Karawang (ANTARA News Megapolitan) - Lahan seluas sekitar 20 hektare di wilayah pesisir utara, sekitar Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menjadi lokasi kunjungan wisata hutan mangrove.

Ketua Kelompok Petani Mangrove Pasir Putih, Sahari, di Karawang, Rabu berharap agar ekowisata mangrove tersebut bisa menggerakkan ekonomi masyarakat setempat yang sebagian besar bermatapencaharian nelayan rajungan.

Menurut dia, inisiasi pengembangan ekowisata mangrove jenis api-api dan rhizophora tersebut berawal dari tingginya ancaman abrasi di daerah tersebut.

Sebanyak 938 kepala keluarga di dusun itu terancam pengikisan permukaan tanah akibat abrasi. Kelompok nelayan di wilayah pesisir Karawang kemudian memanfaatkan 20 hektare lahan dengan melakukan penanaman 90.000 pohon mangrove.

"Lahan itu ditanami mangrove, karena selain menyelesaikan permasalahan abrasi, hutan mangrove juga bisa menjadi ekowisata yang terintegrasi dengan potensi terumbu karang di laut Karawang," katanya.

Menurut dia, saat ini pengembangan ekowisata mangrove masih dalam proses dan sudah banyak pengunjungnya. Selama setahun terakhir ini sudah ada sekitar 2.160 pengunjung.

"Kami berharap program ini akan menjadi awal yang baik untuk mewujudkan kesejahteraan untuk nelayan di desa kami," kata dia.

Dalam melakukan pengembangan ekowisata mangrove itu, Sahari mengakui tidak melakukannya sendiri. Tapi mendapat binaan dari Dinas Perikanan Karawang serta perusahaan migas, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

Untuk meningkatkan kapasitas kelompok mengelola ekowisata di wilayah pesisir, kelompok ini belajar dari binaan PHE ONWJ yakni Kelompok Tani Desa Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang yang telah membangun ekowisata di atas lahan seluas 2.5 hektare.

Humas PT Pertamina Hulu Energi, Agus Sudaryanto, mengatakan, keterlibatan pihak Pertamina dalam pengembangan ekowisata hutan mangrove itu berawal dari digulirkannya program partisipasi karyawan PHE ONWJ yakni Orang Tua Asuh Pohon (OTAP).

Melalui program itu, setiap pekerja atau karyawan menyumbang satu bibit pohon dan perusahaan juga menyumbang dalam jumlah yang sama.

"Kami selalu berupaya agar program yang dijalankan bisa menyumbangkan solusi terhadap permasalahan lingkungan dan sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi kami," katanya.

Menurut dia, pengembangan hutan mangrove terjadi berawal dari inisiasi masyarakat setempat melalui Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP). Pihak Pertamina terlibat dalam pengembangan hutan mangrove, karena PT PHE ONWJ mempunyai program unggulan pemberdyaan masyarakat.

Ia menambahkan, peran PHE ONWJ dan Dinas Perikanan Karawang memiliki tujuan yang sama, yakni menciptakan kawasan pesisir yang berkelanjutan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018