Goma, Kongo (Antaranews Megapolitan/Reuters) - Sedikitnya tujuh tentara penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa tewas dalam pertempuran dengan kelompok bersenjata di satu daerah yang menjadi pusat wabah Ebola terburuk di Republik Demokratik Kongo, kata PBB dan beberapa diplomat, Kamis (15/11).
"Rekan-rekan kami pemelihara perdamaian mengatakan enam anggota dari Malawi dan satu dari Tanzania, yang merupakan bagian dari misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo... terbunuh kemarin, di wilayah Beni, Kivu Utara," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York.
Kongo Timur selama lebih dari dua dasawarsa dilanda gerakan kelompok kejahatan dan pemberontakan bersenjata sejak pemimpin militer, Mobutu Sese Seko, jatuh dari kekuasaan. Dalam setahun belakangan, gelombang kekerasan muncul di sekitar Kivu Utara.
Beni dan desa-desa di sekitarnya juga dilanda wabah Ebola, yang telah menjangkiti lebih dari 300 orang dan menewaskan dua pertiga di antaranya.
Wabah itu merupakan penularan penyakit ketiga terburuk setelah wabah di Afrika Barat pada 2013-2016, ketika 28.000 orang terjangkit, dan di Uganda pada tahun 2000, yang memunculkan 425 kasus.
Serangan bersenjata secara berulang-ulang oleh setidaknya dua kelompok pemberontak telah menghambat upaya internasional untuk menangani virus tersebut. Para petugas medis menjadi kesulitan mendatangi para korban Ebola.
Seorang juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "mendesak semua kelompok bersenjata untuk menghentikan aksi-aksi mereka yang dapat mengganggu stabilitas, (yaitu aksi, red) yang terus menambah penderitaan penduduk serta menyulitkan penanganan wabah Ebola".
Penerjemah: T. Mutiasari/Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Rekan-rekan kami pemelihara perdamaian mengatakan enam anggota dari Malawi dan satu dari Tanzania, yang merupakan bagian dari misi pemelihara perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo... terbunuh kemarin, di wilayah Beni, Kivu Utara," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York.
Kongo Timur selama lebih dari dua dasawarsa dilanda gerakan kelompok kejahatan dan pemberontakan bersenjata sejak pemimpin militer, Mobutu Sese Seko, jatuh dari kekuasaan. Dalam setahun belakangan, gelombang kekerasan muncul di sekitar Kivu Utara.
Beni dan desa-desa di sekitarnya juga dilanda wabah Ebola, yang telah menjangkiti lebih dari 300 orang dan menewaskan dua pertiga di antaranya.
Wabah itu merupakan penularan penyakit ketiga terburuk setelah wabah di Afrika Barat pada 2013-2016, ketika 28.000 orang terjangkit, dan di Uganda pada tahun 2000, yang memunculkan 425 kasus.
Serangan bersenjata secara berulang-ulang oleh setidaknya dua kelompok pemberontak telah menghambat upaya internasional untuk menangani virus tersebut. Para petugas medis menjadi kesulitan mendatangi para korban Ebola.
Seorang juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "mendesak semua kelompok bersenjata untuk menghentikan aksi-aksi mereka yang dapat mengganggu stabilitas, (yaitu aksi, red) yang terus menambah penderitaan penduduk serta menyulitkan penanganan wabah Ebola".
Penerjemah: T. Mutiasari/Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018