Bogor (Antaranews Megapolitan) - Berbagai inovasi teknologi telah dihasilkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Ada enam bidang yang menjadi fokus riset di IPB yaitu pangan, energi, sumberdaya alam dan lingkungan, biologi dan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya serta teknologi dan rekayasa.
“Berbagai inovasi telah dihasilkan setiap tahun pada keenam bidang tersebut, baik inovasi teknologi dasar, terapan maupun model rekayasa sosial untuk mempercepat proses diseminasi inovasi teknologi di tengah masyarakat,” kata Rektor IPB, Dr. Arif Satria saat membuka acara Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di IPB International Convention Center (IICC) Kampus Baranangsiang, Bogor (6/12). Seminar ini mengusung tema, “Inovasi Agromaritim Menuju Kedaulatan Pangan dan Daya Saing Bangsa”.
Isu ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan isu penting di dunia sejalan dengan pesatnya pertumbuhan populasi global. Ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan faktor kunci bagi banyak aktivitas ekonomi di dunia. Perbaikan teknologi dan inovasi pada bidang pertanian tentu akan menciptakan peluang dan peningkatan produktivitas pertanian menuju kedaulatan pangan. Ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila pertanian tidak segera dibenahi dan diperhatikan kebutuhannya.
“Perguruan tinggi termasuk IPB, sebagai salah satu sumber inovasi dituntut untuk terus berpikir kritis menyikapi berbagai perubahan nasional dan global sehingga dapat menghasilkan karya-karya terbaik. Tujuannya tentu untuk mengatasi berbagai permasalahan pangan, meningkatkan daya saing bangsa, mencegah dan mengurangi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah dan meningkatkan kesejahteraan insan-insan agromaritim yang masih rendah. Untuk itu perguruan tinggi perlu melaksanakan dharma penelitian secara terencana yang dapat terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga dapat menghasilkan inovasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dunia industri dan pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu staf ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Ir. Lestari Indah, M.M dalam Keynote Speechnya menyampaikan bahwa produktivitas sektor pertanian masih rendah dibandingkan sektor lainnya. Rendahnya produktivitas sektor ini disebabkan karena sebagian besar pertanian di Indonesia adalah pertanian subsisten. Untuk itu pertanian perlu didorong menjadi pertanian yang berorientasi pada pasar (market oriented farming). Caranya dengan meningkatkan kapasitas para petani dan juga penguasaan teknologi pertanian.
Ia menambahkan, untuk mendorong sektor agromaritim yang berorientasi pada pasar dan meningkatkan produktivitasnya, sektor ini harus didukung dengan sumberdaya manusia berkualitas (SDM). Sementara itu, SDM di sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan regenerasi.
“Generasi muda umumnya tidak tertarik untuk menjadi petani, karena melihat para pendahulunya yang tidak dapat hidup sejahtera dengan menjadi petani. Indonesia perlu lebih mendorong peningkatan kualitas SDMnya. Kebutuhan SDM yang berkualitas, juga didorong oleh perkembangan tren global terkait SDM di era industri 4.0 yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan, utamanya di sektor agromaritim. Tren sekarang munculnya teknologi digital memungkinkan orang dapat bekerja di mana saja, baik di kota maupun di desa atau daerah pesisir dimana potensi agromaritim berada,” ujarnya.
Menghadapi persoalan peningkatan produktivitas sektor agromaritim dan tren global tersebut, revitalisasi lembaga pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satunya adalah dengan mendorong kebijakan pengembangan vokasi untuk melakukan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik.
“Saya berharap perguruan tinggi seperti IPB juga dapat terlibat dan membantu pengembangan vokasi melalui kerjasama dengan SMK dan Politeknik agar kualitas pendidikannya dapat ditingkatkan, utamanya di sektor agromaritim. Dengan merevitalisasi pendidikan, utamanya pada sektor agromaritim, bukan hanya dapat meningkatkan kualitas SDMnya tetapi lebih dari itu, dapat mendorong terwujudnya kemandirian pangan dan daya saing bangsa,” tandasnya.
Pada seminar ini juga telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara IPB dengan Pemerintah Kabupaten Malang dan Purbalingga sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Pada kesempatan ini juga, Kepala LPPM IPB, Dr. Aji Hermawan menyampaikan pesan kepada seluruh peserta seminar khususnya civitas akademika IPB untuk lebih semangat mempersiapkan karya-karya penelitian dan pengabdian ke depan yang semakin berkualitas dan berdaya guna bagi masyarakat Indonesia.
Staf Ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI bersama pimpinan IPB dan peserta seminar melakukan peninjauan gelari IPTEK yang menampilkan beberapa inovasi IPB yaitu Sistem Observasi Kelautan, Wedlyn, Inovasi Clarias, Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Rumpon Portable dan Saung Iklim. Seminar ini diikuti oleh 458 penyaji yang terdiri dari 234 penyaji oral, 211 penyaji poster dan 13 penyaji oral dari luar IPB. (Awl/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
“Berbagai inovasi telah dihasilkan setiap tahun pada keenam bidang tersebut, baik inovasi teknologi dasar, terapan maupun model rekayasa sosial untuk mempercepat proses diseminasi inovasi teknologi di tengah masyarakat,” kata Rektor IPB, Dr. Arif Satria saat membuka acara Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di IPB International Convention Center (IICC) Kampus Baranangsiang, Bogor (6/12). Seminar ini mengusung tema, “Inovasi Agromaritim Menuju Kedaulatan Pangan dan Daya Saing Bangsa”.
Isu ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan isu penting di dunia sejalan dengan pesatnya pertumbuhan populasi global. Ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan faktor kunci bagi banyak aktivitas ekonomi di dunia. Perbaikan teknologi dan inovasi pada bidang pertanian tentu akan menciptakan peluang dan peningkatan produktivitas pertanian menuju kedaulatan pangan. Ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila pertanian tidak segera dibenahi dan diperhatikan kebutuhannya.
“Perguruan tinggi termasuk IPB, sebagai salah satu sumber inovasi dituntut untuk terus berpikir kritis menyikapi berbagai perubahan nasional dan global sehingga dapat menghasilkan karya-karya terbaik. Tujuannya tentu untuk mengatasi berbagai permasalahan pangan, meningkatkan daya saing bangsa, mencegah dan mengurangi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan, mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah dan meningkatkan kesejahteraan insan-insan agromaritim yang masih rendah. Untuk itu perguruan tinggi perlu melaksanakan dharma penelitian secara terencana yang dapat terintegrasi dari hulu ke hilir sehingga dapat menghasilkan inovasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dunia industri dan pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu staf ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Ir. Lestari Indah, M.M dalam Keynote Speechnya menyampaikan bahwa produktivitas sektor pertanian masih rendah dibandingkan sektor lainnya. Rendahnya produktivitas sektor ini disebabkan karena sebagian besar pertanian di Indonesia adalah pertanian subsisten. Untuk itu pertanian perlu didorong menjadi pertanian yang berorientasi pada pasar (market oriented farming). Caranya dengan meningkatkan kapasitas para petani dan juga penguasaan teknologi pertanian.
Ia menambahkan, untuk mendorong sektor agromaritim yang berorientasi pada pasar dan meningkatkan produktivitasnya, sektor ini harus didukung dengan sumberdaya manusia berkualitas (SDM). Sementara itu, SDM di sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan regenerasi.
“Generasi muda umumnya tidak tertarik untuk menjadi petani, karena melihat para pendahulunya yang tidak dapat hidup sejahtera dengan menjadi petani. Indonesia perlu lebih mendorong peningkatan kualitas SDMnya. Kebutuhan SDM yang berkualitas, juga didorong oleh perkembangan tren global terkait SDM di era industri 4.0 yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan, utamanya di sektor agromaritim. Tren sekarang munculnya teknologi digital memungkinkan orang dapat bekerja di mana saja, baik di kota maupun di desa atau daerah pesisir dimana potensi agromaritim berada,” ujarnya.
Menghadapi persoalan peningkatan produktivitas sektor agromaritim dan tren global tersebut, revitalisasi lembaga pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satunya adalah dengan mendorong kebijakan pengembangan vokasi untuk melakukan revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik.
“Saya berharap perguruan tinggi seperti IPB juga dapat terlibat dan membantu pengembangan vokasi melalui kerjasama dengan SMK dan Politeknik agar kualitas pendidikannya dapat ditingkatkan, utamanya di sektor agromaritim. Dengan merevitalisasi pendidikan, utamanya pada sektor agromaritim, bukan hanya dapat meningkatkan kualitas SDMnya tetapi lebih dari itu, dapat mendorong terwujudnya kemandirian pangan dan daya saing bangsa,” tandasnya.
Pada seminar ini juga telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara IPB dengan Pemerintah Kabupaten Malang dan Purbalingga sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Pada kesempatan ini juga, Kepala LPPM IPB, Dr. Aji Hermawan menyampaikan pesan kepada seluruh peserta seminar khususnya civitas akademika IPB untuk lebih semangat mempersiapkan karya-karya penelitian dan pengabdian ke depan yang semakin berkualitas dan berdaya guna bagi masyarakat Indonesia.
Staf Ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI bersama pimpinan IPB dan peserta seminar melakukan peninjauan gelari IPTEK yang menampilkan beberapa inovasi IPB yaitu Sistem Observasi Kelautan, Wedlyn, Inovasi Clarias, Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Rumpon Portable dan Saung Iklim. Seminar ini diikuti oleh 458 penyaji yang terdiri dari 234 penyaji oral, 211 penyaji poster dan 13 penyaji oral dari luar IPB. (Awl/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018