Sebanyak 1.000 guru mengaji dari berbagai daerah di Kabupaten Purworejo menyatakan siap menjadi garda terdepan dalam menangkal hoaks dengan mengajarkan pendidikan karakter sejak dini pada anak-anak.
Hal tersebut disampaikan para guru mengaji pada silaturahim yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kabupaten Purworejo, Sabtu.
Dalam pertemuan tersebut, Ganjar menyebutkan bahwa persebaran hoaks telah menyasar segala lapisan masyarakat, tidak terkecuali di kalangan para santri.
Oleh karena itu, Ganjar mengajak seribu guru mengaji di Purworejo untuk melakukan pengawalan agar para santri tidak turut menyebar atau jadi korban hoaks.
"Sebenarnya 1.000 guru ngaji ini mampu mengurangi dan memagari tindakan-tindakan hoaks yang membikin kebencian dan membikin kemarahan karena kalau orang habis mengaji itu hatinya senang mendapatkan pencerahan berarti ngajinya bener, tapi kalau habis ngaji kok emosi, hanya pengen perang dan marah-marah, patut dipertanyakan itu," ucapnya.
Guna mengantisipasi hal itu, lanjut Ganjar, para guru mengaji yang harus jadi tameng kuat dalam memberi penjelasan pada santri sehingga kalau ini bisa berjalan, maka kehidupan bermasyarakat lebih tenang, anak lebih berkarakter, orang lebih hati-hati, serta anak-anak bisa berkembang dengan sangat waras.
Dalam pertemuan di Pondok Pesantren Nuril Anwar itu, Ganjar juga menyerahkan insentif untuk ustaz dan ustazah se-Kabupaten Purworejo.
Pemberian insentif ini merupakan perwujudan janji kampanye Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen ketika memenangi Pemilihan Gubernur Jateng 2018.
Sebelumnya, pemberian insentif telah dilakukan kepada para guru mengaji, guru madrasah diniyah, dan pengurus pondok pesantren dengan total insentif pada APBD 2019 senilai Rp 205 miliar yang diperuntukkan 171.131 orang.
Basuki Rahmat, salah seorang guru mengaji dari Winong, Kabupaten Purworejo, membenarkan pernyataan Ganjar. Ia mengaku sering mendapatkan aduan santri tentang makna dan cara menangkal hoaks.
Basuki merinci langkah-langkahnya menghadapi pertanyaan dan memberi penjelasan pada santri tentang hoaks itu dan yang menjadi catatan penting untuk mengenali hoaks adalah biasanya suatu berita kabar itu berisi caci maki atau menjelekkan orang lain.
"Hoaks itu, jika di media sosial ada yang menjelek-jelekkan orang lain, jangan langsung diterima. Jangan diterima mentah-mentah, tapi 'digodog' dulu dengan bertanya pada kiai, selanjutnya jangan dibagi atau dikirimkan ke yang lain, setop," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Hal tersebut disampaikan para guru mengaji pada silaturahim yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kabupaten Purworejo, Sabtu.
Dalam pertemuan tersebut, Ganjar menyebutkan bahwa persebaran hoaks telah menyasar segala lapisan masyarakat, tidak terkecuali di kalangan para santri.
Oleh karena itu, Ganjar mengajak seribu guru mengaji di Purworejo untuk melakukan pengawalan agar para santri tidak turut menyebar atau jadi korban hoaks.
"Sebenarnya 1.000 guru ngaji ini mampu mengurangi dan memagari tindakan-tindakan hoaks yang membikin kebencian dan membikin kemarahan karena kalau orang habis mengaji itu hatinya senang mendapatkan pencerahan berarti ngajinya bener, tapi kalau habis ngaji kok emosi, hanya pengen perang dan marah-marah, patut dipertanyakan itu," ucapnya.
Guna mengantisipasi hal itu, lanjut Ganjar, para guru mengaji yang harus jadi tameng kuat dalam memberi penjelasan pada santri sehingga kalau ini bisa berjalan, maka kehidupan bermasyarakat lebih tenang, anak lebih berkarakter, orang lebih hati-hati, serta anak-anak bisa berkembang dengan sangat waras.
Dalam pertemuan di Pondok Pesantren Nuril Anwar itu, Ganjar juga menyerahkan insentif untuk ustaz dan ustazah se-Kabupaten Purworejo.
Pemberian insentif ini merupakan perwujudan janji kampanye Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen ketika memenangi Pemilihan Gubernur Jateng 2018.
Sebelumnya, pemberian insentif telah dilakukan kepada para guru mengaji, guru madrasah diniyah, dan pengurus pondok pesantren dengan total insentif pada APBD 2019 senilai Rp 205 miliar yang diperuntukkan 171.131 orang.
Basuki Rahmat, salah seorang guru mengaji dari Winong, Kabupaten Purworejo, membenarkan pernyataan Ganjar. Ia mengaku sering mendapatkan aduan santri tentang makna dan cara menangkal hoaks.
Basuki merinci langkah-langkahnya menghadapi pertanyaan dan memberi penjelasan pada santri tentang hoaks itu dan yang menjadi catatan penting untuk mengenali hoaks adalah biasanya suatu berita kabar itu berisi caci maki atau menjelekkan orang lain.
"Hoaks itu, jika di media sosial ada yang menjelek-jelekkan orang lain, jangan langsung diterima. Jangan diterima mentah-mentah, tapi 'digodog' dulu dengan bertanya pada kiai, selanjutnya jangan dibagi atau dikirimkan ke yang lain, setop," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019