Bogor (Antaranews Megapolitan) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor memprakirakan hujan masih mengguyur wilayah Sukabumi hingga tiga hari ke depan.
"Saat ini kita sudah memasuki puncak musim hujan, secara umum wilayah Jawa Barat berpotensi hujan, termasuk di Sukabumi," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, Hadi Saputra kepada Antara di Bogor, Rabu.
Hadi menjelaskan, sejak tanggal 31 Desember 2018, BMKG Stasiun Klimatologi Bogor telah merilis potensi hujan tinggi di wilayah Jawa Barat dari tanggal 1 sampai 6 Januari mendatang.
"Puncak musim hujan itu kan ada di Januari dan Februari," katanya.
Menurut Hadi, sebelum kejadian longsor di Cisolok, Sukabumi, BMKG Stasiun Klimatologi Bogor telah mengeluarkan peringatan dini akan ada hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi.
Berdasarkan informasi peringatan dini yang disampaikan BMKG pada pukul 15.00 WIB akan terjadi hujan sedang sampai lebat disertai kilat dan petir, serta angin kencang di wilayah Sukabumi yang meliputi Cisolok, Kabandungan, Kalapanunggal, Paranasalak, Parungkuda, Baros, Cidahu, Cicurug, Nagrak, Cibadak, Cikidang, Kadudampit, Sikbumi, Kota Sukabumi, Sukaraja, Cikembar, Warungkiara, dan sekitarnya.
"Pada saat kejadian, atmosfer ada tekanan rendah di Selatan Jawa yang menyebabkan tarikan angin ke arah Sukabumi. Awanya jadi belokan angin yang menumbuhkan awan-awan hujan, di Cisolok terpantau hujan lebat," kata Hadi.
Hadi mengatakan, BMKG terus mengupdate informasi prakiran cuaca yang disampaikan ke masyarakat melalui info BMKG termasuk BPBD tiap-tiap daerah di Jawa Barat.
Berdasarkan analisis cuaca yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, sejak tangal 25 Desember sampai 31 Desember 2018 wilayah Cisolok terus diguyur hujan dengan intensitas bervariasi mulai dari 45,8 mili meter, sampai 0,2 mili meter.
Data analisis BMKG pada Tanggal 25 intensitas hujan 45.8 mm, Tanggal 26 : 1.0 mm, Tanggal 27: 11.0 mm, Tanggal 28 : 0.2 mm, Tanggal 29 : 22.8 mm, Tanggal 30 : 7.6 mm, Tanggal 31 : 21.2 mm.
Menurut Hadi, penyebab longsor tidak sepenuhnya karena cuaca atau curah hujan yang tinggi. Karena saat ini memang kawasan Indonesia sudah memasuki musim penghujan, yang curahnya hujannya lebih tinggi dari biasanya.
Faktor topografi juga ikut menjadi penyebab. Ia melihat di lokasi longsor tidak tanpak tanaman-tanaman keras yang dapat menahan air hujan hingga menyebabkan pergeseran tanah yang labil.
"Tidak hanya faktor hujan yang mempengaruhi, tapi topografi wilayah sekitar, pengaruh tumbuhan vegetasi, apakah mampu menahan air atau tidak, tidak ada pohon keras, begitu kena hujan tanahnya tidak ada penahan," kata Hadi.
Ia mengatakan, pada saat kejadin curah hujan di Cisolok mencapai 85 mili meter dalam sehari. Air hujan yang masuk ke tanah, khususnya di bukti yang tidak ada tumbuhan penahan air, akan ikut longsor.
BMKG memperkirakan potensi hujan masih terjadi di wilayah Sukabumi khusus, Jawa Barat umum. Hujan sewaktu-waktu dapat terjadi, bila pagi hari cerah dan berawan, singan dan malam bisa jadi hujan ringan sampai sedang.
Dengan adanya potensi hujan ini, dan situasi wilayah yang masih labil, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama di wilayah yang rawan bencana.
"Karena masih ada hujan, sebaiknya di lokasi bencana dibatasi aktivitas warga, khusus tim SAR saja yang ada di lokasi, agar pencarian korban bisa maksimal," kata Hadi.
Longsor di Kampung Garehong, Dusung Cimapang, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, menyebabkan 15 orang meninggal dunia, diperkirakan ada 20 orang yang masih hilang diduga tertibun longsor. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Saat ini kita sudah memasuki puncak musim hujan, secara umum wilayah Jawa Barat berpotensi hujan, termasuk di Sukabumi," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, Hadi Saputra kepada Antara di Bogor, Rabu.
Hadi menjelaskan, sejak tanggal 31 Desember 2018, BMKG Stasiun Klimatologi Bogor telah merilis potensi hujan tinggi di wilayah Jawa Barat dari tanggal 1 sampai 6 Januari mendatang.
"Puncak musim hujan itu kan ada di Januari dan Februari," katanya.
Menurut Hadi, sebelum kejadian longsor di Cisolok, Sukabumi, BMKG Stasiun Klimatologi Bogor telah mengeluarkan peringatan dini akan ada hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi.
Berdasarkan informasi peringatan dini yang disampaikan BMKG pada pukul 15.00 WIB akan terjadi hujan sedang sampai lebat disertai kilat dan petir, serta angin kencang di wilayah Sukabumi yang meliputi Cisolok, Kabandungan, Kalapanunggal, Paranasalak, Parungkuda, Baros, Cidahu, Cicurug, Nagrak, Cibadak, Cikidang, Kadudampit, Sikbumi, Kota Sukabumi, Sukaraja, Cikembar, Warungkiara, dan sekitarnya.
"Pada saat kejadian, atmosfer ada tekanan rendah di Selatan Jawa yang menyebabkan tarikan angin ke arah Sukabumi. Awanya jadi belokan angin yang menumbuhkan awan-awan hujan, di Cisolok terpantau hujan lebat," kata Hadi.
Hadi mengatakan, BMKG terus mengupdate informasi prakiran cuaca yang disampaikan ke masyarakat melalui info BMKG termasuk BPBD tiap-tiap daerah di Jawa Barat.
Berdasarkan analisis cuaca yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, sejak tangal 25 Desember sampai 31 Desember 2018 wilayah Cisolok terus diguyur hujan dengan intensitas bervariasi mulai dari 45,8 mili meter, sampai 0,2 mili meter.
Data analisis BMKG pada Tanggal 25 intensitas hujan 45.8 mm, Tanggal 26 : 1.0 mm, Tanggal 27: 11.0 mm, Tanggal 28 : 0.2 mm, Tanggal 29 : 22.8 mm, Tanggal 30 : 7.6 mm, Tanggal 31 : 21.2 mm.
Menurut Hadi, penyebab longsor tidak sepenuhnya karena cuaca atau curah hujan yang tinggi. Karena saat ini memang kawasan Indonesia sudah memasuki musim penghujan, yang curahnya hujannya lebih tinggi dari biasanya.
Faktor topografi juga ikut menjadi penyebab. Ia melihat di lokasi longsor tidak tanpak tanaman-tanaman keras yang dapat menahan air hujan hingga menyebabkan pergeseran tanah yang labil.
"Tidak hanya faktor hujan yang mempengaruhi, tapi topografi wilayah sekitar, pengaruh tumbuhan vegetasi, apakah mampu menahan air atau tidak, tidak ada pohon keras, begitu kena hujan tanahnya tidak ada penahan," kata Hadi.
Ia mengatakan, pada saat kejadin curah hujan di Cisolok mencapai 85 mili meter dalam sehari. Air hujan yang masuk ke tanah, khususnya di bukti yang tidak ada tumbuhan penahan air, akan ikut longsor.
BMKG memperkirakan potensi hujan masih terjadi di wilayah Sukabumi khusus, Jawa Barat umum. Hujan sewaktu-waktu dapat terjadi, bila pagi hari cerah dan berawan, singan dan malam bisa jadi hujan ringan sampai sedang.
Dengan adanya potensi hujan ini, dan situasi wilayah yang masih labil, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama di wilayah yang rawan bencana.
"Karena masih ada hujan, sebaiknya di lokasi bencana dibatasi aktivitas warga, khusus tim SAR saja yang ada di lokasi, agar pencarian korban bisa maksimal," kata Hadi.
Longsor di Kampung Garehong, Dusung Cimapang, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, menyebabkan 15 orang meninggal dunia, diperkirakan ada 20 orang yang masih hilang diduga tertibun longsor. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019