3)," katanya didampingi Humas TSI Cisarua Yulius H Suprihardo.
Ia menjelaskan bahwa Lama Guanaco adalah satwa asli Peru, Chili, dan Argentina di kawasan Amerika Selatan.
Uniknya, satwa sejenis unta itu, katanya, kalau marah atau merasa terganggu dia akan meludah.
Dikemukakannya bahwa di tempat aslinya, satwa tersebut sering diburu untuk diambil rambutnya guna dijadikan bahan mantel atau pembuatan benang wol.
Pada saat hampir bersamaan, kata dia, juga lahir pula seekor bayi Watusi Watusi. Satwa itu, juga dikenal dengan sebutan anglo.
Ia menjelaskan bahwa suku suku tertentu di Afrika, sering memburu satwa ini untuk diambil tanduknya sebagai mahar perkawinan.
Dengan kelahiran kedua jenis satwa itu, kata dia, maka bertambah pula populasi satwa eksotik di Taman Safari Indonesia, Cisarua.
Yulius H Suprihardo menambahkan bahwa saat kelahiran Lama Guanaco pengunjung sempat ikut mengamati langsung proses kelahirannya secara alami.
Tidak sedikit pengunjung mengabadikan peristiwa yang jarang dilihatnya.
"Ada rasa gembira tatkala bayi satwa ini kali pertama menghirup udara," katanya.
Kedua induknya mendampingi bayi itu sekaligus menjaga anaknya yang baru saja lahir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Frans Manansang di Bogor, Jawa Barat, Senin, menjelaskan dua satwa dimaksud adalah Lama Guanaco (sejenis unta) dan Watusi Watusi (Sapi Afrika).
"Keduanya lahir secara alami pada Sabtu (1/3)," katanya didampingi Humas TSI Cisarua Yulius H Suprihardo.
Ia menjelaskan bahwa Lama Guanaco adalah satwa asli Peru, Chili, dan Argentina di kawasan Amerika Selatan.
Uniknya, satwa sejenis unta itu, katanya, kalau marah atau merasa terganggu dia akan meludah.
Dikemukakannya bahwa di tempat aslinya, satwa tersebut sering diburu untuk diambil rambutnya guna dijadikan bahan mantel atau pembuatan benang wol.
Pada saat hampir bersamaan, kata dia, juga lahir pula seekor bayi Watusi Watusi. Satwa itu, juga dikenal dengan sebutan anglo.
Ia menjelaskan bahwa suku suku tertentu di Afrika, sering memburu satwa ini untuk diambil tanduknya sebagai mahar perkawinan.
Dengan kelahiran kedua jenis satwa itu, kata dia, maka bertambah pula populasi satwa eksotik di Taman Safari Indonesia, Cisarua.
Yulius H Suprihardo menambahkan bahwa saat kelahiran Lama Guanaco pengunjung sempat ikut mengamati langsung proses kelahirannya secara alami.
Tidak sedikit pengunjung mengabadikan peristiwa yang jarang dilihatnya.
"Ada rasa gembira tatkala bayi satwa ini kali pertama menghirup udara," katanya.
Kedua induknya mendampingi bayi itu sekaligus menjaga anaknya yang baru saja lahir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014