Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah dibayangi sentimen eksternal, terutama kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global

Rupiah ditutup melemah 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp14.053 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.035 per dolar AS.

"Pasar masih ragu dan menunggu kepastian kebijakan moneter dari hasil pertemuan European Central Bank yang akan dirilis pada Kamis besok," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Nilai tukar Rupiah diperkirakan melemah seiring naiknya harga minyak

ECB diprediksi memangkas suku bunga deposito perbankan dan menggelontorkan stimulus, termasuk pembelian obligasi kembali.

Seperti yang diketahui, pabrik-pabrik di zona Eropa, khususnya di Jerman, sedang berjuang menghadapi perlambatan pertumbuhan sebagai dampak perang dagang AS-China sehingga Presiden ECB Mario Draghi tidak akan tinggal diam guna untuk menstabilkan ekonomi zona Eropa.

Di domestik, Ibrahim meyakini apabila pasar kembali bergolak akibat perang dagang dan Brexit maka bank sentral siap untuk kembali membuat pasar bergairah dengan instrumen bauran kebijakan moneter. Selain itu amunisi terakhir adalah penurunan suku bunga acuan yang sudah dilakukan sebelumnya.

"Ke depan, BI dan pemerintah akan terus mendorong perekonomian dan pre emptive  serta selalu waspada terhadap kondisi global dan terus membuat kebijakan yang akan mempermudah investor berinvestasi agar bisa masuk ke Indonesia," ujar Ibrahim.

Baca juga: Emas turun akhir pekan karena pembelian 'safe haven' terbatas, greenback menguat

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.030 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.026 per dolar AS hingga Rp14.055 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.031 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.1092 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019