Penulis asal Lampung, Karina Lin  mengadakan grand launching buku kumpulan novelet (Kumlet) berjudul Antargata pada Minggu, 22 September 2019.

Buku kumlet yang merupakan antologi fiksi dari tujuh orang penulis (termasuk dirinya) itu digelar di ruang teater lantai 2 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Indonesia, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat mulai pukul 10 WIB sampai dengan selesai.

"Acara grand launching ini free, sehingga siapapun boleh hadir namun tempat duduknya memang terbatas karena menyesuaikan kapasitas dari ruang teater," katanya.

Grand Launching buku kumlet fiksi Antargata tersebut dilakukan bersamaan dengan beberapa buku lain, namun masih dalam satu kesatuan.

"Buku yang diluncurkan esok merupakan hasil karya dari para alumni Workshop Writerpreneur Accelerate (WWA) yang diinisiasi oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia dan diselenggarakan pada bulan Juni 2019 lalu di Bogor. Total ada tujuh buku alumni WWA yang berpartisipasi. Selain itu ada dua buku tambahan non alumni WWA Bogor, tetapi dari WWA di kota lain," terangnya.

Sebelumnya, buku kumlet Antargata telah mengadakan soft launching pada 5 September 2019 lalu dalam even Indonesia International Book Fair (IIBF) yang bertempat di Jakarta Convention Centre (JCC), DKI Jakarta.

Mengusung nilai-nilai kearifan lokal

Ia menjelaskan pula, acara soft launching tersebut bisa dikatakan sebagai pemanasan untuk memperkenalkan buku Antargata dan buku-buku lain hasil karya dari alumni WWA

Berkaitan dengan isi buku, Karina Lin memaparkan bahwa buku antologi yang merupakan kumpulan novelet hasil karya dari tujuh penulis (dimana salah satunya adalah dirinya) alumni dari Workshop Writerpreneur Accelerate (WWA) ini mengusung genre fiksi misteri.

Sesuai jumlah penulis dalam satu grup, yakni tujuh. Maka terdapat tujuh cerita novelet fiksi dalam buku Antargata dan walau semuanya misteri (juga mitos) menariknya misteri dan mitos yang mengusung nilai-nilai kearifan lokal sesuai daerah asal para penulis.

"Hal inilah yang membedakan sekaligus menjadikan buku antologi Antargata sangat istimewa," ujarnya sedikit berpromosi.

Adapun keenam penulis lain selain dirinya antara lain Wilda Hikmalia (Sumatera Barat, Palasik), Nunik Utami (Yogyakarta, Candra di Langit Jogya), Dede Hartini, (Jawa Barat, Sanekala), Rizanti Kadarsan (Bandung, Snelli), Joego Herwindo (Bogor, Bunga untuk Emak) dan Tegar Setiadi (Jawa Tengah, Kidung Telaga Sunyi).

Sedangkan dirinya yang berasal dari Bandar Lampung, menulis cerita novelet berjudul Secarik Surat dari Ikhsan, yang terispirasi dari mitos di daerah tempat tinggalnya.

"Saya mengambil tema cerita mengenai Sumur Puteri dan penyakit lupus. Mengenai Sumur Puteri, warga Bandarlampung tentu tahu bagaimana mitos-mitos yang beredar seputarnya. Mengenai penyakit lupus, ini bisa dijelaskan secara medis karena merupakan penyakit yang berfokus pada imunitas tubuh. Namun masih banyak yang awam, terlebih di daerah. Sehingga saat ada seseorang yang positif penyakit ini, dikira penyakit karena guna-guna," jelas Karina Lin, yang juga seorang penyintas lupus atau odapus (orang dengan lupus) dan baru-baru ini mendapat penghargaan ODAI Inspiratif dari Marizsa Cardoba Foundation (MCF) bekerja sama dengan Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Anak.

Apabila berminat memiliki buku antologi Antargata, dapat langsung datang ke Perpusnas Indonesia. Bisa juga menghubungi kontak person di Nomor: 085726434561, atau melalui IG @antologi_antargata.

"Setelah grand launching, buku Antargata juga akan hadir dalam acara Festival Bekraf Indonesia di Solo, 4-6 Oktober mendatang," infonya. (RLs/ANT-BPJ).

Pewarta: Heru Cahyo S

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019