Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dugong adalah mamalia yang sering dikenal dengan sebutan duyung. Yakni mamalia herbivora yang hidup di perairan dangkal. Persebaran duyung dimulai dari pesisir timur Afrika sampai Vanuatu di sebelah tenggara Papua New Guinea. Persebaran duyung hampir menyeluruh di perairan dangkal lautan Indonesia.

Populasi duyung di Indonesia terus mengalami penurunan. Riset menunjukkan bahwa pada tahun 1970-an, terdapat 10.000 ekor duyung di Indonesia. Populasi duyung turun drastis menjadi 1000 ekor pada tahun 1994. Sehingga, keberadaan duyung di Indonesia mulai dilindungi secara penuh oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1999. Namun, aksi nyata penyelamatan duyung dan lamun yang belum optimal dan terintegrasi menyebabkan duyung sulit ditemukan di perairan Indonesia.

Untuk itu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) yang tergabung dalam Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) menggelar pelatihan pengolahan hasil produk perikanan di Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah (6-12/11). Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk implementasi kegiatan DSCP-ID3 yang mendukung kegiatan konservasi dan perikanan berkelanjutan. Pelatihan ini dicetuskan untuk menangani permasalahan masyarakat Toli-Toli yang masih memanfaatkan daging dan memperjualbelikan taring duyung untuk menambah pemasukan masyarakat setempat.

DSCP merupakan gagasan dari United Nations of Environment Programme sebagai kolaborasi sinergis delapan negara dalam upaya menangani permasalahan konservasi duyung dan lamun. Program ini dimulai sejak tahun 2016 untuk periode waktu tiga  tahun. DSCP Indonesia merupakan kolaborasi nasional yang diinisiasi oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), FPIK IPB dan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia.

“Proyek ini fokus pada tiga aspek yaitu ID1, ID2 dan ID3. ID1 fokus pada penguatan dan pelaksanaan rencana aksi konservasi tingkat nasional untuk dugong dan habitatnya. ID2 fokus pada peningkatan kesadartahuan dan penelitian di tingkat nasional tentang dugong dan lamun. ID3 fokus pada pengelolaan dan konservasi duyung dan lamun yang berbasis masyarakat,” ujar Ketua DSCP dari FPIK IPB, Dr. Ir. Muhammad Mukhlis Kamal, M.Sc.

Pengolahan produk perikanan merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh FPIK IPB untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai ekonomi masyarakat setempat. Pelatihan ini diadakan untuk mengalihkan kegiatan masyarakat setempat yang masih memburu duyung.

Kegiatan pelatihan ini berangkat dari potensi sumberdaya ikan yang melimpah di Kabupaten Toli-Toli. Namun, pemanfaatan ikan masih sangat tradisional. Melimpahnya sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan masyarakat menjadi berbagai macam variasi makanan.

“Masyarakat setempat dilatih untuk mengolah ikan menjadi brownies, baso, otak-otak, krupuk, sambal, dan masih banyak yang lain. Produk yang dihasilkan nantinya akan diolah sesuai cita rasa lokal dan dikemas dengan baik dan menarik. Masyarakat Toli-Toli juga dilatih untuk menjaga mutu terkait kondisi sanitasi, higienitas, penanganan yang sesuai dengan good manufacturing practices serta memiliki ijin operasi industri Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Selain itu, masyarakat nantinya akan dibantu oleh mitra usaha DSCP IPB dalam memasarkan produk hasil olahan ikan ini melalui sosial media dan secara daring,” imbuhnya.

Pelatihan ini diikuti oleh sekelompok masyarakat, khususnya ibu rumah tangga atau istri nelayan. Antusiasme masyarakat setempat sangat tinggi.

“Kami yakin produk yang berkualitas dapat tercipta dan dapat dijadikan sebagai produk khas yang dapat menjadi oleh-oleh khas Toli-Toli,” ujar salah satu pakar bidang pengolahan ikan tradisional hasil perairan yang merupakan salah satu pensiunan Dosen Teknologi Hasil Perairan (THP) FPIK IPB, Ir. Joko Poernomo.(DI/Zul)

Pewarta: Oleh Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018