Ekonom Universitas Indonesia (UI) Dr Rizal E Halim menilai pertumbuhan ekonomi enam persen menjadi tantangan bagi masing masing pasangan capres-cawapres untuk melakukan sejumlah akselerasi guna percepatan pertumbuhan ekonomi.
"Pasangan capres-cawapres perlu memberikan paparan mengenai bagaimana melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi guna percepatan pertumbuhan di tengah periode bonus demografi," kata Ekonom Universitas Indonesia Rizal E. Halim di kampus UI Depok, Jawa Barat, Senin.
Menurut dia, akselerasi pertumbuhan ekonomi ini penting karena akan mendorong transmisi pembangunan agar berjalan lebih cepat.
Rizal mengatakan setidaknya Indonesia membutuhkan pertumbuhan di atas enam persen. Salah satu yang perlu menjadi catatan serius bagi Indonesia yakni bagaimana menstimulasi pasar domestik sehingga konsumsi domestik dapat ditingkatkan, mengingat sebagian besar pertumbuhan Indonesia disumbangkan oleh sektor ini.
Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun di kisaran lima persen belum cukup kuat mendorong akselerasi ekonomi nasional.
Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,02 persen pada 2014, 4,88 persen pada 2015, 5,02 persen pada 2016, 5,07 persen pada 2017, dan 5,17 persen pada 2018.
Potret pertumbuhan tersebut, kata dia, belum mencerminkan kinerja perekonomian terbaik buat Indonesia mengingat periode sebelumnya di kisaran enam persen.
Pertumbuhan lima persen masih menahan sebagian besar kesempatan Indonesia untuk mempercepat berbagai program-program pembangunan daya saing.
Pertumbuhan lima persen memang lebih baik jika dibandingkan negara-negara yang bermasalah dengan perekonomiannya (suffering) seperti Argentina, Venezuela, Amerika Serikat atau Uni Eropa.
Di sisi lain pertumbuhan lima persen masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang sedang berusaha bangkit seperti Vietnam, Filipina, Bangladesh, Rwanda dan lain lain. Kesemua negara ini tumbuh di atas enam persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Pasangan capres-cawapres perlu memberikan paparan mengenai bagaimana melakukan akselerasi pertumbuhan ekonomi guna percepatan pertumbuhan di tengah periode bonus demografi," kata Ekonom Universitas Indonesia Rizal E. Halim di kampus UI Depok, Jawa Barat, Senin.
Menurut dia, akselerasi pertumbuhan ekonomi ini penting karena akan mendorong transmisi pembangunan agar berjalan lebih cepat.
Rizal mengatakan setidaknya Indonesia membutuhkan pertumbuhan di atas enam persen. Salah satu yang perlu menjadi catatan serius bagi Indonesia yakni bagaimana menstimulasi pasar domestik sehingga konsumsi domestik dapat ditingkatkan, mengingat sebagian besar pertumbuhan Indonesia disumbangkan oleh sektor ini.
Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun di kisaran lima persen belum cukup kuat mendorong akselerasi ekonomi nasional.
Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,02 persen pada 2014, 4,88 persen pada 2015, 5,02 persen pada 2016, 5,07 persen pada 2017, dan 5,17 persen pada 2018.
Potret pertumbuhan tersebut, kata dia, belum mencerminkan kinerja perekonomian terbaik buat Indonesia mengingat periode sebelumnya di kisaran enam persen.
Pertumbuhan lima persen masih menahan sebagian besar kesempatan Indonesia untuk mempercepat berbagai program-program pembangunan daya saing.
Pertumbuhan lima persen memang lebih baik jika dibandingkan negara-negara yang bermasalah dengan perekonomiannya (suffering) seperti Argentina, Venezuela, Amerika Serikat atau Uni Eropa.
Di sisi lain pertumbuhan lima persen masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang sedang berusaha bangkit seperti Vietnam, Filipina, Bangladesh, Rwanda dan lain lain. Kesemua negara ini tumbuh di atas enam persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019