Sukabumi (Antara) - Chevron Geothermal Salak saat ini tengah membangun atau mengebor 13 sumur baru untuk memeriksa kandungan uap dari panas bumi yang dihasilkan oleh Gunung Salak untuk meningkat produksi listriknya.
"Kedalaman sumur baru ini mencapai 3 ribu kaki untuk bisa menembus mengindentifikasi potensi kandungan uap dari panas bumi yang nantinya kami proses dan diubah menjadi tenaga listrik untuk memasok wilayah Sukabumi dan Bogor," kata Manager Policy, Government, and Public Affair Chevron Geothermal Salak, Gita Fadilah kepada Antara, Sabtu.
Menurut Gita, pengeboran ini sudah dilakukan sejak tahun lalu dan sampai saat ini sejak berdirinya Chevron sekitar 1980 lalu sudah ada 110 sumur yang rata-rata kedalamannya mencapai 3 ribu kaki. Ada tiga jenis sumur yang tengah dibangun saat ini yakni sumur produksi, injeksi dan monitoring.
Selain membangun sumur baru, pihaknya juga saat ini tengah memperbaiki tiga sumur yang rusak agar bisa berproduksi kembali. Pembangunan sumur ini tujuannya untuk memonitoring kekuatan panas bumi yang menghasilkan uap untuk proses pembangkit listrik.
"Pengeboran ini rencananya akan kami lakukan tiga sampai empat tahun, agar nanti hasilnya bisa diketahui berapa kekuatan panas bumi dan arah uap yang akan kami gunakan untuk menjadi sumber tenaga listrik," tambahnya.
Di sisi lain, setiap harinya CGS menghasilkan 377 megawatt listrik dari panas bumi yang kemudian disalurkan untuk beberapa wilayah di Sukabumi dan Bogor. Selain itu, tenaga listrik yang dihasilkan oleh pihaknya juga merupakan cadangan listrik jika pasokan listrik dari PT PLN mengalami gangguan.
Pasokan listrik yang dihasilkan oleh CGS juga menjadi cadangan untuk Jawa, Bali dan Madura. Saat ini pihaknya juga tengah berupaya untuk meningkatkan hasil produksi listriknya yang diimbangi oleh penghijauan kembali Gunung Salak agar lokasi produksinya tetap terjaga habitat flora dan faunanya.
"Setiap melakukan produksi kami selalu mengimbanginya dengan penghijauan dan sampai 2017 ini kami tengah melakukan penghijauan hutan koridor antara Gunung Salak dan Halimun seluas 500 hektare," kata Humas CGS, Reva Sasistiya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Kedalaman sumur baru ini mencapai 3 ribu kaki untuk bisa menembus mengindentifikasi potensi kandungan uap dari panas bumi yang nantinya kami proses dan diubah menjadi tenaga listrik untuk memasok wilayah Sukabumi dan Bogor," kata Manager Policy, Government, and Public Affair Chevron Geothermal Salak, Gita Fadilah kepada Antara, Sabtu.
Menurut Gita, pengeboran ini sudah dilakukan sejak tahun lalu dan sampai saat ini sejak berdirinya Chevron sekitar 1980 lalu sudah ada 110 sumur yang rata-rata kedalamannya mencapai 3 ribu kaki. Ada tiga jenis sumur yang tengah dibangun saat ini yakni sumur produksi, injeksi dan monitoring.
Selain membangun sumur baru, pihaknya juga saat ini tengah memperbaiki tiga sumur yang rusak agar bisa berproduksi kembali. Pembangunan sumur ini tujuannya untuk memonitoring kekuatan panas bumi yang menghasilkan uap untuk proses pembangkit listrik.
"Pengeboran ini rencananya akan kami lakukan tiga sampai empat tahun, agar nanti hasilnya bisa diketahui berapa kekuatan panas bumi dan arah uap yang akan kami gunakan untuk menjadi sumber tenaga listrik," tambahnya.
Di sisi lain, setiap harinya CGS menghasilkan 377 megawatt listrik dari panas bumi yang kemudian disalurkan untuk beberapa wilayah di Sukabumi dan Bogor. Selain itu, tenaga listrik yang dihasilkan oleh pihaknya juga merupakan cadangan listrik jika pasokan listrik dari PT PLN mengalami gangguan.
Pasokan listrik yang dihasilkan oleh CGS juga menjadi cadangan untuk Jawa, Bali dan Madura. Saat ini pihaknya juga tengah berupaya untuk meningkatkan hasil produksi listriknya yang diimbangi oleh penghijauan kembali Gunung Salak agar lokasi produksinya tetap terjaga habitat flora dan faunanya.
"Setiap melakukan produksi kami selalu mengimbanginya dengan penghijauan dan sampai 2017 ini kami tengah melakukan penghijauan hutan koridor antara Gunung Salak dan Halimun seluas 500 hektare," kata Humas CGS, Reva Sasistiya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013