Bogor, 21/5 (Antara) - Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI berhasil melakukan penyilangan buatan serta perbanyakan dari biji dan kultur jaringan Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc sehingga tumbuhan langka tersebut bisa ditanam di dalam pot.
"Bunga Bangkai yang ditanam dalam pot ini merupakan hasil riset dan konservasi yang dilakukan peneliti Kebun Raya Bogor," kata Kepala PKT Kebun Raya Bogor, Mustaid Siregar, di sela acara perayaan HUT ke-196 Kebun Raya Bogor, Selasa.
Mustaid menyebutkan Bunga Bangkai dalam pot berhasil dilakukan dengan teknik penyilangan buatan serta perbayakan dari biji dan kultur jaringan.
"Ini merupakan salah satu penelitian Kebun Raya Bogor untuk membudidakan bunga bangkai ini agar kedepan masyarakat bisa menikmatinya setiap saat," katanya.
Menurut Mustaid selama ini keberadaan Bunga Bangkai yang langka sangat sulit untuk melihat keberadaannya. Dengan penelitian yang panjang Kebun Raya Bogor berhasil mengembangbiakannya dengan kultur jaringan diambil bagian daunnya.
"Dengan adanya perbanyakan biji bunga bangkai dan penanaman dalam pot, supaya mudah dalam mobilisasinya, sehingga tidak perlu menunggu 10 tahun untuk melihat bunga bangkai raksasa tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Budidaya Bunga Bangkai Amorphophalus tittanim Becc, Dian Latifha menjelaskan buah bunga bangkai berkembang sejak 7 maret 2012.
Perkembangan tersebut lanjut dia, merupakan yang pertama dalam sejarah keberhasilan penyerbukan buatan pada bunga bangkai di Indonesia.
"Buahnya masak setelah lima bulan. Bibi-biji mulai berkecambah setelah 2 bulan," ujarnya.
Ia menyebutkan umur anak-anakan Amorphophalus saat ini (Mei 2013) masih delapan bulan, sudah memiliki tinggi rata-rata 50 cm.
"Untuk umbinya baru berkisar antara 15 hingga 60 gram. Sementara koleksi di Kebun Raya Bogor yang sudah dewasa dan beberapa kali berbunga memiliki umbi seberat 20-25 kg.
Menurut Dian, dari referensi Amorphophalus (bunga bangkai) dewasa pertama kali berbunga pada umur 10 tahun dari biji, dari kultur jaringan mencapai 21 tahun.
Lebih lanjut dikatakannya, pada fase anakan ini, individu tanaman hanya menjalani fase daun (vegetatif) kemudian dorman tumbuh daun lagi dan seterusnya sehingga mungkin harus menunggu sampai 10 tahun.
Saat ini, lanjut Dian, penelitian masih terus dilanjuti untuk mempercepat pembesaran umbi dan mempersingkat waktu awal berbunga.
"Dengan persilangan buatan dan kultur jaringan diharapkan dimasa mendatang bunga bangkai makin dekat karena bisa dinikmati di rumah serta dapat di pamerkan dalam berbagai ajang pameran karena bunga bangkai ini menjadi icon duta konservasi," ujarnya.
Dian menambahkan, saat ini sudah ada 90 bibit anakan bunga bangkai yang tersedia dan beberapa ditanam dalam pot berukuran besar.
Pihaknya masih melakukan penelitian, karena dalam menumbuhkembangkan bunga tersebut harus banyak perlakuan terutama pada bagian tanah yang tidak boleh padat karena akan menghambat tumbuh kembang umbi.
"Sehingga secara rutin harus terus ditangani, memantau perkembangan umbi, dan mengganti pot bila ukuran umbi sudah membesar," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Bunga Bangkai yang ditanam dalam pot ini merupakan hasil riset dan konservasi yang dilakukan peneliti Kebun Raya Bogor," kata Kepala PKT Kebun Raya Bogor, Mustaid Siregar, di sela acara perayaan HUT ke-196 Kebun Raya Bogor, Selasa.
Mustaid menyebutkan Bunga Bangkai dalam pot berhasil dilakukan dengan teknik penyilangan buatan serta perbayakan dari biji dan kultur jaringan.
"Ini merupakan salah satu penelitian Kebun Raya Bogor untuk membudidakan bunga bangkai ini agar kedepan masyarakat bisa menikmatinya setiap saat," katanya.
Menurut Mustaid selama ini keberadaan Bunga Bangkai yang langka sangat sulit untuk melihat keberadaannya. Dengan penelitian yang panjang Kebun Raya Bogor berhasil mengembangbiakannya dengan kultur jaringan diambil bagian daunnya.
"Dengan adanya perbanyakan biji bunga bangkai dan penanaman dalam pot, supaya mudah dalam mobilisasinya, sehingga tidak perlu menunggu 10 tahun untuk melihat bunga bangkai raksasa tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Budidaya Bunga Bangkai Amorphophalus tittanim Becc, Dian Latifha menjelaskan buah bunga bangkai berkembang sejak 7 maret 2012.
Perkembangan tersebut lanjut dia, merupakan yang pertama dalam sejarah keberhasilan penyerbukan buatan pada bunga bangkai di Indonesia.
"Buahnya masak setelah lima bulan. Bibi-biji mulai berkecambah setelah 2 bulan," ujarnya.
Ia menyebutkan umur anak-anakan Amorphophalus saat ini (Mei 2013) masih delapan bulan, sudah memiliki tinggi rata-rata 50 cm.
"Untuk umbinya baru berkisar antara 15 hingga 60 gram. Sementara koleksi di Kebun Raya Bogor yang sudah dewasa dan beberapa kali berbunga memiliki umbi seberat 20-25 kg.
Menurut Dian, dari referensi Amorphophalus (bunga bangkai) dewasa pertama kali berbunga pada umur 10 tahun dari biji, dari kultur jaringan mencapai 21 tahun.
Lebih lanjut dikatakannya, pada fase anakan ini, individu tanaman hanya menjalani fase daun (vegetatif) kemudian dorman tumbuh daun lagi dan seterusnya sehingga mungkin harus menunggu sampai 10 tahun.
Saat ini, lanjut Dian, penelitian masih terus dilanjuti untuk mempercepat pembesaran umbi dan mempersingkat waktu awal berbunga.
"Dengan persilangan buatan dan kultur jaringan diharapkan dimasa mendatang bunga bangkai makin dekat karena bisa dinikmati di rumah serta dapat di pamerkan dalam berbagai ajang pameran karena bunga bangkai ini menjadi icon duta konservasi," ujarnya.
Dian menambahkan, saat ini sudah ada 90 bibit anakan bunga bangkai yang tersedia dan beberapa ditanam dalam pot berukuran besar.
Pihaknya masih melakukan penelitian, karena dalam menumbuhkembangkan bunga tersebut harus banyak perlakuan terutama pada bagian tanah yang tidak boleh padat karena akan menghambat tumbuh kembang umbi.
"Sehingga secara rutin harus terus ditangani, memantau perkembangan umbi, dan mengganti pot bila ukuran umbi sudah membesar," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013