Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Aceh Tamiang mencatat sebanyak 439 bangunan sekolah rusak akibat banjir bandang yang melanda daerah itu pada akhir November lalu.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tamiang Sepriyanto di Aceh Tamiang, Sabtu, mengatakan kerusakan ratusan bangunan sekolah berbagai jenjang tersebut terdiri atas rusak ringan, sedang, dan berat.

"Berdasarkan data sementara yang kami himpun, total sekolah yang terdampak banjir mencapai 439 sekolah. Ratusan bangunan sekolah itu ada yang rusak ringan, sedang, maupun berat," katanya.

Sepriyanto merincikan bangunan sekolah yang rusak tersebut terdiri atas 73 unit rusak berat, 306 bangunan sekolah mengalami rusak sedang dan 60 sekolah mengalami rusak ringan.

Sedangkan jenis kerusakan bangunan sekolah bervariasi, paling banyak ditemukan meliputi ruang kelas terendam lumpur dan tertimbun tumpukan kayu gelondongan.

Selain itu, ada juga kerusakan plafon dan dinding rusak, lantai sekolah tergerus air, hingga fasilitas penunjang, seperti meja, kursi, buku pelajaran, serta peralatan laboratorium yang tidak bisa digunakan.

"Sejumlah sekolah juga mengalami kerusakan pada sarana sanitasi, jaringan listrik, dan pagar sekolah akibat derasnya arus banjir. Kondisi ini membuat sebagian sekolah belum dapat kembali melaksanakan proses belajar mengajar secara normal," katanya.

Sepriyanto mengatakan sekolah yang tidak terdampak banjir sebanyak 58 unit. Sekolah tersebut tetap beraktivitas melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana mestinya.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Tamiang itu menyebutkan banjir juga menyebabkan aktivitas pendidikan terhenti di beberapa wilayah terdampak.

Banyak peserta didik belajar dari rumah atau diliburkan sementara waktu, karena sekolah belum layak digunakan. Keselamatan peserta didik dan tenaga pendidik menjadi prioritas.

"Untuk sekolah yang mengalami kerusakan cukup parah, kami belum mengizinkan kegiatan belajar mengajar tatap muka sampai kondisi benar-benar aman," katanya.

Sepriyanto mengatakan pihaknya membutuhkan dukungan berbagai pihak membersihkan lumpur dan material banjir lainnya yang menimbun banyak bangunan sekolah.

Untuk bangunan sekolah rusak, kata dia, diupayakan sekolah darurat, seperti belajar di tenda atau memakai bangunan lainnya agar proses belajar mengajar tetap berjalan setelah bencana.

Ia mengatakan untuk sekolah yang mengalami kerusakan berat nantinya diwacanakan akan dilakukan sekolah darurat. Saat ini pihaknya sedang menggalang dukungan, baik dari masyarakat, relawan dan NGO agar dapat memberikan dukungan. Tujuannya agar pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang tetap dapat berjalan kembali dengan segera.

"Ada sebanyak 17 sekolah terdiri atas 10 sekolah dasar (SD) dan tujuh sekolah menengah pertama (SMP) membutuhkan tenda untuk sekolah darurat," kata Sepriyanto.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025