Kampus Universitas Sriwijaya membantu masyarakat Sumatera Selatan secara turun-temurun telah menghasilkan produk olahan asal susu kerbau yang dikenal sebagai gulo puan.

"Perlu teknologi pengolahan agar kualitas meningkat dan daya simpan lebih panjang," kata Dekan Fakultas Pertanian Unsri, Prof Dr Ir Andy Mulyana, M Sc.

Prof Andy yang juga calon rektor Unsri berpendapat, perguruan tinggi harus hadir mendampingi pergeseran teknologi di masyarakat.

"Perguruan tinggi ikut membina masyarakat agar mampu mengolah susu kerbau menjadi produk modern," katanya.

Baca juga: Dunia usaha butuh lulusan dengan berbagai kompetensi softskill

Sebut saja dengan memproduksi minuman jeli susu kerbau yang dapat dipasarkan kepada pelajar milleneal untuk meningkatkan asupan protein dan kalsium. Susu kerbau juga dapat diolah menjadi permen susu, es krim, dan yoghurt.

Unsri telah memulai pendampingan sejak tahun 2018 dengan mitra lain yaitu Badan Restorasi Gambut yang telah memberi bantuan alat pasteurisasi susu kerbau modern berapasitas cukup besar setara 25 liter.

"Alat ini dapat memproses susu kerbau menjadi berbagai produk di atas," ujarnya.

Baca juga: Prof Andy Mulyana: Unsri kampus dengan visi berbasis lahan basah

Mesin diserahkan langsung kepada Ketua Yayasan Ibnul Falaah, Muhammad Hasan, di Kampus Unsri Palembang, disaksikan Dr Ir M Yazid, MSc, selaku pelaksana kegiatan dan Dr Takashi Tsuji, seorang peneliti dari Saga University, Jepang, yang tertarik produk olahan susu kerbau yang sehingga melakukan penelitian di Pampangan.

Lebih lanjut ia mengatakan, kerbau rawa berlimpah di Sumsel karena merupakan hewan khas rawa yang banyak dipelihara penduduk yang tinggal di daerah rawa Sumatera Selatan terutama di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

"Kultur memelihara kerbau dan mengolah susu telah menjadi bagian keseharian masyarakat," tambahnya.

Baca juga: Calon Rektor Unsri Andy Mulyana: Kampus garda kebangsaan

Daerah rawa di Sumatera Selatan memang menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini karena lahan rawa sebagian besar termasuk dalam kesatuan hidrologi gambut (KHG) yang kini banyak mengalami kekeringan dan menimbulkan bencana kebakaran.

"Perhatian pada kerbau rawa meningkat karena memelihara kerbau membutuhkan rawa berair, bukan rawa kering," kata Andy.

Upaya memelihara kerbau rawa dapat menjadi pilihan untuk mencegah rawa dari kekeringan. Kerbau rawa juga diharapkan tidak hanya menjadi aset yang statis, tetapi dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat seperti susu yang dapat dipanen berkali-kali.

"Kalau daging statis karena dipanen sekali," kata Andy.

Prinsipnya tanpa rawa, tiada kerbau rawa sehingga bila rawa lestari, perternak kerbau berseri (MY).

Baca juga: Eksponen 98 Unsri: Kampus adalah rumah bersama

Pewarta: Oleh: Destika Cahyana

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019