Asosiasi Alumni JSPS Jepang di Indonesia (JAAI) menyelenggarakan simposium internasional dan kuliah umum membahas sejumlah tema yakni promosi pangan, air, energi, kemanusiaan, dan keamanan lingkungan, untuk dirumuskan menjadi rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah Indonesia.
Simposium internasional ketiga dan kuliah umum tersebut diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat, Kamis, yang diikuti sekitar 130 orang anggota JAAI dari berbagai profesi dan disiplin ilmu.
Menurut Ketua JAAI periode 2016-2019 Prof Dr Subyakto, JAAI adalah asosiasi dari alumni JSPS di Jepang yang telah kembali ke Indonesia, tapi masih tetap membangun komunikasi dan jaringan dengan pembinanya di Jepang hingga saat ini.
"Kami punya program bridge dengan Jepang yakni untuk mempertahankan relasi yang telah terbangun," kata Subyakto.
Subyakto mengatakan rumusan dari simposium tersebut akan dibuat per bidang untuk disampaikan sebagai rekomendasi kepada pemerintah. Ia mencontohkan untuk bidang promosi pangan akan merumuskan bagaimana solusi menurunkan impor bahan pangan.
"Karena Indonesia adalah negara agraris dan memiliki wilayah geografis yang sangat luas, seharus Indonesia malah mengekspor bahan pangan," katanya.
Pembicara lainnya pada simposium dan kuliah umum tersebut, kata dia, adalah guru besar dari Universitas Kyoto Jepang, Prof Okamoto, yang melakukan riset soal pelaksanaan pemilihan presiden di Indonesia pada 2019.
Menurut Subiakto, Prof Okamoto melakukan kajian dengan membandingkan data meta yakni bagaimana cara-cara kampanye pada pelaksanaan pemilu presiden di Indonesia.
"Dari kajian tersebut, Prof Okamoto melihat cara-cara kampanye pada pemilu presiden di Indonesia sudah semakin kompleks, dengan menggunakan berbagai kekuatan, termasuk kekuatan intelijen," katanya.
Menurut dia, dari kajian tersebut Prof Okamoto menyampaikan beberapa usulan dan saran terhadap pelaksanaan pemilu presiden di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Simposium internasional ketiga dan kuliah umum tersebut diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat, Kamis, yang diikuti sekitar 130 orang anggota JAAI dari berbagai profesi dan disiplin ilmu.
Menurut Ketua JAAI periode 2016-2019 Prof Dr Subyakto, JAAI adalah asosiasi dari alumni JSPS di Jepang yang telah kembali ke Indonesia, tapi masih tetap membangun komunikasi dan jaringan dengan pembinanya di Jepang hingga saat ini.
"Kami punya program bridge dengan Jepang yakni untuk mempertahankan relasi yang telah terbangun," kata Subyakto.
Subyakto mengatakan rumusan dari simposium tersebut akan dibuat per bidang untuk disampaikan sebagai rekomendasi kepada pemerintah. Ia mencontohkan untuk bidang promosi pangan akan merumuskan bagaimana solusi menurunkan impor bahan pangan.
"Karena Indonesia adalah negara agraris dan memiliki wilayah geografis yang sangat luas, seharus Indonesia malah mengekspor bahan pangan," katanya.
Pembicara lainnya pada simposium dan kuliah umum tersebut, kata dia, adalah guru besar dari Universitas Kyoto Jepang, Prof Okamoto, yang melakukan riset soal pelaksanaan pemilihan presiden di Indonesia pada 2019.
Menurut Subiakto, Prof Okamoto melakukan kajian dengan membandingkan data meta yakni bagaimana cara-cara kampanye pada pelaksanaan pemilu presiden di Indonesia.
"Dari kajian tersebut, Prof Okamoto melihat cara-cara kampanye pada pemilu presiden di Indonesia sudah semakin kompleks, dengan menggunakan berbagai kekuatan, termasuk kekuatan intelijen," katanya.
Menurut dia, dari kajian tersebut Prof Okamoto menyampaikan beberapa usulan dan saran terhadap pelaksanaan pemilu presiden di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019