Bogor (Antara) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, meningkatkan pengawasan dan pemantauan terhadap penyebaran penyakit antraks yang menyerang manusia, terutama menjelang Hari Raya Idul Adha seiring dengan meningkatnya penjualan hewan kurban.

"Saat ini yang diperlu diwaspadai penyebaran virus antraks pada manusia, karena dilihat situasinya memasuki hari raya kurban, kemungkinan penyebaran virus terjadi. Dinas Kesehatan memiliki tanggungjawab mewaspadai penyebaran pada manusia," kata Dwi Susanto, programer penyakit Zoonosis Dinas Kesehatan Kota Bogor, saat ditemui di Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Dwi menyebutkan Kota Bogor memiliki riwayat kasus antraks yang terjadi pada manusia pada tahun 2005. Satu orang dinyatakan positif mengidap antraks kulit.

Selain itu, posisi Kota Bogor berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor yang termasuk sebagai daerah endemik antraks.

"Beruntung Kota Bogor tidak termasuk endemik antraks, tapi kita berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor yang masuk sebagai daerah endemis. Jadi perlu diwaspadai," kata Dwi.

Menurut Dwi, virus antraks yang menyerang manusia tergolong pada tiga jenis, yakni antraks kulit, antraks pernafasan dan antraks pencernaan.

"Antaraks kulit masih bisa disembuhkan, tapi kalau antraks pernafasan dan pencernaan cukup berbahaya karena menyebabkan kematian," katanya.

Menurut Dwi, masyarakat harus mewaspadai penyebaran bakteri antraks, mengingat spora bakteri ini dapat hidup selama 50 tahun dengan tumbuh di media tanah dan bisa menjangkiti hewan dan melalui hewan terjangkit antraks akan menjangkiti manusia.

Oleh karena itu, lanjut Dwi, menjelang Idul Adha, Dinas Kesehatan bersama Dinas Peternakan melakukan pengawasan penyebaran antraks pada hewan dan ke manusia.

"Kami melakukan pelatihan dan sosialsasi mengenai bahaya penyakit antraks, dengan mempelajari ciri-ciri, efek dan dampaknya serta cara penanganan dan pencegahannya kepada masyarakat melalui kader-kader kesehatan di setiap kelurahan," ujar Dwi.

Dwi mengatakan untuk terhindar dari antraks, masyarakat harus memperhatikan kesehatan lingkungan serta kesehatan diri dengan selalu membiasakan diri mencuci tangan setelah beraktivitas di luar.

Selain itu, mencegah penyebaran antraks dari hewan ke manusia, masyarakat harus memastikan hewan kurban yang dibeli harus dilengkapi sertifikat bebas antraks yang diterbitkan oleh dinas terkait.

"Jangan mengkonsumsi daging hewan yang sakit, pastikan hewan yang dikonsumsi tidak dibeli di daerah endemis antaks," ujar Dwi.


Pewarta: Oleh Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013