Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hari Suprayogi optimistis dua bendungan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, yakni Ciawi dan Sukamahi bisa selesai untuk kemudian digunakan tahun depan.
"Bendungan Ciawi dan Sukamahi kita harapkan 2020 selesai, optimis. Meskipun, membangun bendungan itu rata-rata empat tahun lima tahun," ujarnya kepada ANTARA saat menghadiri acara puncak peringatan hari air dunia XXVII di Situ Lido Cigombong, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Selasa.
Menurutnya, kini pembebasan lahan yang menghabiskan biaya senilai Rp1,5 triliun itu sudah berjalan 80 persen. Sedangkan sisanya yang 20 persen tinggal tahap pembayaran.
Meski begitu, Hari menyebutkan bahwa pembangunan konstruksi sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Kini, konstruksi yang menelan biaya Rp1,2 triliun progresnya sudah mencapai 18 persen.
"Awal pasti masalah lahan, tapi ini udah keliatan. Waduk Ciawi dan Sukamahi semua dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik lahan maupun konstruksi," kata Hari.
Dua bendungan yang mulai dikerjakan pada 2017 itu diharapkan bisa mengurangi banjir yang kerap terjadi di wilayah DKI Jakarta berasal dari hulu Sungai Ciliwung di Kabupaten Bogor.
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta kubik air atau bisa menampung 365 meter kubik air per detik. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau 56 meter kubik air per detik.
Dua bendungan ini memiliki fungsi memperlambat air menuju Jakarta. Air akan ditampung kedua bendungan itu terlebih dahulu, kemudian akan dialirkan ke Bendung Katulampa.
Dengan air yang terlebih dulu masuk ke Bendungan Ciawi dan Sukamahi maka air yang mengalir ke Katulampa menjadi lebih lambat dan semakin sedikit. Dari Bendung Katulampa akan secara bertahap dialirkan menuju ke Jakarta.
Hari menyebutkan, rasio tampungan air di Indonesia saat ini masih minim, yakni 50 meter kibik per kapita per tahun. Angka itu menempatkan Indonesia satu tingkat di atas negara Ethiopia yang angkanya 35 meter kibik per kapita per tahun.
Sedangkan di negara lain, seperti Tahiland sudah mencapai angka 1.200 meter kibik per kapita per tahun.
Kini, Pemerintah tengah membangun sebanyak 65 bendungan di berbagai wilayah Indonesia. Tapi, ketika 65 bendungan itu terbangun hanya mampu manakikkan rasio tampungan air menjadi 95 meter kibik per kapita per tahun.
Sehingga, menurutnya masih jauh dengan Visium Kementerian PUPR Tahun 2030, yakni rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk bisa mencapai sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun.
"Thailand aja 1.200 meter kubik per kapita per tahun, kita 2030 baru 120. Jadi kita harus membangun tampungan-tampungan, waduk-waduk sebanyak mungkin," kata Hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Bendungan Ciawi dan Sukamahi kita harapkan 2020 selesai, optimis. Meskipun, membangun bendungan itu rata-rata empat tahun lima tahun," ujarnya kepada ANTARA saat menghadiri acara puncak peringatan hari air dunia XXVII di Situ Lido Cigombong, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Selasa.
Menurutnya, kini pembebasan lahan yang menghabiskan biaya senilai Rp1,5 triliun itu sudah berjalan 80 persen. Sedangkan sisanya yang 20 persen tinggal tahap pembayaran.
Meski begitu, Hari menyebutkan bahwa pembangunan konstruksi sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Kini, konstruksi yang menelan biaya Rp1,2 triliun progresnya sudah mencapai 18 persen.
"Awal pasti masalah lahan, tapi ini udah keliatan. Waduk Ciawi dan Sukamahi semua dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik lahan maupun konstruksi," kata Hari.
Dua bendungan yang mulai dikerjakan pada 2017 itu diharapkan bisa mengurangi banjir yang kerap terjadi di wilayah DKI Jakarta berasal dari hulu Sungai Ciliwung di Kabupaten Bogor.
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta kubik air atau bisa menampung 365 meter kubik air per detik. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau 56 meter kubik air per detik.
Dua bendungan ini memiliki fungsi memperlambat air menuju Jakarta. Air akan ditampung kedua bendungan itu terlebih dahulu, kemudian akan dialirkan ke Bendung Katulampa.
Dengan air yang terlebih dulu masuk ke Bendungan Ciawi dan Sukamahi maka air yang mengalir ke Katulampa menjadi lebih lambat dan semakin sedikit. Dari Bendung Katulampa akan secara bertahap dialirkan menuju ke Jakarta.
Hari menyebutkan, rasio tampungan air di Indonesia saat ini masih minim, yakni 50 meter kibik per kapita per tahun. Angka itu menempatkan Indonesia satu tingkat di atas negara Ethiopia yang angkanya 35 meter kibik per kapita per tahun.
Sedangkan di negara lain, seperti Tahiland sudah mencapai angka 1.200 meter kibik per kapita per tahun.
Kini, Pemerintah tengah membangun sebanyak 65 bendungan di berbagai wilayah Indonesia. Tapi, ketika 65 bendungan itu terbangun hanya mampu manakikkan rasio tampungan air menjadi 95 meter kibik per kapita per tahun.
Sehingga, menurutnya masih jauh dengan Visium Kementerian PUPR Tahun 2030, yakni rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk bisa mencapai sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun.
"Thailand aja 1.200 meter kubik per kapita per tahun, kita 2030 baru 120. Jadi kita harus membangun tampungan-tampungan, waduk-waduk sebanyak mungkin," kata Hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019