Perhimpunan Metereologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) RI menggelar simposium membahas iklim pada bidang pertanian di IPB International Convention Center (IICC) Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Sekjen Perhimpi, Haris Syahbuddin mengatakan bahwa beberapa aksi telah dilakoni pihaknya untuk menyiasati perubahan iklim yang akan berdampak pada hasil tani, seperti memperbaiki irigasi tersier dan membuat embung.

Kemudian, Kementan melalui Badan Litbang juga melakukan upaya pengembangan varietas-varietas embung baru yang adaktif terhadap perubahan iklim, tahan terhadap kekeringan, toleran terhadap OPT dan sebagainya.

Baca juga: Mentan pastikan stok beras aman jelang selesai masa jabatan

Menurut Haris, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman juga menggerakkan petani-petani milenial untuk mulai beralih pada era pertanian 4.0, yakni memanfaatkan jaringan informasi dan digital masa kini.

“Itu salah satu pola aksi iklim yang kita lakukan di lapangan,” ujarnya kepada awak media di sela-sela simposium.

Di samping itu, Haris mengatakan, Perhimpi yang kini genap berusia 40 tahun, sudah berkontribusi besar bagi pertanian di Indonesia. Diawali dengan kegiatan gerakan tanam sejuta pohon, 1 miliar pohon hingga pengelolaan air.

Baca juga: Mentan gaungkan pertanian berbasis digital menuju pertanian 4.0
Baca juga: Mentan salurkan 400 ribu bibit ayam di Karawang

Dalam kegiatan Simposium bertajuk Inovasi Aksi Iklim Pertanian Menuju Kemandirian Pangan, Ekonomi, Energi dan Lingkungan itu juga, dicanangkan Gerakan Nasional Panen dan Hemat Air.

Meski telah dijalankan sejak tahun lalu, gerakan tersebut kembali digaungkan karena menjadi landasan utama bahwa air adalah kata kunci dalam produksi pertanian.

“Ada statement Mahatma Gandhi bilang semua boleh berhenti tetapi pertanian tidak boleh. Tapi pertanian tidak ada air bisa berhenti dia. Maka ini yang kita angkat terkait dengan panen dan hemat air,” kata Haris.
 

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019